BAB 27

5.4K 369 6
                                    

"Sial!! Jadi Anindia sudah kembali kerumah mas Ardi.. gagal lagi rencanaku" ucap Alisa dengan penuh amarah.

Ternyata selama ini ia terus menerus mengirim foto kebersamaan Anindia dengan Rangga dulu. Hal itu lah yang menyebabkan Ardi terus menerus bersikap dingin dengan Anindia, semakin melihat foto itu semakin memuncak amarahnya karena rasa cemburu.

"Apa yang harus gue lakukan untuk memisahkan mereka.. semua cara gagal terus.." gumam Alisa semakin frustasi rasanya.

***

"Besok kita cek kandungan ya?" Ucap Ardi sambil mengelus perut Anindia yang masih belum menonjol.

"Memangnya besok mas gak ngantor?"

"Mas kan bisa ambil libur, kamu lupa bos nya siapa?" Ucap Ardi

"Brati pulang dari cek kandungan bisa pergi jalan-jalan dong mas" ujar Anindia pun sudah merubah posisinya yang sebelumnya menyender di tenpat tidur sekarang menyender di dada bidang Ardi sambil gelendotan.

"Wuuuuuu... mau nya kamu itu.." Ardi pun mencubit gemas hidung Anindia. "Mau jalan-jalan kemana kita? Kita mau honeymoon?" Tanya Ardi lagi.

"Alahhh ngapain honeymoon mas, uda jadi juga ini yang di perut hehehe" jawab Anindia terkekeh.

"Gimana kalo kita piknik mas.. atau gini aja mas, biar gak perlu kemana-mana kita bikin piknik di belakang rumah aja mas.. beli makanan yang banyak biar mbok Minah sama yang lainnya bisa ikutan piknik gitu.." ujar Anindia.

"Boleh juga usul kamu.. yauda besok pulang cek kandungan kita pergi belanja ya." Ucap Ardi.

"Okaaayyy sayang, ajakin mas Haikal juga mas suruh bawa pacarnya.. "

"Ngapain sih ajakin dia, bosan mas ketemu dia mulu.. dikantor satu hari pun harus liat dia mulu.." ujar Ardi tidak setuju.

"Ckckckck... mas ini, sahabat sendiri juga.."

"Ehehehe mas bercanda sayang..."

Ardi pun langsung mengambil handphone yang ada di meja dekat tempat tidur.
Ia langsung menelfon Haikal untuk memberitahukan bahwa Anindia mengundangnya datang kerumah.

"Hallo Kal.. besok malam lo datang ke rumah gue ya bawa pacar lo.. jangan lupa bawa buah tangan.. jangan cuma bawa yang lengket di badan lo doang.." ucap Ardi seenaknya.
Lalu telfon pun di matikan.

Tut..tut..tut..

Seseorang yang di ujung telfon ingin sekali mengumpat kasar.
"Bener-bener ya.. gue belum jawab apa pun uda main matikan aja." Gumam Haikal kesal.
Namun meski kesal begitu ia langsung menelfon pacarnya.

"Beb besok malam kamu dandan yang cantik ya.. aku jemput jam 7 malem.. oke muahhh" ucap Haikal di telfon.

"Masa gue harus bawa buah tangan Sih, lah yang banyak duit siapa yang bos siapa. Dasar lo Bambang." Batin Haikal

***

Matahari pun menyinari pagi ini dengan cahayanya. Anindia yang masih sibuk dengan selimut dan mimpinya, langsung terbangun ketika Ardi membuka gorden jendela.
Karena kehamilan Anindia yang masih muda, ia sering susah bangun pagi. Bawaannya mengantuk terus-menerus.

Namun tidak seperti biasa ibu hamil yang selalu mengalami morning sicness Anindia jarang mengalaminya, hanya sesekali saja. Dan ia pun bersyukur akan hal itu, ia tidak perlu menderita selama three semester ini.

"Bangun sayang uda siang.. mandi cepat, Arkan uda nungguin itu di bawah. Nyariin bundanya mulu dia." Ucap Ardi

"MasyaALLAH aku lupa mas nemuin Arkan semalem.. aku mandi dulu mas." Anindia pun beranjak dari tempat tidurnya dan langsung pergi ke kamar mandi.

Namun saat Anindia masih di dalam kamar mandi, pintuk kamar ada yang mengetuk.

Tok..tok..tok...
"Papaaaa... bukaaaa... Arkan mau ketemu sama bunda, bunda uda pulang kan pa?" Ucap Arkan.

Ceklek.
"Ehh anak papa rupanya.. bunda lagi mandi sayang.." Ardi pun menggendong putranya yang sudah mengenakan pakaian sekolahnya.

"Paa.. bunda kok gak bilang-bilang uda pulang." Ujar Arkan.

"Semalem Arkan kan uda bobok.. makanya bunda gak kasih tau Arkan klo bunda uda pulang.. Arkan tunggu di bawah dulu cepat nanti biar bundanya turun kebawah, bunda mau kasih hadiah buat Arkan nanti."

"Beneran pa?? Hadiah apa itu pa..?" Arkan semakin antusias saat diberitahu akan diberi hadiah.

"Makanya nanti lah bundanya yang kasih tau.. Arkan tunggu di bawah dulu.." Ujar Ardi.

"Okee pa.."

***

Anindia pun telah selesai mandi dan langsung segera turun kebawah, sebelumnya Ardi mengatakan kedatangan Arkan ke kamar. Ia pun langsung turun untuk menemui Arkan.

"Anak bunda mana ini.. katanya nyariin bunda dari kemarin.."

Arkan pun langsung keluar dari kamarnya.
Dia langsung lari memeluk kaki Anindia.

"Bundaaa.. kata papa bunda mau kasih hadiah buat Arkan.. mana hadiahnya bunda.." tanya Arkan antusias.

Anindia pun kaget mendengar soal hadiah yang di pinta Arkan. Ia bingung hadiah apa yang di maksud oleh mas Ardi.
Anindia pun sadar hadiah itu adalah soal kehamilan Anindia.

"Sini sayang.. duduk sini dulu yukkk.." Anindia pun mengajak Arkan untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Arkan mau hadiah dari bunda?"
Arkan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Hadiahnya itu Arkan bakalan mau punya adik.." ujar Anindia.

"Beneran bunda.. Arkan mau punya adik.. mana adiknya bunda, kok Arkan gak liat ada adik disini?" Tanya Arkan sambil mencari-cari keberadaan adiknya.

Anindia pun sedikit bingung bagaimana menjelaskannya namun ia perlahan-lahan menjelaskan kepada Arkan agar mengerti.

"Adik Arkan masih ada di perut bunda sayang. Dia masih kecil jadi harus di perut bunda dulu. Kalo uda besar baru nanti dia keluar dari perut bunda." Ujar Anindia menjelaskan.

"Jadi sekarang adik aku ada di perut bunda ya." Arkan pun mengelus perut Anindia sambil mengatakan sesuatu.

"Cepat besar ya adik nya kakak Arkan.. biar kita bisa main" ucap Arkan dengan penuh kasih sayang.

Ardi yang melihat pemandangan di hadapannya itu pun menyunggingkan senyuman, ia bersyukur karena Anindia dan Arkan bisa sedekat seperti ibu dan anak kandung. Dan Arkan pun mau menerima calon adiknya.

Ia pun tidak lupa berterima kasih kepada almarhumah istrinya Ranya.

"Terima kasih karena sudah melahirkan Arkan, meski ia besar tanpa kehadiranmu. Ia menjadi anak yang pintar dan penuh perhatian. Meski saat kau ada di dunia ini, cintaku tidak sepenuhnya untukmu. Aku bersyukur karena ALLAH mempertemukan kita duluan, karena dengan hadirnya Arkan, akhirnya aku bisa bertemu dengan Anindia." Batin Ardi di sela ia memandangi istri dan anaknya.

CINTA DARI GADIS BIASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang