BAB 32

4.6K 334 4
                                    

"Tampannya.." ucap Silva sambil memandang Ardi di hadapannya.

Lalu tiba-tiba Silva mengapit lengan Ardi dan berkata.

"Tolongin saya mas.. wanita buncit itu mukul saya tadi.." ucap Silva dengan centilnya.

"Mulaaaiii.. mulaaaiii gatelnya.." kata Anindia mengejek Silva.

Ardi dengan cepat melepas cekalan tangan Silva di lengannya.

"Wanita buncit yang kamu bilang itu istri saya.." ucap Ardi marah.

Silva terkaget-kaget mendengar pengakuan laki-laki tampan di hadapannya. Ia tidak menyangka Anindia memiliki suami setampan itu bahkan dlDimas pun kalah jauh dengannya.

"Jadi.. mas ini suaminya dia?" Tanya Silva ragu-ragu.

"Iya kenapa? Mau cari masalah sama istri saya?" Tanya Ardi berang.

Silva hanya bisa terdiam melihat suami Anindia yang begitu marah. Tidak berapa lama Dimas datang dari luar ruangan. Saat melihat istrinya di marah-marah oleh seorang laki-laki ia langsung menghampiri istrinya.

"Ada apa ini? Kamu kenapa di marah-marah sama laki-laki ini?" Tanya Dimas.

"Mas Dimas tolongin aku mas.. aku di serang mereka." Ucap Silva berbohong sambil sembunyi di belakang tubuh Dimas.

"Maaf pak ada apa ini ya.. kenapa bapak marah-marah dengan istri saya.."tanya Dimas minta penjelasan.

"Istri bapak yang mengganggu istri saya duluan.. bahkan ingin menampar istri saya.. untung istri saya langsung menangkisnya.. dia juga mengejek istri saya buncit padahal istri saya lagi mengandung anak saya." Jawab Ardi sambil memperlihatkan Anindia yang sedari tadi sembunyi dibelakangnya.

Saat Anindia melihat kedatangan Dimas dia langsung bersembunyi di belakang tubuh Ardi. Enggan rasanya bertemu dengan laki-laki yang sangat ia benci.

"Anindia.." ucap Dimas kaget.

Saat Dimas melihat keberadaan Anindia disitu, ia kini paham permasalahannya apa. Ia tau pasti ini ulah istrinya sendiri, Dimas sangat mengenal Anindia. Anindia tidak akan mengusik jika ia tidak usik maka sebaliknya pun begitu.

"Maaf pak.. istri saya yang salah.. Anindia maafkan Silva ya.. kami permisi.." ucap Dimas sambil menggeret lengan istrinya menuju keluar ruangan. Namun Silva tidak terima karena ia disalahkan padahal kesalahan memang ada di dirinya.

"Mas.. apa-apan ceh kok malah belain Anindia bukannya belain aku istrinya mas.." ucap Silva marah.

"Jelas aku belain Anindia, aku tau sifat kamu seperti apa Sil.. tolong jangan ganggu Anindia lagi, sudah cukup aku menyakitinya dulu. Kalo kamu masih dengan sikap burukmu itu, lebih baik kita berpisah saja." Kata Dimas berang.

"Apa pisah? Kenapa kamu mau pisah sama aku.. kamu mau balikan lagi sama Anindia?iyaaaa??" Teriak Silva.

"Jika memang itu yang terbaik kenapa tidak.. tapi itu tidak akan terjadi, Anindia sudah menjadi milik orang lain.." ucap Dimas kecewa.

Tanpa fikir panjang Dimas meninggalkan Silva sendirian di tempat itu. Ia memilih pergi dari pada harus berdebat lagi dengan istrinya itu.

"Awas kamu Anindia.. akan aku balas kamu nanti.." ucap Silva dengan tatapan penuh dendam.

***

"Kamu gak kenapa-kenapa kan sayang?" Tanya Ardi kawatir.

"Gapapa mas.. udah ya yuk kita pulang aja aku capek mas.." jawab Anindia.

Ardi menggendong Arkan dan mengajak Anindia pulang kerumah. Sebelum itu Ardi meminta maaf kepada para pengunjung yang sudah merasa terganggu oleh kejadian tadi. Mereka semua mengerti, karena mereka tau kesalahan bukan pada Anindia tapi Silva yang menghampiri Anindia duluan.

Ingin rasanya Ardi bertanya permasalahan apa yang terjadi sebenarnya. Ardi samar-samar terdengar Anindia berkata wanita itu merebut Dimas. Siapa Dimas itu, apakah pria yang tadi? Ada hubungan apa Anindia dengan laki-laki itu. Apakah dia juga mantan kekasih Anindia.

"Yaampun sayang.. kemarin Rangga sekarang Dimas.. besok siapa lagi mantan kekasihmu yang bakal muncul tiba-tiba seperti tadi." Ucap batin Ardi.

Mereka sampai dirumah dengan selamat. Saat tiba Anindia merasa begitu lapar, mereka tidak sempat makan ketika di mall karena kejadian yang terjadi.

"Mas.. aku lapar.. hiks.. hiks..." ucap Anindia manja.

"Yaampun laper ya.., ayok sini masuk.. kita makan dulu.. apa perlu mas gendong?" Ujar Ardi.

"Aaaaaa... mas ini malu lah diliat Arkan masa mas gendong bundanya.." jawab Anindia menolak.

"Cih!! Tumben nolak mau digendong.. biasa juga minta gendong terus." Batin Ardi.

"Yaampun.. papa sama bunda ini lama-lama lebay ya.." ucap Arkan sambil berjalan membawa mainan barunya.

Sesuai janji Anindia membelikan Arkan mainan baru. Arkan langsung memasuki kamarnya ia sungguh enek melihat papa dan bunda nya bermanja-manja seperti anak kecil.
Yang anak kecil siapa yang manja malah siapa.

"Tuh kan mas.. Arkan jadi ngejek kita lebay.. mas pun ngapain bahas-bahas gendong di depan Arkan." Anindia mengomel sambil berjalan menuju dapur.

"Nah loh.. kok malah mas yang di omelin ya.." ucap Ardi heran melihat tingkah Anindia yang berubah-ubah.
Maklum lah hormon ibu hamil.

***

Ardi sedang sibuk dengan laptopnya, ia mengerjakan pekerjaan yang ia tinggalkan beberapa hari ini. Karena sibuk mengurus keinginan ibu hamil.

"Massss..." teriak Anindia di luar kamar.

"Iya sayang bentar.." ujar Ardi. Lalu Ardi menutup laptopnya dan segera keluar menuju ke tempat Anindia berada.

"Kenapa sayang..?" Tanya Ardi

Anindia sedang duduk di kursi balkon di dekat kamar mereka, sedang menikmati langit malam yang begitu banyak bintangnya.

"Mass.. gendong...." pinta Anindia sambil memanyunkan bibirnya.

"Apa? gendong? tadi katanya gamau di gendong lagi.. ditawarin gendong malah di omelin.. yaampun.." batin Ardi.

Ardi tetap menggendong Anindia hingga ke kamarnya. Mungkin ini saatnya ia bertanya soal Dimas. Berhubung mood Anindia sedang baik-baik saja.

"Sayang mas boleh nanya sesuatu?" Tanya Ardi hati-hati.

"Mau tanya apa mas?"

"Dimas itu siapa kamu?" Tanya Ardi penasaran.

"Oh Dimas ya.. dia itu mantan pacar aku mas.. mas jangan cemburu kayak kemaren lagi yaa.." ancam Anindia.

"Hahaha engga kok.. engga.. kan mas cuma mau nanya aja ini loh.." jawab Ardi terkekeh.

"Dimas itu mantan aku setelah mas Rangga.. dia selingkuhin aku mas, sebelumnya dia uda janjiin nikah sama aku. Eh waktu dia pergi merantau dia malah selingkuh.. ya gitu ceritanya.." Anindia menjelaskan.

"Jadi tadi Silva itu ya yang merebut Dimas dari kamu dek.. trus dia ngapain gangguin kamu lagi tadi.."

"Gatau tuh mas, sakit jiwa kali dia nya.. tiba-tiba dateng malah ngatain aku ini itu.. ya aku marah lah mas.. jadi lah kejadian seperti tadi itu.." ujar Anindia sewot.

"Jadi kalo boleh mas tau.. mantan pacar kamu ada berapa sih?" Tanya Ardi penasaran.

"Kenapa mas pengen tau banget sih. kan itu masa lalu mas.." ucap Anindia.

"Iya kan mas cuma pengen tau aja.. mas kan gak pengen terkaget-kaget kayak tadi aja.. mas sama sekali gatau apa-apa loh.." ujar Ardi lagi.

"Ohh gitu.. pokonya mantan aku berapa aku lupa mas.. yang penting gak bakal lagi ada kejadian yang kayak tadi lagi deh mas.." jawab Anindia.

Ardi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kalo mas mantan pacarnya ada berapa?" Tanya Anindia balik yang membuat Ardi gelagapan.

"Emmm pengen tau banget memangnya?"

"Iya lah pengen tau.. emangnya gak boleh mas??"

Ardi bingung ingin bercerita dari mana. Pasalnya Ardi bukan pria yang banyak dekat dengan seorang wanita.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang