"Pak tolong pak lepasin saya.. saya tidak bersalah pak.. saya mohon..hiks hiks.." ujar Nina memohon kepada pak polisi.
"Tolong diam.." bentak pak polisi.
Nina terduduk lesu meratapi nasibnya sendiri. Kini ia masuk penjara atas kesalahan yang ia lakukan sendiri.
Ia tidak berfikir bahwa Anindia akan membongkar habis kedoknya selama ini.
Dia fikir Anindia adalah wanita yang bodoh ternyata ia salah.
Sekarang ia masuk ke dalam jebakannya sendiri.***
"Oeeekk.. oeeekk.. oeeekkk.." suara bayi menangis.
Anindia yang sadar bayinya menangis karena haus segera menyusuinya.
Anindia sudah berada di ruang perawatan, namun ia masih sendirian di dalam ruangan itu.
Kemana Ardi suaminya?Tok..tok..tok..
"Mas boleh masuk?" Izin Ardi.Anindia mendengar suaminya meminta izin masuk tidak bisa menahan tawanya tapi karena ia masih baru habis melahirkan tidak mungkin baginya untuk tertawa lepas, karena pasti perutnya akan terguncang-guncang. Ia memutuskan untuk menahannya saja.
Ternyata Ardi masih takut dengan Anindia, entah takut karena di omeli atau takut nantinya anindia akan membahas lagi soal masalah di hotel.
Soal itu Ardi sudah meminta Haikal untuk membereskan semuanya.Ardi masuk ke dalam ruangan bersama Arkan. Ardi menghubungi pak Marto untuk membawa Arkan ke rumah sakit. Sebenarnya Ardi tidak ingin membawa Arkan kerumah sakit tapi keadaan sangat genting. Ardi berharap Anindia tidak akan meledak-ledak jika ada Arkan disini.
"Ehhh anak bundaaa.. sini sayang deket sama bunda.." ucap Anindia girang melihat putra semata wayangnya itu.
"Bundaaaaaaaaaa..." teriak Arkan sambil berlari.
Ardi merasa kikuk karena tidak di anggap sama sekali oleh Anindia. Anindia lebih memilih berdekatan dengan Arkan dibanding dengannya. Ia sadar ia sudah berbuat kesalahan meski bukan sepenuhnya kesalahannya.
Ardi memilih untuk duduk di sofa seperti tamu yang tak di undang."Mas gak mau adzanin anak mas?" Tanya Anindia ketus.
"Eh.. iya mas lupa.." jawab Ardi kikuk.
Ardi langsung mendekat ke arah Anindia, Anindia memberikan bayinya setelah selesai menyusui.
Ardi melakukan tugasnya sebagai ayah mengadzani anaknya yang baru lahir. Setelah selesai Ardi mengembalikan bayinya kepada Anindia."Bunda.. bunda.. adik Arkan namanya siapa bunda?" Tanya alArkan sambil terus memandang wajah adiknya itu.
"Siapa ya? Emmm bunda juga belum punya nama buat adik kamu sayang.. coba gih tanya sama papamu.." bisik Anindia di telinganya Arkan.
Lantas Arkan pergi ke arah papanya yang tengah sibuk menata perlengkapan bayi agar tidak berserakan.
"Paaa..."
Teriak Arkan."Kenapa sayang? Kamu lapar?" Tanya Ardi tanpa menghentikan kegiatannya
"Bukan pa.. kata bunda Akan disuruh nanya sama papa namanya adik Arkan.. siapa namanya pa?" Tanya Arkan tidak sabaran.
Ardi mendengar hal itu langsung menoleh ke arah Anindia. Anindia hanya membalas dengan anggukan bahunya dan tersenyum. Fikirnya Anindia tidak marah lagi dengannya makanya meminta Ardi untuk mencarikan nama untuk putrinya itu.
"Emmmm siapa ya namanya?? Coba papa fikir dulu ya.." ujar Ardi sambil berpura-pura memikirkan sesuatu.
"Gimana kalo nama adik kamu Rania? Kamu suka??" Tanya Ardi
"Suka pa.. tapi nama panjangnya apa pa? Aku kan Arkan Pradipta Harsono kalo Rania apa?" Tanya Arkan.
"Ohh iya papa lupa.. yauda papa fikirkan lagi ya ... emmm Rania apa ya.. gimana kalo Rania Qirani Harsono..bagus kan?" Ujar Ardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI GADIS BIASA [END]
RomanceBukan menjadi satu-satunya yang belum menikah namun Anindia selalu menjadi bahan untuk dipaksa menikah. Selalu di jodoh-jodohkan membuat Anindia muak. Mendadak pak lurah dikampungnya ingin menjodohkan Anindia dengan kerabatnya namun perjodohan kali...