Kalo ada typo tandain ya:)
Jangan lupa vote dan komen😉
-Happy Reading-
Ada yang kini tersenyum bahagia, lantas salah satunya harus menahan luka. Merelakan itu tidak mudah, maka dari itu banyak dari mereka yang masih bertahan dengan rasa yang salah.
Dua minggu kemudian.
Dia tampak berbeda, senyumnya perlahan selalu terpancar. Sedihnya juga perlahan menghilang, ia hanya mencoba untuk menerima bukan berarti sudah lupa dengan segalanya. Waktunya di sekolah hanya tinggal menghitung hari, setelah memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya, Sasya sudah lebih sering tertawa lagi. Banyak hal yang ia lewati dalam dua minggu ini, semua membuat ia bahagia. Apalagi perjuangan Langit untuk meminta maaf padanya dan akhirnya ia luluh juga.
Perempuan mana yang tak akan luluh jika mendapat perlakuan istimewa setiap saat, Sasya hanya perempuan biasa yang hatinya mudah tersentuh. Lagipula sudah lama mereka dekat dan itu membuat Sasya bisa membalas perasaan Langit. Beruntung Langit, bisa memiliki Sasya sepenuhnya.
Dini dan Bunga benar-benar membuktikan ucapan mereka yang mengatakan akan selalu menemani Sasya, kini memang terlaksana. Kedua sahabatnya itu juga, berhasil membuat ia kembali tertawa bahagia.
Awalnya sekolah ingin mengeluarkan Sasya, tetapi karena Saski dan Alvin, semuanya bisa terlaksana dengan baik. Bahkan tak ada lagi yang berani mengganggu Sasya.
"Awan!" teriak Sasya seraya melambaikan tangan pada Awan. Laki-laki itu tanpa disuruh pun akhirnya menghampiri Sasya.
Mereka mengambil tempat duduk di dekat sebuah pohon, menikmati angin serta melihat beberapa siswa yang bermain bola basket dengan begitu lihainya.
"Makasih ya, selalu ada dan menjadi penyemangat dalam hidup aku," ujar Sasya tiba-tiba. Awan hanya mengangguk, membalas perkataan Sasya dengan sebuah senyuman.
"Kamu jangan sedih lagi, Langit juga pasti bakal berubah kok."
Sasya tersenyum, tatapannya kini fokus pada seorang laki-laki yang bermain bola basket di lapangan itu. Entah takdir atau apa, Tuhan menginginkan mereka bersama. Ya, setelah lulus sekolah nanti, mereka berencana akan melangsungkan pernikahan.
Perut Sasya semakin hari juga akan semakin membesar, maka dari itu secepatnya mereka akan menikah.
Sasya tidak bisa menolak niat baik dari Langit yang begitu teguh ingin bertanggung jawab. Lagipula abangnya juga sudah memberikan izin pada Langit. Tak ada lagi perlakuan kasar yang ia terima sejauh ini. Langit benar-benar berubah menjadi lebih baik. Bahkan terkadang tak jarang selalu bersikap manis pada Sasya.
Ah, mengingat itu Sasya tak dapat menahan untuk tersenyum. Dicintai dengan sepenuh hati dan selalu diperlakukan istimewa membuat ia sering merasa bahagia.
"Selamat ya, pada akhirnya tetap Langit yang akan menang karena dia adalah tokoh utama. Sedangkan aku hanya figuran yang membantumu saat terluka."
Sasya menoleh saat mendengar ucapan Awan barusan. Laki-laki berkacamata itu juga menatap ke arahnya dengan tatapan yang begitu sedih.
"Kenapa bicara gitu?" tanya Sasya penasaran.
"Salah ya kalo aku suka sama kamu?" Awan malah balik bertanya. Membuat Sasya terdiam. Namun, tak lama ia membalas pertanyaan itu.
"Enggak, aku juga sempat menaruh hati sama kamu, Wan. Tapi semua itu ternyata bukan benar-benar sebuah perasaan cinta, itu hanya sebuah rasa nyaman yang tercipta karena kita sering bersama. Kamu baik, bahkan jauh lebih baik dari Langit. Tapi ... aku gak bisa bohongi diri aku terus bahwa aku mencintai Langit, bahkan sangat mencintai laki-laki kasar itu," ungkap Sasya. Dia telah benar-benar jatuh pada Langit, bahkan awalnya ia juga merasa tak percaya bahwa bisa mencintai laki-laki yang dulu sangat ia benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya's Diary [SELESAI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Cinta dan obsesi, sebenarnya mana yang dirasakan oleh Langit? Bisa jadi, keduanya. Namun, ia malah membuat Sasya menderita. Masa-masa akhir SMA yang harusnya bahagia, malah tak sesuai harapan. Semuanya seakan tak berpihak p...