BAB 14

7K 471 1
                                    

Ardi pun langsung menuju kerumahnya, ia sudah sangat merindukan istrinya.

"Assalammualaikum.. mas pulang ini."

"Waalaikumsalam den Ardi" jawab mbok Minah.

"Anindia mana mbok?? Arkan juga kemana?" Tanya Ardi sambil mencari-cari keberadaan istri dan putranya.

"Non Anindia ada di kamar den Arkan, den Ardi.. perlu mbok panggilkan den?" Ujar Mbok Minah.

"Ehh.. gausah mbok biar saya aja ke kamarnya Arkan" jawab Ardi.

Ardi pun melangkahkan kakinya menuju kamar putranya. Sayup-sayup terdengar suara cekikikan dari dalam kamar Arkan. Ardi pun penasaran apa yang dilakukan istri dan putranya itu.
Perlahan-lahan Ardi membuka pintu kamar,ia pun kaget melihat istri dan anaknya sedang asik nonton kartun sampai tertawa terpingkal-pingkal.

"MasyaALLAH sayang.. jadi lagi asik nonton sampe suami pulang gak disambut." Ujar Ardi.

Anindia dan Arkan menoleh ke arah suara.

"Ehhh.. mas uda pulang ya,, aku gatau mas uda pulang. Hehehhe" Jawab Anindia tertunduk malu.

"Sayang lanjutin lagi ya nonton kartunnya.. bunda mau urusin papa mu dulu."
Ucap Anindia pada putra sambungnya itu.

"Ihh.. papa ganggu aja, bunda kan lagi asik nonton sama aku." Ujar Arkan manyun.

"Husss.. bundamu itu bukan cuma punya kamu loh.. wleeee." Ardi mengejek putranya.

"Bundaaaa... liat tu papa ngejek aku"
Arkan mewek.

"Mas... uda ih jangan brantem sama anaknya. Arkan nangis nanti kapok.."

Ardi pun menarik tangan Anindia menuju kamarnya. Tidak lupa Ardi meminta mbok Minah untuk memanggil Maya agar menemani putranya dikamar.

"Gimana mas kerjaan di kantor? Lancar?" Tanya Anindia.

"Lancar dong.. berkat kamu kerjaan mas lancar semua." Jawab Ardi sambil menangkup kedua pipi Anindia dengan gemas.

"Loh kok berkat aku mas. Aku kan gak ngapain-ngapain cuma dirumah aja" jawab Anindia.

"Berkat kamu mas jadi semangat kerja, semagat juga mau pulang. Kalo mau pulang cepat kan harus semangat kerjanya biar cepat selesai."

"Huuuu.. mas gombal.. uda gih mandi dulu.. mas bau asem." Ucap Anindia sambil tutup hidung.

"Ihh ngaco kamu
, mas wangi gini dibilang bau..cium ni coba cium" sambil menyodorkan badannya ke arah Anindia.

Anindia pun terkekeh geli.
"Iya ih iya mas wangi.. uda cepetan mandi..hussss sanaaa"

"Gamauuu.. ciuumm duluu.. "

"Ihhh mas manja.."

"Cepetan ihh..." Ardi nyodorin bibirnya.

Cup...

"Udaaah.. cepet mandi sana.."

Ardi pun langsung pergi ke kamar mandi tidak lupa Anindia menyediakan baju ganti untuk Ardi.
Setelah itu ia langsung turun ke bawah untuk meminta mbok Minah menyiapkan makan malam. Sungguh nikmat menjadi orang kaya, tidak harus masak bahkan membersihkan rumah. Semuanya sudah ada yang mengerjakan, tugasnya hanya merawat putra dan melayani suaminya saja.

Tidak pernah terbayangkan bagi Anindia akan hidup seberuntung ini. Andai saja ibunya masih hidup, pasti akan sangat bahagia karena melihat Anindia hidup dengan baik seperti ini.

"Ahh iyaaa.. aku lupa, tadi mau nelfon ayah" gumam Anindia.

Tut..tut...tut...
"Hallo.. assalammualaikum nak.. apa kabar??" Ucap ayah Anindia di telfon.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang