17. Tanda tanya

1.5K 176 24
                                        

Kalo ada typo tandain ya:)

Jangan lupa vote dan komen😉

-Happy Reading-

Mobil yang dikendarai oleh Langit, melaju dengan kecepatan sedang. Sasya memegang perutnya yang terasa sakit, mungkin karena hari ini ia belum makan apa-apa dan sekarang malah diajak Langit pergi entah ke mana.

Lampu merah menyala, membuat Langit serta pengendara lainnya menghentikan kendaraan mereka. Sasya tampak gelisah dan hanya bisa menunduk dalam, ketika Langit menatap ke arahnya.

"Rapiin rambut lo," ucapnya ketus dan langsung dituruti oleh Sasya. Hanya dengan menggunakan jari-jari tangan, ia merapikan rambut basahnya.

Tak jauh dari mobil mereka, ada sepasang mata yang terus mengawasi sedari tadi. Dia adalah Dini. Melihat mobil Langit melaju, Dini pun mengikutinya. Rasa penasaran dan cemburu bercampur menjadi satu. Apalagi melihat ada sahabatnya di dalam mobil orang yang ia suka, Dini tak bisa berkata apa-apa lagi.

Awalnya ia kira, hanya salah melihat saja. Namun, setelah ia melihat kembali dengan lebih teliti lagi. Itu adalah Langit dan Sasya.

Mobil Langit berhenti di depan sebuah club yang tampak asing bagi Sasya. Karena perempuan itu pertama kali datang ke tempat ini. Ada rasa was-was yang menyelimuti dirinya, terlebih Langit yang langsung menariknya untuk keluar dari mobil.

"Lang, kita ngapain ke sini?"" tanya Sasya takut saat mereka masuk ke dalam club. Langit tak memedulikan Sasya, ia terus mencengkram tangan itu kuat. Sedangkan Sasya berusaha menyamai langkahnya dengan Langit. Saat sudah sampai di sebuah meja bar, Langit menyuruh Sasya agar duduk.

"Bawa siapa, lo?" Bartender itu terlihat begitu akrab dengan Langit. Mereka asik berbincang dan Sasya tidak mengerti apa yang dibicarakan keduanya. Sasya duduk dengan gelisah, melihat banyaknya pasangan dan orang-orang menari mengikuti alunan musik yang memekakkan telinga baginya. Bahkan lampu berkerlap-kerlip membuat Sasya pusing bukan main. Apalagi pencahayaan yang minim di sini, membuatnya sedikit takut. Ia sangat tidak menyukai suasana club ini. Sasya berjanji ini adalah pertama dan terakhir kalinya ia ke sini, ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mau ke tempat seperti ini lagi. Jika Langit tak memaksanya lagi seperti tadi.

"Nih minum! Jangan banyak tanya." Langit memberikan segelas minuman pada Sasya.

Langit geram, melihat reaksi perempuan itu yang sama sekali tidak mau menyentuh gelas pemberiannya. Tanpa sepatah kata, Langit langsung mencengkram pipi Sasya. Lalu, memasukkan minuman itu secara paksa ke dalam mulut Sasya yang terkejut. Namun, terpaksa meminumnya.

Tenggorokan nya terasa panas, saat minuman itu masuk ke dalam mulutnya. Sasya terbatuk, tetapi lagi-lagi Langit memaksanya untuk minum.

Satu gelas.

Tiga gelas.

Lima gelas.

Sasya tak tahan lagi, kepalanya mulai pusing. Pandangannya berbayang, tanpa sadar tubuhnya bersandar di bahu Langit yang saat ini masih asik minum.

"Lo kebanyakan ngasih tuh cewek," ujar bartender yang bernama Ovi.

Langit hanya terkekeh dan sekali lagi meneguk minumannya. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan diserahkan nya kepada Ovi. Meski pun Langit sering minum dan sudah tak asing dengan dunia malam, tetap saja ia merasa pusing saat kebanyakan minum seperti tadi.

Langit membawa Sasya ke arah segerombolan orang yang menari-nari. Ia begitu menikmati suasana itu. Sedangkan Sasya berusaha sadar dan menyeimbangkan tubuhnya karena terus merasa pusing.

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang