BAB 41

4.9K 326 6
                                    

Anindia sudah boleh pulang dari rumah sakit, hari ini adalah hari pertama Rania dirumah keluarga Harsono.
Semua yang ada dirumah itu menyambut bahagia kehadiran putri kecil yang sangat cantik itu. Apalagi mbok Minah yang sudah sangat tidak sabar bertemu dengan nona kecilnya itu.

"Mbok sabar to mbok bentar lagi non anindia dan den Ardi sampai.." ujar m
MAya menenangkan mbok Minah yang mondar-mandir tidak sabaran.

"Gimana mau sabar nduk.. sampai sekarang juga belum sampai.." jawab mbok Minah kawatir.

Maya hanya mengeleng-gelengkan kepalanya saja melihat ibunya yang sedari tadi mondar-mandir.

Klakson berbunyi diluar pintu gerbang, otomatis pintu gerbang dibuka oleh pak satpam.
Mobil berhenti sejenak.

"Pak.. habis nutup gerbang pergi ke rumah utama ya pak.." perintah Anindia dari dalam mobil.

"Siap non.." jawab pak satpam.

Pak satpam segera menutup pintu gerbang dan berjalan mengikuti mobil majikannya itu.

"Liat tuh mbok mereka sudah sampai.." ucap Maya antusias.

Mbok Minah pun tidak kalah terburu-buru ingin menyambut kedatangan mereka.

Ardi keluar dari mobil lalu ia dengan cepat membuka pintu untuk Anindia. Di papahnya Anindia keluar dari mobil agar Anindia tidak jatuh karena Ia masih agak sulit untuk berjalan sendiri.

Anindia berjalan masuk dengan Rania yang ada di dalam gendongannya. Ardi menuntun Anindia duduk di sofa dengan perlahan.

"Duhh leganyaaaa..." ucap Anindia sambil duduk nyaman di sofa.

"Ada yang perlu mas lakuin lagi sayang?" Tanya Ardi.

"Gak ada mas..mas duduk aja sini.. mas belum istirahat dari kemarin.." Ujar Anindia menepuk sofa di sampingnya.

"Oh iya pak Marto tolong keluarin semua makanan yang ada di dalam mobil ya pak.." ucap Anindia.

"Baik non.."
Jawab pak Marto.

Melihat gelagat mbok Minah yang sedari tadi ingin mendekat tapi segan membuat Anindia ingin tertawa saja.
Sudah dari awal Anindia menyadari hal itu.

"Mbok..."

"Ia non.. non butuh apa biar si mbok yang ambilin.." ucap mbok Minah antusias.

"Gausah mbok.. mbok sini dong, gak mau liat cucu perempuan mbok ini.." ucap Anindia sambil memandang Rania yang sedang dalam gendongannya.

Mbok Minah kaget karena di minta Anindia untuk mendekat. Tapi ia terlihat sangat bahagia karena bisa mendekati langsung bayi mungil itu.
Tidak hanya boleh mendekati, Anindia malah memberikan Rania pada mbok Minah.

Dengan senang hati mbok Minah menyambut bahagia Rania ke dalam gendongannya. Tanpa sadar si mbok malah menangis sambil menggendong Rania.

Saat Arkan baru lahir Ranya tidak pernah mengizinkan orang lain untuk menggendong Arkan kecuali keluarga saja. Sedangkan mbok Minah yang sudah menjaga Ardi sedari bayi merasa sedih karena tidak bisa menggendong Arkan yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri.

Maka dari itu mbok Minah sedikit menjaga jarak saat Anindia pulang dengan membawa Rania. Mbok Minah tidak berani untuk mendekati takut tidak diizinkan.

Namun ternyata Anindia sama persis seperti ibunya Ardi yang tidak mempermasalahkan soal status mbok
Minah dirumah itu.

"Lohh kok mbok nangis.." tanya Anindia tertawa.

"Gapapa non.. ini air mata bahagia non.. " ucap mbok Minah.

Mereka semua pun tertawa bahagia, tanpa sadar baby Rania juga ikut tersenyum dalam tidurnya.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang