Kalo ada typo tandain ya:)
Jangan lupa vote dan komen😉
-Happy Reading-
Laki-laki yang terus berjalan menerobos hujan itu, berhenti di depan sebuah kontrakan sederhana. Melangkah masuk ke dalam, ia langsung disambut oleh wajah khawatir dari sang adik, Bimo Saska Albiru.Adik dari seorang Bima Saska Awani, laki-laki yang selalu setia memakai kacamata bulatnya.
Mereka hanya terpaut beda satu tahun, tapi orang-orang di sekitar mereka sering menyembut keduanya kembar. Padahal hanya nama mereka saja yang hampir mirip. Mereka tinggal hanya berdua, tidak ada rumah mewah dan juga tidak ada kasur empuk untuk mereka tidur. Apalagi tv, sama sekali tidak ada.
Hanya sebuah kasur biasa yang menjadi tempat mereka untuk tidur. Meskipun hanya itu, tetapi keduanya masih bersyukur. Bisa tinggal dikontrakkan ini, sedangkan di luaran sana masih banyak orang yang lebih susah dari mereka.
Masalah orang tua, keduanya sama sekali tidak mengetahui di mana orang tuanya. Saat kecil mereka tinggal disebuah panti asuhan. Namun, saat Awan beranjak memasuki bangku SMA mereka sudah tidak di panti asuhan lagi. Mereka memutuskan untuk mencari tempat tinggal lain, bukan karena tidak betah di panti. Tapi mereka ingin mencoba mandiri. Jadi, tinggalah sekarang mereka di sebuah kontrakan kecil ini.
Biru, biasa Awan menyebut adiknya. Sekarang Biru bersekolah di SMA Jaya sama seperti Awan. Bedanya Biru masih kelas 11 sedangkan Awan sudah kelas 12.
Untungnya mereka berdua memiliki kepintaran di atas rata-rata. Membuat mereka tidak lagi sibuk memusingkan masalah biaya sekolah. Karena keduanya mendapatkan beasiswa.
Biru memberikan handuk pada sang abang yang langsung disambut dengan senyum hangat. "Abang kenapa sih? Kok hujan-hujanan, nanti sakit." Tampak sekali nada khawatir terdengar dari ucapan Biru.
Awan langsung merangkul adiknya, tapi cepat-cepat Biru menjauh. "Ih, Abang. Basah tau, cepetan ganti baju. Nanti masuk angin lagi, habis itu kita makan."
"Iya, dasar bawel," kekeh Awan seraya beranjak dari sana, mengganti pakaiannya cepat.
Biru menatap sedih punggung sang abang. Pasti Awan sangat lelah sekarang karena bekerja sedari pulang sekolah, sampai larut malam seperti ini.
Sebenarnya ia mau membantu Awan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua dengan bekerja. Tapi Awan melarangnya, ia hanya menyuruh Biru agar terus belajar dan tidak usah memikirkan kebutuhan mereka.
Kata Awan, ia sebagai abang yang akan memenuhi kebetuhan mereka. Tugas Biru hanya menurut dan belajar dengan giat agar bisa sukses.
Pernah saat itu, Biru ketahuan oleh sang abang sedang bekerja di sebuah toko. Awan langsung menyuruh adiknya berhenti saat itu juga. Biru sangat ingat kejadian ia bekerja, saat tengah asik mengangkat beberapa karung besar. Awan datang dengan wajah marahnya. Lalu menarik tangannya menjauh dari sana. Biru dimarahi habis-habisan oleh Awan.
Setelah berhenti pun, ia harus membujuk sang abang yang masih saja marah.
Kejadian itu, saat Biru masih awal masuk SMA dan Awan yang sudah menduduki tingkat dua di SMA. Namun, karena Awan yang tak tahan mendiamkan sang adik. Akhirnya ia tidak marah lagi. Setelah itu Biru berjanji pada sang abang, bahwa ia tidak akan bekerja dan akan fokus pada pendidikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/245475491-288-k514732.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya's Diary [SELESAI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Cinta dan obsesi, sebenarnya mana yang dirasakan oleh Langit? Bisa jadi, keduanya. Namun, ia malah membuat Sasya menderita. Masa-masa akhir SMA yang harusnya bahagia, malah tak sesuai harapan. Semuanya seakan tak berpihak p...