BAB 20

5.7K 359 6
                                    

"Kamu Anindia kan?" Tanya seseorang yang tiba-tiba menghampiri Anindia.

"Mas...Rangga" gumam Anindia kaget.

"Iyaa.. ini aku Rangga.. kamu kok bisa disini Nin?" Tanya Rangga.

"Ahha iya.. aku tinggal disini sekarang"
Jawab Anindia.

Namun belum selesai mereka berbincang-bincang kang batagor memberitahukan bahwa pesanannya telah selesai.

"Mbak ini batagornya uda selesai" ujar kang batagor.

"Ohh.. iya kang..ini uangnya" ujar Anindia sambil menyodorkan beberapa uang lembar merah.

Anindia pun ingin memanggil pak Marto namun Rangga menawarkan diri untuk membawa bungkusan batagornya.

"Biar aku aja yang bawa Nin, sekalian jalan kan" tawar Rangga.

"Ohh.. makasi mas Rangga, jadi ngerepotin" ucap Anindia.

Namun dibalik pertemuan itu ada seseorang yang diam-diam mengambil foto mereka berdua.
Cekrek.. cekrek.. cekrek..

Seseorang yang diam-diam memfoto itu langsung mengambil handphonenya untuk menelfon seseorang.

"Nona.. saya punya berita bagus.. akan saya kirimkan nanti." Ujar pria misterius itu.

"Kerja bagus"
Tut..tut..tut..

***

Pak Marto pun mengambil bungkusan dari tangan Rangga dan menaruhnya di belakang.
Anindia pun tidak lupa untuk berterima kasih kepada Rangga. Ia kaget saat tiba-tiba bertemu dengan Rangga disini.

"Makasi ya mas.. uda bantuin bawain bungkusannya"ucap Anindia tulus.

"Iya nin sama-sama.. oiya boleh gak mas minta nomer handphone kamu Nin?" Pinta Rangga.

"Buat apa mas?" Tanya Anindia mengernyit bingung.

"Ya mana tau nanti kamu butuh bantuan mas. Kan mas bisa bantu"

"Ohh.. gitu mas.. yauda sini handphonenya mas."
Anindia pun mengetik nomor handphone nya.
Lalu ia pun pamit pulang.

"Permisi ya mas.. aku duluan" pamit Anindia.

"Iya Nin hati-hati dijalan.." ujar Rangga.

Mobil pun melaju meninggalkan Rangga yang sedari tadi tersenyum dipinggir jalan.
Dia tidak menyangka bisa bertemu Anindia di sini. Semenjak berpisah dengan Anindia, Rangga tidak pernah mendapatkan kabar apa pun soal Anindia.

Karena Anindia melarang siapa pun yang dekat dengannya untuk berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya itu. Bagi nya jika memang sudah mantan maka tidak perlu lagi untuk saling berhubungan.
Anindia pun sempat ragu memberi nomor handphone nya, namun ia merasa tidak enak karena Rangga yang sudah membantunya.
Toh dia sudah menikah jadi tidak ada yang perlu di kawatirkan soal hatinya.
Jelas-jelas hatinya kini sudah menjadi milik suaminya.

Sesampai Anindia dirumah dengan segera ia keluar dari mobil. Tidak lupa ia meminta pak Marto untuk membagikan batagor yang telah ia beli tadi.

"Pak ini di bagiin ya ke semuanya"
Pinta Anindia.

"Iya non.. terima kasih non." Ucap pak Marto.

Tiba-tiba terdengar suara cempreng putra kesayangannya.

"Bundaaaaaaaa"
Arkan pun langsung memeluk kaki Anindia.

"Ehh anak bunda, uda mandi sayang? Cup" ujar Anindia sambil mencium kening Arkan.

"Uda dong bunda, tadi mbak Maya yang mandikan Arkan. Bunda abis dari mana?" Tanya Arkan.

"Abis dari rumah temen bunda sayang.. yuk kita masuk. Papa uda pulang belum?" Tanya Anindia.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang