Happy reading!
***
Pagi hari, matahari masih tampak malu-malu memunculkan sinarnya. Cesha yang masih tertidur perlahan mulai terganggu saat merasakan hembusan napas di belakang tengkuknya, mata gadis itu seketika melotot, menyadari jika seseorang tengah memeluknya dari belakang.
"Zevesh?!" betapa terkejutnya saat ia mendapati Zevesh tengah tidur di ranjang queen size miliknya dengan tangan cowok itu yang melilit erat di perutnya.
Cesha mencoba melepaskan tangan Zevesh namun sial, meskipun sedang tertidur tenaga cowok itu masih sangat kuat, "Zevesh bangun!"
"Sebentar sayang," erang Zevesh dengan mata yang masih tertutup.
"Zevesh lepas dulu! Aku mau ke kamar mandi!" pinta Cesha.
Zevesh tiba-tiba membuka matanya, mata tajamnya menatap lekat mata indah Cesha, sehingga mereka berdua kini tengah saling menatap satu sama lain.
"Terpesona baby?" goda Zevesh menaikkan sudut bibirnya.
Cesha sontak menggeleng, "Gak! Zevesh buruan aku mau mandi, nanti kita telat!"
Begitu Zevesh melonggarkan tangannya Cesha dengan cepat berdiri, menghindari gerakan cowok itu yang hendak menariknya kembali.
"Sayang sini! Nggak ada yang izinin kamu untuk mandi!" geram Zevesh.
"Kenapa? Aku kan cuman mau mandi Zevesh!" rajuknya.
"It's six a clock, masih ada waktu banyak, kita ngga bakal dihukum kalo telat. So, lets sleep and hug me!" titah Zevesh terdengar seperti tak ingin dibantah.
Cesha mendengus, tanpa ingin menuruti perintah Zevesh gadis itu tiba-tiba berlari menuju kamar mandi, membuat Zevesh tidak sempat untuk menghentikan gadis itu. Cesha bahkan menutup pintu dengan kasar, hingga Zevesh yang tengah berdiri tepat di depan pintu terjengit kaget.
Zevesh memainkan lidahnya di dalam mulut, tangannya berdecak di pinggang, "how cute she is, thats my girl!"
***
Sembari menunggu Cesha yang tengah mandi, Zevesh memutuskan keluar menuju kamar Arthur. Membuka pintu kamar yang terletak tepat di samping kamar Cesha lalu berjalan masuk ke dalam, namun sang pemilik kamar ternyata tidak ada. Suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi membuat Zevesh mengerti jika sahabatnya itu tengah mandi, ia memutuskan untuk duduk di kursi belajar yang terletak di samping ranjang tersebut.
Zevesh melipat kedua tangannya di depan dada, kaki kirinya ia letakkan di atas kaki kanannya, sementara mata cowok itu menelisik ke setiap penjuru kamar Arthur. Memperhatikan satu persatu interior kamar tersebut, yang Zevesh ketahui masih terlihat sama sedari dulu.
Mata Zevesh beralih melirik pada meja belajar yang terlihat berantakan tersebut, dahinya mengernyit saat melihat beberapa amplop yang terlihat sangat kusut. Zevesh dengan cepat mengambilnya, ia membuka isi di dalamnya yang ternyata berisi beberapa kertas, namun baru saja ia hendak membacanya seseorang tiba-tiba merebut kertas tersebut.
"Ngapain lo?!" cerca Arthur, wajahnya terlihat menegang, kertas yang berada di tangannya bahkan ia remas.
Zevesh melirik kertas tersebut, "apa?" tanyanya singkat.
"Cuman dokumen rahasia kantor, lo nggak seharusnya kepo!"
"Sampai segitunya? Gue nggak percaya!" tutur Zevesh curiga.
Arthur mengacak rambutnya yang masih basah, "kenapasih lo kepo banget! Nggak semuanya lo harus tau bro!"
"Gue makin percaya kalo ada sesuatu yang keluarga lo sembunyiin," Zevesh berdiri, lantas menatap Arthur tajam, "gue nggak salah kan kalo kepo? Bisa jadi apa yang kalian sembunyiin berhubungan sama cewek gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINESCENCE
Teen FictionZevesh tegaskan gadisnya itu LUMINESCENCE untuknya. Zevesh percaya bahwa poros hidupnya hanya berpusat pada gadisnya. Zevesh berani bersumpah bahwa tak ada yang lebih berharga daripada gadisnya di dunia yang fana ini. Gadis Zevesh segala-galanya un...