32. Sebenarnya

1.8K 175 14
                                    

Kalo ada typo tandain ya:)

Jangan lupa vote dan komen😉

-Happy Reading-

Awan masih terdiam, pikirannya melayang entah ke mana. Sedangkan Biru dan Alvin terkekeh. Wajah Awan yang terkejut dan kebingungan terlihat lucu bagi mereka, apalagi kacamata milik Awan tampak melorot.

"Kalian ngomongin apa?" tanya Saski yang kini sudah ikut bergabung duduk di dekat mereka. Sasya yang sepertinya sudah terlelap, membuat Saski ingin berkumpul bersama Alvin dan kedua remaja yang baru ditemuinya tadi.

"Emang, abang beneran tunangan sama Sasya?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Awan yang langsung menutup mulutnya setelah sadar dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Saski terlihat terkejut mendapat pertanyaan seperti itu. Lalu ia mengalihkan pandangan pada Alvin dan Biru yang kompak tertawa puas. Ia menatap sahabatnya dengan mata yang menajam.

"Ngomong apa lo?" bisiknya pada Alvin yang kini sudah mulai meredakan tawanya. Namun, sesekali ia masih terkekeh melihat tingkah Awan. Begitu pula dengan Biru yang langsung merangkul sang abang. Lalu membisikkan sesuatu.

"Kamu bohongin abang?" Awan mendengus kesal, lalu menjitak kepala adiknya. Padahal ia tadi sudah berpikir yang tidak-tidak pada Sasya dan Saski.

"Lagian, kenapa abang percaya gitu aja sih. Gak mungkin lah, Kak Sasya tunangan sama abangnya sendiri!" jawab Biru tak kalah sewot.

Awan menghela napas, adiknya ini sekarang terlihat sangat mengesalkan. Ingin sekali dia memaki nya, karena dari ucapan Biru lah ia menjadi bertingkah bodoh.

"Ketahuan, kan kalo kamu suka sama Sasya!" celetuk Alvin dan diangguki oleh Biru, sedangkan Saski terlihat tersenyum tipis dengan tatapan yang tak pernah lepas dari Awan. Ia terus mengamati tingkah pemuda yang sepertinya seumuran adiknya itu, wajah yang mulai memerah menandakan Awan malu membuat Saski membenarkan ucapan dari Alvin. Ternyata Awan menyukai Sasya.

"E-enggak. Gimana ceritanya Sasya bisa punya abang? Bukannya Sasya itu anak tunggal ya?" tanya Awan heran seraya mengalihkan pembicaraan agar ia tidak lagi dipojokkan oleh Alvin dan Biru.

"Sasya benar-benar adik saya. Dia diangkat menjadi anak Andra dan Relin karena kedua orang tua saya yang saat itu sangat sibuk mengurus pekerjaan selain itu Andra dan Relin juga belum memiliki anak. Bahkan saat ia masih bayi, Sasya sudah dititipkan pada Relin. Mereka menganggap Sasya sebagai anak kandung, waktu itu saya masih kecil dan tidak tau apa-apa. Orang tua kami mengalami kecelakaan saat ingin melakukan perjalanan bisnis, saya diasuh oleh keluarga Alvin dan melupakan bahwa saya memiliki adik. Saat itulah saya sama sekali tidak pernah bertemu dengan Sasya lagi.

Namun, setelah bertahun-tahun terlewati akhirnya saya mengetahui bahwa saya memiliki adik dan bertekad ingin mengambil adik saya. Semuanya tidak mudah, banyak hal yang saya lewati sampai bisa menemukan dia."

Saski menatap sendu ke arah ranjang yang di tempati oleh Sasya. Menatap wajah adiknya penuh kasih sayang.

"Terus, kok abang bisa jadi kaya?" Sebuah pertanyaan bodoh diucapkan oleh Biru.

Awan langsung mengusap wajahnya malu. Sedangkan Alvin yang sedari tadi mendengarkan terkekeh. "Kan orang tua Saski banyak ninggalin warisan buat anak-anaknya, bahkan dia lebih kaya dari keluarga saya," jelas Alvin.

Biru tampak menganggukkan kepala nya. "Coba aja kita berdua kayak abang ya, terlahir dari keluarga kaya. Pasti enak," gumamnya yang berhasil didengar oleh mereka semua. Awan langsung menatap adiknya sendu.

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang