BAB 5

8.7K 609 5
                                    

"Arkan??? Kok kamu bisa ada disini?" Ujar Anindia sambil menoleh kesana kemari.

Anindia kaget dengan sesosok yang ada di hadapannya ini.
Seorang bocah yang ia temui sebulan lalu di pesta pernikahan tetangga daerah rumahnya. Dalam rangka apa bocah ini datang menemuinya lagi, bukankah dia sudah kembali ke kotanya bahkan tanpa pamit sekalipun? Lantas kenapa tiba-tiba bocah ini muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya. Apakah dia tersesat? Ahh tidak mungkin bagaimana mungkin ia tersesat sejauh ini.

"Tanteeeee... kenapa begong, tanteee.." Arkan merengek dengan tangan yang sedang menarik baju anindia..

Anindia pun tersadar.
"Kamu kesini sama siapa Arkan? Papa kamu mana?? Mama kamu mana?" tanya Anindia panik.

Tiba-tiba Arkan yang mendengar soal mamanya langsung menundukkan wajahnya seketika langsung menangis.

Anindia kaget langsung menggendong bocah empat tahun itu dan menepuk-nepuk pundaknya agar tenang.
Arkan yang hanya diam setelah menangis. Anindia membawanya ke belakang rumah untuk bermain dengan anak kambing. Berharap ia akan kembali tenang dan ceria.
Seketika itu juga Arkan kembali seperti biasa.

Ayah anindia pun heran kenapa bocah itu bisa sampai disini sendirian. Anindia pun belum tau penyebabnya karna sebelum menjawab pertanyaan Anindia tadi Arkan langsung menangis.

Selesai bermain dengan anak kambing Anindia membawa Arkan masuk kerumah. Di dalam rumah Anindia langsung menanyakan soal keberadaannya disini sendirian.
Arkan pun dengan pintarnya menjawan pertanyaan Anindia.

"Tadi Arkan di anterin sama papa kesini.." jawab Arkan.

"Terus sekarang papa kamu kemana sayang?" Tanya Anindia lagi.

"Katanya papa ada urusan.. Arkan juga tidak tau tante urusan apa yang papa kerjakan.." jawab Arkan.

"Tapi papa kamu kembali lagi kesini kan?" Anindia ingin menanyakan perihal kemana mama nya Arkan tapi ia takut jika bocah itu akan menangis lagi. Anindia tidak tega melihat wajah ceria Arkan berubah menjadi murung seberti sebelumnya.

"Jadi kamu kesini cuma sama papa aja Arkan?" Tanya Anindia.

"Engga tante.. Arkan perginya sama mbak Maya juga sama oom Rian.. Papa awalnya engga ikut tapi kata mbak maya papa ikut menyusul kesini" ujar Arkan.

"Jadi awalnya papa kamu gak ikut kesini?? Kamu cuma pergi sama mbak Maya juga oom Rian..oom Rian itu siapa Arkan?" Tanya Anindia penasaran.

"Oom Rian itu bodyguardnya papa tante.. dan mbak Maya itu pengasuh aku tante" Tanpa di minta Arkan juga menjelaskan perihal mbak Maya.

"Waduhh.. kok serem ya.. pake bodyguard segala.. memangnya mereka itu siapa sih sampe harus punya bodyguard segala" gumam Anindia di dalam hati.

Anindia hanya mangguk-mangguk juga terheran-heran dengan penjelasan bocah empat tahun ini. Dia heran kenapa bocah ini sangat pintar berbicara dan dia mampu menjawab segala pertanyaan yang Anindia ajukan.

Tidak heran jika Arkan bisa sepintar itu dia adalah anak seorang Bambang Ardi Harsono yang memiliki gelar pendidikan yang mumpuni.
Kepintarannya pasti diturunkan kepada anaknya.

Anindia tidak habis fikir bisa-bisanya papanya mengizinkan putranya pergi keluar kota dengan menggunakan pesawat meski ia tidak sendirian. Bukankah itu hal yang cukup mengerikan jika dibayangkan.
Anindia pun menanyakan perihal itu kepada Arkan. Arkan hanya menjawab bahwa papanya itu adalah bukan lah orang biasa.

Anindia pun heran dengan jawaban Arkan apa hubungannya dengan seorang anak yang dibiarkan pergi tanpa orang tua dan papa nya yang bukan orang biasa.
Tapi memang benar jika papa nya itu bukan orang biasa karena jika memang papa nya adalah orang biasa tidak akan mungkin mengizinkan seorang bocah pergi sendirian dengan menaiki pesawat. memang luar binasa.. eh luar biasa.

"Arkan.. tante mau bikin bolu.. Arkan mau??" Tanya Anindia.

"Mauuuuu tante.. Arkan bantuin boleh?"

"Boleh.. ayukkk kita kedapur..."

Untuk menghabiskan waktu Anindia mengajak Arkan untuk membuat bolu jadul. Karena kebetulan Anindia yang suka membuat kue, dan saat ini ada Arkan dirumahnya jiwa keibuan Anindia muncul, ia ingin membuat cemilan untuk Arkan.

Saat di dapur yang tadinya Arkan sibuk ingin membantu malah asik bermain tepung. Ia tertawa riang sambil mengoleskan tepung ke wajah Anindia, Anindia pun membalas apa yang dilakukan Arkan. Sungguh indah rasanya kerbersamaan dengan seorang anak. Anindia yang sangat suka anak kecil tidak sulit baginya untuk bisa dekat dengan Arkan.

Tapi di relung hatinya yang dalam ia penasaran perihal ibunya Arkan.
Ia tidak ingin nantinya menjadi biang masalah dalam kehidupan keluarga Arkan karna kedekatannya dengan Arkan.

Yang difikirkan Anindia saat ini bisa jadi ibunya Arkan yang selalu sibuk dengan pekerjaan hingga lupa untuk bermain dengan anaknya. Terlihat bagaimana senangnya ia bermain seolah-olah ia belum pernah merasakan bagaimana kebersamaan dengan seorang ibu.

***

"Maya... sudah lengkap semuanya barang-barangnya??" Ujar Ardi.

"Sudah tuan.." Maya menjawab.

"Yasudah.. Rian kita kembali ke hotel dulu.. menyimpan barang-barang ini... setelah itu kita langsung kerumah Anindia lagi.." ujar Ardi memberi perintah.

"Baik tuan.." jawab Rian.

Mobil pun melaju ke hotel dimana mereka menginap setelah itu langsung menuju kerumah Anindia. Sbelum itu ada hal yang harus Ardi lakukan.

***

"Tanteee... bolunya sudah matang belum?? Arkan uda gak sabar mau mencobanya tante.."

"Sebentar lagi ya Arkan.. kalaupun sudah matang belum bisa di makan dulu.. tunggu dingin dulu yaa.."

"Iyaa tante... tapi jangan lama-lama tante... Arkan uda ga sabar.."

Akhirnya bolu yang di buat Anindia pun matang,Anindia mendinginkan bolunya agar bisa langsung dimakan oleh Arkan yang sudah tidak punya kesabaran.
Sungguh imut bocah itu menunggu sambil memandang bolunya tanpa berkedip.
Anindia seketika tersenyum melihatnya.
Anindia pun heran akan dirinya kenapa bocah ini bisa dekat dengannya dan Anindia pun tidak ingin menolak kedekatan itu.

"Arkan bolunya tidak akan lari loh.. kok diliatin sampai segitunya gitu.."

"Gapapa tante.. biar bolunya cepat dingin kalo Arkan liatin terus..hahahaha" jawab Arkan sambil tertawa girang.

Tiba-tiba ada suara mobil yang berhenti di depan rumah. Suara ketukan pintu pun muncul dengan ucapan salam dari seorang pria.

"Assalammualaikum..."

"Waalaikumsalam.." jawab Anindia.

"Pasti itu papa tante..."ujar Arkan.

Anindia pun menoleh ke arah Arkan.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang