BAB 30

5.2K 374 6
                                    

Semenjak hamil Anindia selalu sibuk dirumah, yang biasanya ia hanya sibuk mengurus Arkan dan Ardi. Sekarang ini ia selalu sibuk di dapur, setiap hari dia membuat segala macam cemilan. Sampai Ardi dan Arkan kewalahan menghabiskan segala macam kue dan makanan manis lainnya.

Terkadang jika Anindia terlalu banyak membuat makanan, makanan itu dibagikan kepada para pelayan rumah. Jelas saja mereka merasa senang, setiap hari mendapatkan cemilan.

Entah kenapa semenjak hamil Anindia semakin rajin. Terkadang Ardi sempat mengejek, kenapa gak sekalian jualan aja di depan rumah. Namun jawaban Anindia sangat mengejutkan, ia mengatakan bahwa itu adalah ide yang bagus. Ardi langsung tepuk jidat melihat kelakuan istrinya. Bayangkan saja istri dari seorang Bambang Ardi Harsono menjual kue di depan rumah. Mau di kata apa sama orang, orang bisa menganggap Ardi tidak mampu membiayai istrinya.

Setelah di beri pemahaman akhirnya Anindia mengurungkan niatnya untuk berjualan.

"Bunda.. bunda hari ini gak bikin kue kan?" Tanya Arkan.

"Arkaaaaaaaannnnn" teriak Ardi melotot saat Arkan menanyakan soal kue. Itu sama saja sedang memancing Anindia untuk mulai sibuk membuat kue lagi.

"Kenapa sih mas teriak-teriak.." ujar Anindia kesal.

"Maaf..hehehe mas kelepasan.." jawab Ardi langsung kicep melihat Anindia marah

"Sayang.. hari ini bunda gak bikin kue, soalnya bunda mau pergi ke dokter sama papa.." jawab Anindia

"Bunda mau periksa adek bayi ya.. " tanya Arkan antusias

"Iya sayang.. jadi besok aja ya bunda bikin kuenya.." jawab Anindia sambil mengusap kepala arkan.

Ardi yang mendengar pun langsung elus-elus dada. Membayangkan besok makan kue lagi lagi dan lagi. lama-lama tubuh kekar yang selama ini ia buat akan berubah menjadi gumpalan-gumpalan lemak. Tapi ia tidak pernah mengeluhkan hal itu, selama Anindia bahagia apa pun akan di lakukan oleh Ardi.

Hari ini Ardi menemani Anindia untuk cek kandungan, karena kehamilan Anindia sudah masuk 5 bulan.
Hari ini Ardi ingin membawa mobil sendiri, ia ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Anindia.

Ardi membukakan pintu mobil ia pun memasangkan sabuk pengaman dengan benar agar tidak sampai menekan perut Anindia.

Ini kali pertama Anindia melihat Ardi menyetir sendiri. Dan ini adalah kali pertama mereka pergi berduaan saja.

"Mas.."

"Hmmm" Ardi menoleh sebentar ke arah Anindia.

"Kita kayak lagi pacaran ya mas.." Anindia tersenyum memandang Ardi.

"Iya ya sayang.. biasa mas jarang bawa mobil sendiri.. biasa kamu selalu di sopirin sama pak Marto ya.." jawab Ardi

"Aduhh... " tiba-tiba Anindia memekik tertahan.

Ardi mendengarnya pun langsung panik dan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa? Apa yang sakit. Kamu gapapa?" Tanya Ardi panik sambil menggenggam tangan Anindia.

"Gatau ini mas.. anak kamu hari ini aktif banget mas.. gerak-gerak aja dari tadi.. seneng kayaknya dia ditemenin jalan-jalan sama papanya.." jawab Anindia tersenyum.

"Mas kirain kamu kenapa-kenapa.. rupanya anak papa lagi nakal ya dia.. muter-muter ya di dalam perut bunda.. yang anteng ya nak.. kasian bunda.." ucap Ardi sambil mengelus perut anindia.

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit kasih bunda. Setelah di nasehati oleh Ardi, bayi di dalam perut anindia tidak berulah lagi.

Setelah sampai di rumah sakit Anindia dan ardi langsung menuju ruangan dokter. Karena Ardi sudah mendaftar sebelumnya jadi mereka tidak perlu mengantri lagi.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang