Kalo ada typo tandain ya:)
Jangan lupa vote dan komen😉-Happy Reading-
Suasana malam hari ini, sungguh terasa dingin. Mungkin karena sore tadi hujan, walaupun keadaan dingin seperti ini tak membuat perempuan dengan rambut panjang yang di gerai itu menghentikan langkahnya, ia berjalan memasuki sebuah supermarket. Memilih beberapa camilan dan juga minuman.
Sesekali ia mengeratkan jaket yang dipakainya. Seraya tangannya tak berhenti terus mengambil camilan. Setelah merasa cukup, ia pun berjalan menuju kasir. Membayar belanjaannya.
Matanya meneliti orang di depannya, yang sesekali menaikkan kacamata bulatnya yang turun.
"Lo anak SMA Jaya?" tanya Sasya. Ya perempuan yang sedang berada di dalam supermarket itu adalah Sasya. Ia disuruh oleh kedua sahabatnya, untuk membeli beberapa camilan. Katanya mereka nanti akan nonton drakor.
Laki-laki itu mengangguk, menjawab pertanyaan dari perempuan di depannya yang sama sekali tak dikenalnya. Ia menyerahkan belanjaan itu. "Makasih, gue duluan." Sasya mengambilnya setelah selesai membayar semuanya.
Sasya langsung berbalik, berjalan menjauh dari sana. Namun, baru saja keluar dari supermarket. Hujan kembali turun, membuatnya mendengus kesal. Lalu duduk di depan supermarket itu. Menunggu agar hujannya reda.
Cukup lama ia menunggu, bahkan sampai laki-laki yang bekerja di sana itu pulang. Sasya masih berdiam.
Merasa ada yang berdiri di sebelahnya, Sasya menoleh. Menatap laki-laki culun di sampingnya dengan menaikkan sebelah alis. "Kenapa?" tanya Sasya.
"K-kenalin a-ku Awan," ujarnya sambil mengulurkan sebelah tangannya mengajak Sasya berkenalan.
Tanpa ragu Sasya langsung menyambut uluran tangan itu. "Sasya Aurelia Rain," balasnya dengan senyuman yang membuat jantung Awan langsung berdetak kuat. Dengan cepat, ia mengalihkan perhatiannya. Tak lupa juga melepaskan tautan tangan itu.
Sasya menatapnya bingung sebentar dan ia kembali menatap ke depan. Hujan masih saja terus turun, membuat Sasya merasa jengkel. Ia pasti sudah ditunggu oleh kedua sahabatnya.
"M-mau bareng, gak?" tawar Awan, seraya membuka payungnya. Sasya mengangguk, lalu mereka berdua berjalan meninggalkan daerah supermarket itu.
Awan menggarahkan payungnya pada Sasya, agar perempuan itu tidak terkena air hujan. Tidak memikirkan dirinya sendiri yang setengah basah karena sibuk memayungi Sasya.
"Lo jurusan apa?" tanya Sasya dengan sedikit berteriak, karena hujan yang makin lebat.
"IPA 1" jawab Awan juga dengan berteriak, "Mau berteduh dulu, gak?" tambahnya. Sasya menggeleng kuat. Lalu mereka kembali berjalan, menerobos derasnya hujan.
Karena angin yang bertiup sangat kencang, payung yang di pegang oleh Awan langsung ikut terbang. Membuat tubuh keduanya langsung terkena derasnya air hujan. Sasya terkekeh, melihat Awan yang menatap nanar pada payungnya yang tersangkut di atas pohon.
Lalu tangannya menggenggam erat tangan Awan. "Gak papa Wan, yuk lanjut!"
Di tengah derasnya hujan, mereka berdua berjalan dengan tangan yang saling berpegangan. Sebenarnya Awan tak tega, melihat Sasya yang harus basah kuyup seperti sekarang. Namun, saat melihat sebuah senyuman terbit di wajah itu. Ia juga langsung ikut tersenyum.
Tengah asik menikmati derasnya air hujan, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melewati mereka berdua. Dengan cepat Awan memeluk tubuh Sasya, agar tidak terkena semprotan air di jalan.
Sasya yang dipeluk oleh Awan, menatap ke atas. Melihat wajah Awan yang sekarang tidak menggunakan kacamata. Air hujan yang menetes dari wajah Awan lalu terjatuh tepat di pipinya. Membuat Sasya terus saja menatap wajah yang bisa dibilang tampan itu dengan mata yang tak berkedip.
Awan memang sudah membuka kacamatanya, karena jika ia memakainya. Maka penglihatannya akan kabur, pasti kacamatanya akan berembun juga. Makanya tadi ia melepasnya.
Masih dengan posisi seperti tadi, saat tersadar. Awan langsung melepaskan pelukannya, menatap Sasya tak enak. "M-maaf ya, ta---"
Dengan cepat Sasya memotong ucapan Awan. "Gak papa, makasih ya. Yuk lanjut lagi." Mereka kembali berjalan, kembali tangan Awan, Sasya genggam. Menyalurkan rasa dingin yang mulai ia rasakan.
"Rumah lo, di mana?" tanya Sasya pada Awan. Mendapat pertanyaan seperti itu, Awan tak menjawabnya langsung. Seolah ia tidak mendengar pertanyaan dari Sasya.
Tak lama mereka akhirnya sampai di depan gerbang rumah Dini, Sasya mengajak Awan masuk. Namun, berkali-kali ia membujuk. Berkali-kali juga Awan menolak.
"Masuk aja dulu, ganti baju lo. Nanti sakit," ujar Sasya. Mereka masih berada di luar gerbang. Lagi-lagi Awan menggeleng. "Enggak papa, aku balik ya."
"Eh ta---" Awan sudah berbalik dan melangkah meninggalkan Sasya yang hanya diam menatap punggung itu.
"Makasih, hati-hati ya!" teriaknya pada Awan yang langsung menoleh ke belakang, menampilkan senyumnya pada Sasya. Walaupun hujan yang begitu deras masih saja belum berhenti, tapi Sasya dapat melihat senyum Awan yang sangat manis menurutnya.
Setelah tubuh Awan tak terlihat lagi, Sasya dengan cepat masuk. Membuat pak satpam kaget dan segera memayunginya.
"Aduh, kenapa gak bawa payung Non."
"Gak papa Pak, sesekali main hujan," kekehnya dan segera masuk ke dalam rumah. "Makasih ya, Pak." Bapak satpam itu mengangguk dan kembali ke pos jaganya.
Dini dan Bunga yang kebetulan sedang berada di ruang tamu, langsung terpekik kaget melihat keadaan Sasya yang basah kuyup. Dengan sebelah tangan yang memegang plastik belanjaan.
Sasya menyodorkan plastik itu pada Dini yang langsung mengambilnya. Sedangkan Bunga dengan cepat, berlari ke arah kamar Dini. Mengambilkan handuk dan juga baju ganti.
"Duh, lo kenapa hujan-hujanan sih. Kan bisa neduh dulu Sya." Dini membantu Bunga yang kesusahan membawa handuk dan baju ganti, karena bukan hanya itu saja yang dibawanya. Tapi selimut tebal juga berada di tangannya.
"Nama boleh hujan, tapi jangan sampai hujan-hujanan gini juga kali!" seru Bunga.
Sasya hanya terkekeh, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dekat dapur. Mengganti pakaiannya yang sudah sangat basah.
Dini dan Bunga kembali menonton drakor. Seraya menunggu Sasya, mereka asik memakan camilan yang dibeli sang sahabat tadi.
Sasya keluar dari kamar mandi, dengan baju tebal yang melekat di tubuhnya. Ia mendekat duduk di samping Bunga yang langsung memeluk tubuhnya erat. Sasya berusaha menjauh dan melepaskan pelukan itu, tapi karena Bunga yang sangat erat memeluknya. Ia hanya pasrah dan diam saja.
"Biar gak dingin," ujar Dini yang juga ikut memeluk tubuh Sasya. Habis sudah badannya terkepung oleh kedua sahabatnya, Sasya tersenyum bahagia. Sahabatnya ini memang beda dari yang lain.
TBC
Aku iri dengan persahabatan mereka hiks:( ku menangis ... skip.
Gimana sama part ini guys??
Masih awal nih, Hujan udah ketemu aja nih sama abang Awan><
Dipublikasikan :
04 Desember 2020
18:39
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya's Diary [SELESAI]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Cinta dan obsesi, sebenarnya mana yang dirasakan oleh Langit? Bisa jadi, keduanya. Namun, ia malah membuat Sasya menderita. Masa-masa akhir SMA yang harusnya bahagia, malah tak sesuai harapan. Semuanya seakan tak berpihak p...