BAB 7

8K 585 1
                                    

Bambang Ardi Harsono seorang duda ditinggal mati istrinya. Memiliki seorang putra bernama Arkan Pradipta Harsono. Istrinya yang meninggal karena kecelakaan dengan membawa anak yang di kandungnya ikut pergi ke surga. Semenjak kematian istrinya, Ardi tidak pernah kedapatan dekat dengan wanita mana pun. Ia hanya fokus untuk melanjutkan perusahaan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.

Dan dia hanya sibuk mengurus anak semata wayangnya agar anaknya tidak merasa kesepian semeninggal ibunya. Meskipun di dalam hati kecilnya pasti merindukan sosok seorang ibu.

Arkan yang begitu pemilih akan sesuatu sama seperti papanya yang memiliki sifat pemilih, buktinya saja hingga saat ini ia masih betah hidup menduda. Banyak kolega bisnis yang ingin menjodohkan anaknya kepada Ardi akan tetapi setelah pertemuan Ardi langsung menolak perjodohan itu.
Bukan karena wanita-wanita tersebut tidak cantik dan menawan, hal yang mustahil wanita-wanita kaya itu tidak cantik.

Hanya saja Ardi belum bisa melupakan mendiang istrinya, ditambah lagi putranya yang tidak mudah untuk dekat dengan orang lain. Bukankah kenyamanan putranya yang harus dia utamakan. Semenjak hidup menduda Ardi hanya sibuk dengan pekerjaannya, hingga ia lupa ada hati yang harus di isi karena kekosongannya.
Dia lupa bagaimana cara untuk jatuh cinta lagi. Dia lupa bagaimana cara untuk memulai lagi.

Ardi bukan pria dingin yang tidak perduli akan sekitarnya, ia ramah dan sopan. Hanya saja ia tidak mudah untuk di dekati secara pribadi. Ia sangat menjaga jarak dengan lawan jenis, karena dia sadar dengan statusnya yang seorang pemimpin perusahaan yang harus menjaga sikap dengan baik.

Jika saat libur ia habiskan waktunya untuk bermain dengan putra semata wayangnya. Pergi berlibur kemana pun putranya ingin pergi.
Biasanya arkan pasti akan meminta ke kebun binatang, ia sangat suka sekali melihat monyet. Jika ditanya kenapa menyukai monyet, alasannya karena monyet suka makan pisang. Sedangkan Arkan sama sekali tidak menyukai pisang lantas kenapa dia malah suka monyet karena suka makan pisang.
Entah lah bocah satu itu sudah memang aneh kelakukan dan tingkahnya.

Sebulan yang lalu Ardi dimintai tolong oleh kerabat dari ibunya untuk ikut pergi ke kota L, untuk mengantarkan sepupunya menikah disana. Awalnya Ardi sempat ingin menolak dengan alasan pekerjaan, tapi setelah berfikir dua kali akhirnya ia sanggupi permintaan itu.

Ketika sampai di kota L ia heran dengan kota sekecil ini disebut kota, ukurannya hanya seperti area komplek perumahannya. Ardi yang tinggal di komplek perumahan elit dengan luas yang sangat lebar dengan penghuni bukan dari kalangan biasa, wajar saja jika rumahnya memiliki ukuran yang tidak kecil. Rumah besar dengan halaman yang begitu luas. jika ingin berjalan kaki dari rumah hingga ke pos satpam itu akan memakan waktu berjam2.

Ardi lebih kaget lagi ternyata tempat acara pernikahannya bukan di gedung seperti biasa yang ia hadiri melainkan di rumah mempelai wanita dan letaknya di sebuah desa. Desa tersebut bukan desa seperti yang ada dibayangkannya. Dengan rumah-rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Ternyata desa itu rumahnya terbuat dari beton dan batu bata meski tidak begitu besar fikirnya. Mungkin hanya sebesar ruang tamu di rumahnya.

Akhirnya sampai di tempat pesta pernikahan dengan menggunakan adat sekitar pernikahan itu berjalan dengan lancar.
Ardi yang tadinya nyaman mengikuti serangkaian acara menjadi gerah karena kedatangan tamu yang sangat banyak. Ditambah lagi dengan acara diluar ruangan dengan keadaan panas sekali. Ia mencari celah untuk menghindar sejenak dari tamu-tamu yang datang, hingga ia lupa keberadaan putra semata wayangnya.

"Arkan.. dimana Arkan.. Rian juga kemana.." gumam Ardi yang panik mencari-cari putranya. Dengan segera Ardi mengambil ponsel di sakunya untuk menelfon Rian bodyguardnya.

"Rian, Arkan ada bersamamu?" Tanya Ardi panik.

"Tidak tuan, bukankah tadi ia bersama dengan tuan" jawab Rian.

"Tidak, cepat cari dimana dia.. saya takut dia kecarian saya dan menangis"
Perintah Ardi.

"Baik tuan.."
Rian dengan segera mencari keberadaan tuan kecilnya itu.
Di masukinya kerumunan tamu yang ada di pesta pernikahan itu.
Setelah beberapa waktu dia menemukan tuan kecilnya sedang duduk dengan seorang wanita. Di rasa tuan kecilnya terlihat aman-aman saja. Rian memutuskan tidak menghampirinya dan langsung menelfon tuannya.

"Hallo tuan.. saya sudah menemukan tuan muda kecil." Ujar Rian.

"Ada dimana dia?" Tanya Ardi.

"Dia sedang makan bersama seorang wanita tuan."

"Seorang wanita? Siapa dia? Apa dari keluarga saya?"

"Bukan tuan, saya tidak mengenalnya.. tapi tuan tidak usah kawatir, tuan Arkan baik-baik saja, ia sangat nyaman dengan wanita itu tuan dan saya akan memantaunya dari sini."

"Baiklah.. sebentar lagi saya akan menyusul"
Ardi yang sedang berada jauh dari area pesta tersebut karen menghindar dari keramaian pesta, dengan segera menyusul putranya.

***

"Park Ardi.."
Anindia kaget dengan kedatangan Ardi yang mendadak di rumahnya, padahal sebentar lagi pria yang akan dijodohkan dengannya juga akan segera datang. Dilema yang di rasakan Anindia kini makin membuat hatinya tidak tenang. Ia yang menaruh hati pada pak Ardi, tidak ingin Ardi melihat momen-momen yang seperti ini. Ia takut nantinya Ardi akan berfikiran bahwa ia sudah memiliki calon suami.
Padahal belum tentu Ardi juga menaruh hati yang sama padanya.

Wanita memang seperti itu ya.. Terlalu memikirkan hati orang yang dicintainya tanpa memikirkan hatinya sendiri yang terluka..

Arkan melihat papanya datang, seketika itu juga ia mengomel..
"Papa kok uda datang kesini, mau jemput Arkan? Tp Arkan belum mau pulang pa."ujar Arkan.

"Ihh.. anak papa ini kenapa cerewet sekali sih. papa kan juga bosen di hotel terus.. makanya papa datang kesini.."

Anindia yang kelagapan meninta Ardi untuk masuk kerumah, ayah yang kaget dengan kedatangan Ardi langsung meminta Anindia untuk membuatkan minuman.

"Nin kedapur sana bikin minuman sekalian buat untuk pak lurah yang sebentar lagi uda mau datang."

Hati Anindia pun semakin tidak karuan setelah mendengar penuturan ayahnya soal pak lurah yang sebentar lagi datang. Itu artinya pria itu pun juga akan datang. ALLAHUAKBAR.. bagaimana ini sudahlah nasi sudah menjadi bubur tinggal dikasi ayam suir,kecap,dan kerupuk kan makin enak jadinya.

"Assalammualaikum.."
Pak lurah yang telah sampai di kediaman anindia pun mengucap salam.
Dan di jawab serentak oleh ayah Anindia, Ardi dan Arkan.
"Waalaikumsalam.. masuk pak lurah" ujar Ayah Anindia.

Anindia yang gregetan makin gregetan aja di dapur karena ayah memanggil Anindia untuk ke ruang tamu. Membuat minuman pun di ambil alih oleh kakak Anindia.
Dengan segera Anindia duduk di sebelah ayahnya, diam-diam matanya sambil melirik ke arah tamu yang sudah hadir. Ia hanya ingin memastikan dulu siapa pria yang akan dijodohkan dengannya.
Saat matanya berpapasan dengan
Ardi, Anindia kaget dan langsung menunduk.
Sekilas Anindia melihat wajah Ardi sangat datar membuat dirinya semakin dag dig dug ser.

Yang ia fikirkan saat ini hanya bagaimana pandangan Ardi soal dirinya. Karena dengan terang-teranganmn pak lurah membahas soal perjodohan. Itu artinya Ardi yang juga ada disitu mendengar semuanya.

Arkan yang sedari tadi duduk dipangkuan Anindia pun terheran
-heran dengan banyaknya orang yang duduk di hadapannya. Ia pun sempat bertanya kepada Anindia karena penasaran.

"Tante... kenapa rumah tante ramai sekali.." tanya Arkan dengan polosnya.

Anindia yang mendengarnya hanya bisa.
"Ssssttt.. jangan ribut Arkan nanti dimarahin sama kakek.." ujar Anindia sambil bisik-bisik.

Bibir Arkan pun seketika manyun mendengar jawaban Anindia.

***

♡Terima kasih untuk yang sudah membaca cerita ini.. semoga suka ya.. happy reading♡

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang