BAB 24

5.2K 379 5
                                    

Anindia saat ini sedang berada taksi menuju kos-kosqnan yang sudah ia pesan melalui online. Ia memilih kos-kosan yang cukup aman ditinggali, kos-kosn yang berbentuk rumah dengan pemilik di dalamnya juga tinggal.

Ia sadar saat ini ia sendirian di kota yang cukup besar, apalagi ia sedang keadaan hamil muda. Sebelum sampai kos-kosan Anindia sudah membeli semua kebutuhan yang ia perlukan. Toh ia tidak beneran kabur selamanya, bagaimana pun Ardi masih suaminya yang sah. Ia hanya kecewa dengan suaminya karena sudah membentaknya di telfon.

Walaupun Ardi bersikap dingin, anindia tetap sabar menghadapinya. Namun saat Ardi membentaknya bagi Anindia itu sudah keterlaluan. Amarah yang tak mendasar itu harus dilampiaskan pada Anindia yang tidak tau apa-apa. Anindia tau alasan kenapa Ardi bersikap begitu padanya. Tapi ia sudah menjelaskan dengan sebenarnya tanpa ada yang di tutupi. Lantas kenapa Ardi harus berlarut-larut dalam amarah. Bukankah itu cukup berlebihan?

***

"Assalammualaikum.." ucap Anindia di depan pintu rumah kos-kksan yang akan ia tinggali.

"Waalaikumsalam.. mbak ini yang pesan kamar tadi?" Tanya ibu yang membuka pintu.

"Iya buk.. saya Anindia yang pesan kamar via online." Jawab Anindia.

"Ayukk masuk biar saya tunjukkan kamarnya." Ibu kos pun mengajak Anindia untuk masuk ke dalam rumah.

Anindia pun masuk ke dalam kamarnya,ibu kos pun mewanti-wanti peraturan yang harus diperhatikan oleh penghuni kos.
Anindia pun juga menjelaskan keadaannya yang sedang hamil muda. Namun saat ditanya mengapa ia tidak tinggal dengan suaminya. Anindia menjawab dengan apa adanya, saat ini ia memiliki masalah dengan suaminya dan ingin menyendiri dulu. Ibu kos pun mengerti tidak ingin mengetahui lebih jauh selama tidak akan ada masalah yang akan datang.

"Aaaa... enaknya, capek banget rasanya.. capek hati,capek fikiran juga capek badan." Ucap Anindia.
Tanpa sadar anindia pun menangis, ia saat ini merindukan suaminya. Namun rasa kecewanya masih cukup besar kepada suaminya.
Akhirnya anindia pun tertidur dalam tangisannya.

***

"Mbok gimana ceritanya Anindia kok bisa hilang bagini? Kenapa mbok tinggalin Anindia sendiri mbok? Yaampun.. " Ardi yang marah karena frustasi bingung mencari Anindia kemana diwaktu yang sudah malam begini.

Mbok .inah pun hanya diam saja, meski bukan sepenuhnya salah mbok Minah. Tetap saja mbok Minah tidak bisa asal bicara.
Mbok Minah pun ingin mengatakan soal Anindia yang sedang mengandung pun semakin tidak berani.

"Jadi nindia sakit apa mbok.. kok bisa sampe masuk rumah sakit? Kenapa gak ada yang kasih tau saya." Seketika ardi pun sadar kesalahannya sendiri,
Anindia sudah menelfonnya berkali-kali. Namun karna ego yang gak karuan itu ia tidak mengangkat telfonnya. Setelah di telfon lagi ia malah membentak Anindia dengan alasan sedang meeting.
Ardi pun mengusap kasar wajahnya, ia mengatakan dirinya bodoh.

"Maaf den.. tadi mbak anindia tiba-tiba pusing den sehabis mengantar den Ardi, non Anindia sempat istirahat namun saat bangun non Anindia pingsan den.. jd mbok dan pak Marto bawa non Anindia ke rumah sakit." Ujar Mbok Minah menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

"Jadi kata dokter Anindia kenapa mbok?" Tanya Ardi.

Mbok Minah pun semakin gemetar saat ingin mengatakan yang sebenarnya.
Ardi pun sadar akan hal itu.

"Mbok jangan takut.. gapapa mbok bilang aja kenapa mbok?" Desak Ardi.

"Non Anindia.. sedang mengandung den.." jawab Mbok Minah menunduk takut.

Jedeerrrrrrrrrrrr...
Seolah petir menyambar di siang bolong. Ardi kaget setengah mati mendengar perkataan mbok Minah.

"Apa mbok?? Anindia hamil? Mbok gak bohong?" Ucap Ardi memastikan lagi apa yang di dengarnya tidak salah.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang