BAB 11

7.9K 527 1
                                    

Anindia kaget dengan mobil yang berjejer di depan dan belakang mobil yang ia naiki, seperti sedang mengawal orang penting saja.
Ia cukup penasaran soal itu akan tetapi ia tidak cukup berani untuk menanyakannya. Anindia yang masih sangat canggung untuk bersikap lebih pada Ardi.

Bocah laki-laki yang sedari tadi tidur di pangkuannya pun bangun.

"Hooaaammm.. bunda, nanti sampai rumah kita main ya."

Anindia mengiyakan ajakan putranya itu. Tapi Ardi yang mendengar permintaan putranya itu langsung angkat suara.

"Arkan.. kalo bundanya main terus sama Arkan, kapan papa bisa main sama bunda"

"Memangnya papa mau main apa sama bunda, kan papa bukan anak kecil lagi"

"Memangnya kamu gak mau punya adik?"

"Mau dong pa, tapi apa hubungannya main bareng bunda sama mau punya adik" Arkan pun berfikir keras.

"Mas.."
Reflek Anindia mencubit Ardi yang bicaranya semakin ngelantur. Takut putranya akan menanyakan hal yang lebih jauh lagi.

Ardi hanya terkekeh kecil Anindia yang melihat tingkah suaminya itu pun tersenyum, ia berfikir bahwa mas Ardi adalah orang yang cukup dingin dan tegas. Ternyata Ardi orangnya cukup asik juga untuk diajakin bercanda.
Karna Anindia yang belum sepenuhnya mengenal suaminya itu, perlahan-lahan ia akan belajar untuk mengenal bagaimana karakter suaminya.

"Yeyyyyy.. kita uda sampai bunda..."

Anindia kaget ketika memasuki gerbang yang begitu megah, melihat begitu luasnya halaman yang ditumbuhi dengan bunga-bunga yang cantik.
Anindia terpaku menatap sekelilingya, terlihat katrok memang. Hal itu sangat wajar bagi Anindia yang hidup dari kalangan orang biasa.

"Halaman segede ini cuma di jadikan taman, kenapa gak dibikin bangunan kos-kosan aja coba.. pasti bakal banyak duit ini. Ckckckck" gumam Anindia di dalam hati.

Ardi memecah lamunan Anindia dengan menggenggam jemari tangannya.

"Yukk nin.. kita masuk kamu pasti capek kan."

"Iya mas.."

Didepan rumah mereka disambut oleh beberapa pelayan rumah.

"Selamat datang tuan dan nyonya."

Ardi dan Anindia memberi senyum dan anggukan, mereka langsung masuk ke dalam rumah bak istana itu. Iya. Bagi Anindia rumah itu sudah seperti istana dan merekalah raja dan ratunya. Ckckck

Mereka tidak langsung memasuki kamar, Ardi meminta semua pelayan untuk berkumpul.
Ardi memperkenalkan siapa istrinya sekarang. Berharap mereka bisa memperlakukan Anindia dengan baik.

"Ini istri saya Anindia namanya, tolong perlakukan istri saya dengan baik dirumah ini. Karena rumah ini sudah memiliki nyonya, segala hal yang menyangkut rumah ini akan di atur oleh istri saya. Paham." Ujar Ardi.

"Paham tuan.." semua pelayan mematuhi perintah Ardi.

"Nyonya ingin dibuatkan minuman apa?" Tanya salah satu pelayan yang umurnya sudah sepuh.

"Ehhh.. emm.. apa ya, yang segar-segar saja.. emm..buk"

"Panggil saya mbok Minah nyonya."

"Ehh iya mbok minah"

"Saya permisi tuan dan nyonya."

Anindia masih sangat gugup perihal kebiasaan yang baru ini, karena biasanya jika ingin minum bahkan makan apa pun ia hanya langsung pergi ke dapur untuk membuatnya. Lantas sekarang ia harus terbiasa hidup meminta orang lain untuk melakukan hal apa pun untuknya.

Tiba-tiba Ardi merangkul pundak istrinya itu, Anindia yang kaget tubuhnya terasa kaku. Ardi yang menyadari itu langsung tersenyum

"Aku suamimu Nin.. jangan kaku begitu dong"

Anindia melotot ketika Ardi memanggilnya dengan sebutan dek. Hatinya terasa ada yang menggelitik. Sepertinya taman di depan rumah berpindah tempat ke hatinya. Berbunga-bunga.. ckckck

Ardi pun langsung mengecup kening istrinya itu.

Cup.

"Waaaahhh.. sepertinya mas Ardi sudah mulai menunjukkan kekuasaannya ini, saat dirumahku dulu dia gak pernah tuh menciumku" gumam Anindia di dalam hatinya seketik pipi Anindia pun seketika memerah.

"Bunda... sini bunda ikut aku yuk ke kamar aku.. aku mau kasi tau bunda kamar aku yang mana." Ujar Arkan sambil menarik tangan Anindia.

"Bentar ya mas.."

"Sayang.. masa kamu sama Arkan terus.. kapan kamu sama mas.." ujar Ardi sambil manyun.

"Maaf mas.. itu anakmu rewel terus loh mas.. nanti kalo dia ngambek gimana.."

"Iya iya.. yauda gih urusin bocah nakal itu dulu."

Anindia pun mengikuti kemana Arkan pergi. Karna saat ini anindia tidak tau sama sekali seluk beluk rumah ini, jika berjalan kemana pun sendirian sudah pasti akan tersesat.

***

Anindia saat ini sudah berada dikamar bersama Ardi. Ardi meminta Anindia untuk membereskan baju-baju yang ia bawa dari rumahnya ke lemari. Tidak banyak baju yang ia bawa, karena Anindia yang hidup sederhana membeli baju hanya saat baju yang lama sudah tak layak pakai. Ardi yang mengetahui hal itu ia hanya diam saja tanpa bertanya kenapa baju Anindia sangat sedikit.

"Mas.. mandi duluan aja ya, aku mau beresin baju-baju mas dulu ini." Ujar Anindia.

Ardi pun langsung masuk ke kamar mandi.
Sebelum Ardi selesai mandi Anindia sudah menyelesaikan beberesnya.
Ia juga sudah menyiapkan pakaian tidur untuk suaminya.

Ceklek.
Pintuk kamar mandi terbuka, awalnya anindia ingin keluar kamar sebelum ardi selesai mandi. Belum sempat bergerak ternyata ardi sudah selesai dengan ritual mandinya.

Anindia pun langsung menutup wajahnya dengan telapak tangan karena melihat Ardi yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh bawahnya.

Jantung Anindia pun berdegup kencang untuk pertama kalinya berada dalam ruangan yang sama dengan pria dan dalam keadaan bertelanjang dada. Saat dirumah Anindia ,Anindia tidak pernah melihat Ardi bertelanjang dada karna letak kamar mandi dirumahnya berada diluar kamar. Jadi ketika Ardi selesai mandi langsung mengenakan pakaian dikamar mandi.

"Kamu gak mau mandi dulu?? Mau sampai kapan kamu tutup muka kayak gitu."

"Ehhh.. iyaa mas, aku mau mandi dulu ya.. itu baju uda aku siapin mas." Anindia berjalan dengan masih menutup wajahnya dengan tangan, hampir saja ia menubruk Ardi yang berdiri di dekat pintu kamar mandi.

"Hati-hati dong bisa-bisa nanti kamu jatoh loh.. masa jalan sambil tutup muka kayak gitu ckckckck"

Anindia pun selesai mandi namun ada hal yang ia lupakan, ia lupa membawa handuk. Karena terlalu sibuk menutupi wajahnya tadi ia sampai lupa membawa handuk.

"Duhh.. gimana ini aku lupa bawa handuk. Masa harus pakai pakaian tadi kan uda kotor.. mau gak mau harus minta tolong sm mas Ardi ini." Gumam Anindia yang bingung karena kelupaan membawa handuknya.

Ceklek.
pintu terbuka sedikit,
"Mas.. aku boleh minta tolong.. tolong ambilin handukku mas.. aku lupa bawa tadi.." teriak Anindia dari dalam kamar mandi.

"Iya bentar sayang.."
Ardi pun mengambil handuk di lemari, ia langsung ingin memberinya ke anindia.
Namuunnnn...

Saat Anindia membuka pintunya sedikit dengan cepat ardi mendorong pintu itu dengan tangannya.

Anindia yang kaget dengan keadaan telanjang pun langsung teriak.

"Aaaaaaaa... mas Ardi ngapain masuk." Anindia dengan cepat menutupi tubuhnya dengan menggunakan tangannya.

Ardi pun langsung melilitkan handuk ke tubuh istrinya, ia menggendong istrinya keluar dari kamar mandi.

Anindia yang kaget dengan kelakuan suaminya itu, mana mungkin dia akan marah.
Karena mas Ardi adalah suaminya bahkan jika mas Ardi akan meminta haknya pun siap tidak siap Anindia harus bersedia.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang