"Nin... apa Arkan kita pindahin aja ke sekolah lain.. mas gak pengen Arkan jadi ga semangat sekolah karena ada anaknya wanita itu.." ujar Ardi di sela-sela kesibukannya.
"Pindah sekolah? Aku setuju aja mas.. cuma Arkannya mau atau engga kalo pindah sekolah.. gimana pun Arkan yang menjalaninya kan mas.." tutur Anindia
"Iya juga sih.. kalo gitu nanti mas tanyain ke Arkan.. kalo dia setuju langsung mas urus kepindahannya.."
Sepulang dari sekolah Arkan, Ardi tidak kembali ke kantor ia memilih menemai Anindia dirumah dan melanjutkan pekerjaannya dari rumah saja.
Anindia semakin sulit untuk duduk karena perutnya yang semakin besar, karena kehamilannya sudah mengijak 8 bulan. Satu bulan lagi ia akan bertemu dengan anaknya."Mas.."
"Hmmm.. kenapa sayang?" Tanya Ardi.
"Aku takut mas.." ujar Anindia.
Ardi sedikit kaget dengan perkataan Anindia.
"Kenapa sayang? Kamu takut melahirkan nanti? Kan ada mas yang temenin nanti ya.." ucap Ardi menenangkan Anindia.
"Ihh bukan itu mas.." jawab Anindia kesal.
"Jadi apa sayang? Takut kenapa coba?cerita sama mas.."
"Aku takut kalo kejadian yang dulu akan terulang kembali.." ucap Anindia sambil menundukkan wajahnya.
"Kejadian apa?"
Tanya Ardi heran."Silva" jawab Anindia singkat.
Ardi yang paham akan ketakutan Anindia, ia bingung harus berkata apa. karena bukan hanya Anindia saja yang merasakan hal itu. Ardi bahkan lebih takut jika ia akan kehilangan Anindia dari sisinya. Cukup sekali ia merasakan hal itu. Namun karena ia melihat kegundahan hati Anindia. Ia langsung memeluk Anindia dengan hangat. Agar Anindia merasakan bahwa tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka kecuali maut.
"Sayang.. jangan mikir yang aneh-aneh ya.. mas ini milikmu dan kamu itu milik mas.. dan itu mutlak gak akan ada yang bisa ganggu gugat..oke" ujar Ardi sambil mencium singkat bibir Anindia.
"Tuh kan main nyosor aja.. nakal ih mas.." ujar Anindia samvil mencubit pinggang Ardi dengan gemas.
"Sayang..."
"Hmmmm"
"Mas pengen..boleh ya.." pinta Ardi sambil menoel pipi Anindia dengan manja.
"Masih siang loh mas.. mas ngawur ya.." ujar Anindia sambil melotot.
"Apa hubungannya coba sayang pagi siang sama malam.. kan mas pengennya sekarang.. ya..ya boleh ya..." ujar Ardi memohon.
Anindia gemas melihat suaminya yang sedang memohon seperti itu. Ardi sangat lucu ketika ingin meminta jatah. Seperti anak kecil yang minta di belikan permen sama ibunya.
Anindia tidak menjawab iya atau tidak. Anindia hanya membalas ciuman singkat yang dilakukan Ardi tadi padanya.
Seakan mengetahui maksud dari Anindia.
Ardi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia langsung tancap gas membalas Anindia dengan lebih dan lebih dari itu.Karena kehamilan Anindia yang semakin besar, sedikit menyulitkan bagi Ardi. Meski begitu bukan menjadi penghalang baginya untuk menyalurkan hasratnya.
***
Di dunia lain Silva sedang mengintrogasi Dimas suaminya dengan pertanyaan seputar Ardi. Karena Dimas saat ini bekerja di perusahaan di bawah naungan dari Harsono Group. Sudah pasti Dimas mengenal Ardi.
"Mas... aku mau nanya" ucap Silva.
"Mau nanya apa Sil? Jawab Dimas.
"Mas tau Bambang Ardi Harsono?" Tanya Silva antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI GADIS BIASA [END]
RomanceBukan menjadi satu-satunya yang belum menikah namun Anindia selalu menjadi bahan untuk dipaksa menikah. Selalu di jodoh-jodohkan membuat Anindia muak. Mendadak pak lurah dikampungnya ingin menjodohkan Anindia dengan kerabatnya namun perjodohan kali...