6. Ungkapan rasa

1.9K 227 62
                                    

Kalo ada typo tandain ya:)

Jangan lupa vote dan komen😉

-Happy Reading-


"Liatin apa sih, Lang?" tanya Laskar seraya menepuk bahu Langit yang langsung menggeleng.

"Enggak!" ketusnya sambil berjalan meninggalkan lapangan basket.

Laskar dan Lintang pun ikut pergi dari sana. Membuat beberapa siswi yang sedari tadi asik menonton mereka, mendesah kecewa.

Baru saja Awan ingin memasuki kelasnya, sebuah tarikan di tangannya membuat Awan langsung meringis. Menatap Langit yang berdiri di depannya dengan takut. "K-kenapa, Lang?"

Sekarang mereka berada di koridor samping kelas 12 IPA 1 yang terlihat sepi. "Jangan deketin, Sasya!" bentaknya.

Tangannya gemetar, menaikkan kacamatanya yang turun. "A-aku, gak de---"

"Berani ngejawab lo?!" potongnya cepat.

Entah keberanian dari mana, Awan kini mulai menatap Langit tajam. "K-kenapa aku harus takut?"

"Oh, udah berani lo," kekeh Laskar yang kebetulan juga ada di sana. Berbeda dengan Lintang yang hanya diam, menyaksikan pertunjukkan di depannya tanpa minat.

Tangan Langit terangkat, ingin memukul Awan yang sudah memejamkan matanya. Namun, suara teriakan dari belakang membuat mereka langsung menoleh. Terlihatlah seorang guru laki-laki dengan penggaris panjang di tangannya, Pak Gerhana.

Guru BK di SMA Jaya, yang galaknya tidak ada duanya.

"Kenapa masih di luar?" tanya Pak Gerhana. "Mau saya hukum?!" tambahnya yang membuat Langit, Laskar dan Lintang langsung pergi dari sana.

"Duluan, Pak!" teriak Laskar.

"Masuk, Awan." Titahnya, Awan mengangguk sopan dan segera masuk ke kelasnya. Sedangkan Pak Gerhana, kembali berjalan menyusuri koridor SMA Jaya.

Setelah duduk di kursinya, Awan mengeluarkan beberapa buku pelajaran dan alat tulis lainnya. Sedang asik-asiknya membaca buku, seseorang menghampiri meja Awan.

"Awan, liat tugas fisika lo." Tanpa basa-basi, Awan langsung memberikan bukunya. Membuat orang tadi, senang bukan main. Ia langsung menyalin tugas fisika milik Awan. Sedangkan Awan, kembali dengan aktivitas membacanya.

Sementara itu di kelas 12 IPS 3.

"Asem tuh cupu, udah berani ngelawan dia!"

Mendengar ucapan Laskar, membuat Langit tambah panas. "Diam gak!"

"Iya-iya, gue diam." Laskar tak lagi mengoceh, ia sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Lintang diam dengan wajah datarnya, memperhatikan Bunga.

Begitu pula dengan Langit yang tak mengalihkan tatapannya dari Sasya, seulas senyum terbit saat Sasya juga menatap ke arahnya. Namun, gadis itu langsung mengalihkan tatapannya, karena Bunga yang sibuk bercerita ingin didengarkan.

"Dasar, si sipit. Ganggu aja!" celetuk Langit yang membuat Lintang langsung menatapnya tajam.

"Bilang apa lo?"

"Enggak!" ketus Langit. Ia kembali tersenyum, saat mengingat bahwa Sasya menyetujui ajakannya pulang. Ia jadi tak sabar menunggu bel pulang berbunyi.

"Lang, lo jadi mau nembak Sasya?" tanya Laskar seraya menatap Langit menunggu jawaban.

"Iya, kenapa?"

Laskar menghembuskan napasnya kasar, "Gue yakin, pasti nanti ditolak," ucapnya pelan.

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang