Kalo ada typo tandain ya:)
Jangan lupa vote dan komen😉
-Happy Reading-
"Daah, sampai jumpa besok Sasya!" teriak Bunga yang kini terlihat tengah duduk di jok belakang motor Lintang.
Sasya hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Dini entah menghilang ke mana, pasalnya setelah bel pulang tadi berbunyi, sahabatnya yang satu itu langsung keluar dari kelas tanpa menyapa dan berpamitan pada Sasya dan Bunga. Mereka hanya berpikir bahwa Dini pasti ada kepentingan yang mendesak.
Sasya melangkah keluar dari gerbang SMA Jaya. Ia bingung ingin melakukan apa nanti saat di rumah. Sepertinya ia hanya berdiam diri dan membaca tulisan-tulisan dirinya sendiri, ya mungkin itu ide yang bagus.
Sasya mengedarkan pandangannya, menatap teman-teman sebaya dirinya terlihat asik bercanda ria. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang berjalan kaki, tetapi ada beberapa siswa-siswi SMA Jaya lainnya juga.
Tak jauh dari Sasya berjalan. Awan dan Biru terlihat saling mengejar. Keduanya berlari dari dalam SMA Jaya sampai keluar gerbang, itu karena Awan yang tak sengaja melihat Sasya. Mungkin karena beberapa hari ini perempuan itu tidak datang, jadilah ia sangat senang sekarang saat melihat bahwa Sasya sudah sekolah.
"Abang, jangan buru-buru dong. Capek tau!" kesal Biru. Awan tak memedulikannya. Ia tetap berlari, dan setelah sampai di dekat Sasya. Awan menampilkan senyum bahagia nya.
"Hai, Sya," sapa nya. Sasya awalnya kaget karena ada yang menepuk bahunya, bahkan ia kelewat kaget sampai berpikir bahwa orang itu adalah Langit, tetapi ternyata bukan.
"Awan, jangan ngagetin ih!" rajuknya yang malah membuat Awan terkekeh. Keduanya berjalan santai dengan Biru yang baru saja sampai di sana. Terlihat laki-laki itu tengah mengatur napas dan menatap sang abang tajam.
"H-hai Kak Sasya," sapa Biru.
"Hai, Biru."
Mereka akhirnya berjalan bersama, sesekali juga Biru melontarkan candaan yang membuat Sasya dan Awan tertawa.
Sasya merasa senang, karena hanya dengan mereka ia bisa bebas tertawa seperti ini. Melupakan sejenak permasalahan yang terjadi dan mencoba untuk membahagiakan dirinya sendiri, meskipun itu terasa berbeda.
"Kak Sasya, main ke rumah yuk! Udah lama kita gak kumpul bareng," usul Biru. Sasya mengangguk bersemangat, mengiyakan ajakan Biru.
"Nanti kita masak bareng, eh atau mau mampir ke rumah pohon dulu. Udah lama loh, kamu gak ke sana, Sya," tambah Awan seraya menaikan kacamatanya yang turun.
Sasya tersenyum tipis. "Ke rumah kalian aja, ke rumah pohonnya nanti. Kapan-kapan," jawabnya.
"Oke. Eh, itu ada angkot! Yuk ke sana." Awan menarik tangan Sasya agar ikut berlari bersama dengannya. Sedangkan Biru mendengus kesal, karena lagi-lagi ia harus berlari.
"Cepetan Biru!" ujar Awan yang sudah berdiri di depan angkot dengan Sasya yang juga menatap ke arah Biru. Sang pemilik nama dengan terpaksa menghampiri keduanya. Wajahnya yang kesal malah dijadikan bahan tertawaan oleh sang abang dan Sasya.
Angkot yang kebetulan ramai itu, membuat mereka harus berdesakan. Sasya duduk diantara Awan dan Biru, sehingga ia tidak harus berdekatan dengan penumpang lainnya.
Awan dan Biru memang sengaja menyuruh Sasya untuk duduk di antara mereka, karena banyaknya penumpang lain dari berbagai kalangan membuat Awan takut jika nanti ada yang berniat jahat pada Sasya, terlebih perempuan itu sangat jarang menaiki angkot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya's Diary [SELESAI]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Cinta dan obsesi, sebenarnya mana yang dirasakan oleh Langit? Bisa jadi, keduanya. Namun, ia malah membuat Sasya menderita. Masa-masa akhir SMA yang harusnya bahagia, malah tak sesuai harapan. Semuanya seakan tak berpihak p...