BAB 38

4.4K 334 7
                                    

Dua minggu lebih telah berlalu, Anindia yang tengah mendekati HPLnya semakin hari ia semakin gugup menghadapi persalinan nanti.
Setiap hari ardi selalu menenangkannya tapi setiap hari pula Anindia gugup.
Wajar karena ini adalah kali pertama kehamilannya.

"Sayang mas ke kantor dulu ya.. ada kerjaan yang harus mas selesaikan sendiri.. gak bisa di wakili Haikal.." ujar Ardi.

"Yauda mas hati-hati ya.. aku gapapa kok mas.."

"Kalo ada apa-apa langsung kasih tau mas ya sayang.. muah" Ujar Ardi sambil mencium kening Anindia dengan penuh kehangatan. Jika bukan karna pekerjaannya yang sangat penting dan harus di selesaikan olehnya sendiri pasti ardi lebih memilih menemani Anindia saja dirumah.

"Nina.. saya sebentar lagi sampai dikantor.. tolong persiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan.." perintah Ardi lewat telfon.

"Baik pak" balas Nina.

Sudah beberapa minggu ini Nina bekerja di perusahaan Ardi. Ia cukup profesional dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia juga tidak berniat untuk menggoda Ardi sekalipun. ia bekerja dengan seperti yang seharusnya, maka Ardi pun membuang jauh-jauh fikiran buruk tentang Nina.

Hari ini Ardi harus menemui seorang kolega yang berniat bekerja sama dengannya.
Karena kolega tersebut berasal dari luar kota.
Ardi di minta untuk datang ke sebuah hotel mewah yang ada di kota Bandung.

Setelah sampai kantor Ardi meminta Nina untuk segera bersiap-siap berangkat.
Sesampainya Ardi di hotel ia langsung menuju kamar kolega yang ingin ia temui.

"Selamat siang pak saya Ardi dari Harsono Group.." ucap Ardi sambil menjabat tangan kolega itu.

"Siang pak Ardi.. saya Miko dari Wijaya Group.. silahkan duduk pak.." ujar Miko.

***

Anindia tengah sibuk menenangkan fikirannya dengan cara melakukan hal-hal yang ia sukai seperti membuat kue.
Ia tengah sibuk mengadoni adonan cake pisang.
Sedangkan mbok Minah tengah sibuk membuat makan siang nanti.

"Mbok.. mbok hari ini masak apa?" Tanya Anindia

"Tadi den Ardi minta dibuatkan sop ayam non.." jawab Mbok Minah.

"Ohh iya mbok.. yauda mbok lanjut masak aja.." pinta Anindia.

Saat sibuk dengan adonannya Anindia menerima telfon dari nomor yang tidak di kenalnya.
Berniat untuk tidak menjawabnya karena Anindia tidak suka menjawab telfon dari nomor yang tidak dikenalnya. Namun karena nomor itu terus menerus menelfon. Akhirnya Anindia memutuskan untuk mengangkatnya saja.

"Hallo.."

"Suamimu sedang asik main gila dengan wanita lain..jika kau penasaran datang ke hotel xxxx sekarang" ucap penelfon misterius.

Anindia mengepalkan tangannya dengan emosi.
"Jadi ini pekerjaan yang harus kamu tangani sendiri mas?" Gumam Anindia penuh emosi.

"Mbok nanti kalo Arkan pulang trus nanyain saya kemana.. bilang aja bundanya pergi ke minimarket ya mbok.."
Perintah Anindia.

"Iya non.. memangnya non mau beli apa ke minimarket, biar mbok suruh Maya saja non.."ujar mbok Minah.

"Gausah mbok biar saya saja.. saya yang harus menyelesaikanya sendiri.." ujar Anindia.

Anindia segera mengambil tasnya yang berada di kamar lalu menelfon seseorang.

"Datang ke hotel xxxx sekarang"
Tut..tut..tut..

Karena perutnya yang sangat besar membuat Anindia sulit berjalan cepat.
"Pak Marto siapkan mobil.. saya mau pergi.." perintah Anindia.

"Baik non.." jawab pak Marto.
Pak Marto mengambil mobil di garasi lalu menjemput Anindia yang tengah menunggu di depan rumah.

"Mau pergi kemana non?"
tanya pak Marto.

"Ke hotel xxxx ya pak" jawab Anindia

"Baik non.."

Mobil melaju menuju hotel tempat dimana Ardi berada.
Sesampai Anindia di hotel itu Anindia langsung menuju kamar yang di sebutkan oleh penelfon tadi.

Kini anindia sudah berada di depan kamar hotel yang katanya Ardi sedang main gila dengan wanita lain.
Anindia sangat gugup, lebih gugup ini lagi dari pada membayangkan persalinannya nanti.

Anindia mengetuk pintu kamar itu, tapi tidak ada yang membukanya. Anindia berinisiatif untuk membukanya sendirim dan ternyata tidak di kunci.

Ceklek.
Pintu terbuka sempurna.
Anindia melihat suaminya tengah tidur bersama seorang wanita yang ia ketahui adalah sekretaris baru suaminya.
Haikal yang di telfon Anindia tadi juga sampai di kamar itu setelah Anindia.
Ia kaget melihat pemandangan yang ada di depannya.
Sahabatnya tengah tidur dengan wanita lain dan istrinya tengah menonton mereka.
Haikal menutup mulutnya merasa tidak percaya.

"Mas Haikal.. tolong seret wanita itu menjauh dari suamiku.." perintah Anindia.

Haikal langsung membangunkan wanita itu.
Nina kaget dengan keberadaan Anindia istri bosnya.

"Mbak Anindia.." gumam Nina.

"LANCANG KAMU.. SAYA BUKAN MBAKMU!!" Ucap Anindia kasar.

"Maaf bu Anindia.. saya dipaksa oleh pak Ardi.. saya sebenarnya.." ucap Nina menjelaskan.

"TUTUP MULUTMU!!! SEKALI LAGI KAU BERBICARA KUPASTIKAN KAU TIDAK AKAN BISA BICARA LAGI!!!" Ancam Anindia.

Haikal mendengar omongan Anindia langsung bergidik ngeri. Ternyata Anindia jika sudah marah sangat mengerikan. Perutnya yang membuncit tidak menjadi penghalang untuknya menyalurkan emosinya.

Anindia membangunkan Ardi yang tengah tertidur pulas. Lima kali Anindia membangunkannya tapi tidak juga bangun. Anindia langsung tau jika Ardi bukan tidur atas kehendaknya sendiri tapi Ardi sudah diberi obat tidur. Ardi selalu bangun di hitungan yang ketiga kali jika Anindia membangunkannya.
Bukan Anindia namanya jika tidak tau kebiasaan suaminya sendiri.

Lalu ia melihat seprai yang terlihat rapi dan bersih tanpa noda apa pun. Jika memang mereka telah tidur bersama pasti keadaan seprai akan jauh lebih berantakan dan tidak rapi. Ia paham bagaimana Ardi jika soal ranjang, stamina Ardi sangat kuat bahkan Anindia sering kewalahan.

Hanya tubuh Ardi yang di penuhi bekas-bekas lipstik.
Sedangkan tubuh wanita itu tidak memperlihatkan bekas-bekas ciuman panas dari Ardi.
Itu artinya sudah dari awal keadaan Ardi tertidur pulas.
Dan wanita itu sengaja membuat bekas lipstik di tubuh Ardi.
Berharap itu akan menjadi bukti kegiatan panas yang mereka lakukan.

Dan melihat keadaan kamar mandi yang belum digunakan sama sekali.
Ia sudah paham jika suaminya ini sedang di jebak.

"Mas Haikal.. bawa wanita tidak tau malu ini ke kantor polisi.." perintah Anindia.

Haikal merasa aneh dengan perintah Anindia. Jika nina di bawa ke kantor polisi dengan tuduhan apa yang harus di tuntut olehnya.
Apakah tuduhan merebut suami orang, atau ketahuan tidur dengan suami orang.
Duh Haikal pusing mengahadapi masalah bosnya ini.

"Mas Haikal bawa dia ke kantor polisi dengan tuduhan sengaja memanipulasi identitas dan menjebak orang lain dengan sengaja.." perintah Anindia.

"Haaa.. pemalsuan identitas??"
Haikal kaget dengan ucapan Anindia.

Nina merasa ketakutan mendengar penuturan Anindia soal pemalsuan identitas. Tangannya gemetar ia berfikir apakah ia akan masuk penjara.

"Ohh tidakkk" gumam Nina.

Haikal memerintahkan Nina untuk memakai bajunya. Ia langsung menyeret Nina keluar kamar.

"TUNGGU!!!"
Haikal dan Nina berhenti.

"Kau itu bodoh ya... kau fikir aku akan percaya dengan omong kosongmu ini?? Kau fikir aku wanita bodoh yang langsung percaya dengan taktik murahanmu ini.. hahahaha aku seperti sedang menonton drama saja.. bawa dia mas.." ujar Anindia mencibir.

Haikal dengan cepat membawa pergi Nina.

Anindia mendekati suaminya yang tengah tertidur di ranjang hotel.
"Mas.. mas.. terlalu cepat dirimu percaya dengan orang lain mas.. sampai di jebak pun kau tidak sadar.."
Ucap Anindia sambil mengusap lembut pipi Ardi.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang