[32]. LUMINESCENCE

7.1K 265 11
                                    

Happy reading!

***

Selama ini Zevesh tidak tahu alasan mengapa dia sangat tergila-gila dengan Cesha. Berulang kali Zevesh meneliti bagian mana yang mampu membuat jantungnya berdetak dua kali lipat ketika berasama Cesha, tapi tak pernah kunjung mendapatkan jawaban.

Zevesh tidak peduli orang akan memandang dirinya berlebihan, aneh, alay atau segala macam, yang penting ia bisa merasakan euphoria yang tidak bisa ia dapatkan dari siapapun kecuali Cesha.

Zevesh selalu memandang Cesha lembut, bahkan ketika Cesha membuat suatu kesalahan Zevesh tidak pernah marah, seakan baginya Cesha adalah sempurna, dan tidak mungkin gadisnya yang sempurna akan membuat suatu kesalahan.

Obsesi, satu kata yang membuat Zevesh mengakui bahwa dirinya memang terobsesi pada apapun yang dia inginkan.

Sedari kecil Zevesh terbiasa mendapatkan apapun. Sehingga waktu kecil ketika matanya tak sengaja bersibobrok dengan mata indah Cesha dia langsung mengerti bahwa dia menginginkannya, dan tak ada alasan apapun yang akan membuat dia tidak bisa memiliki gadis manis itu.

Tapi, for goodness sake, ia tak percaya bahwa tingkat keobsesiannya itu sampai membuatnya terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit seperti saat ini.

Zevesh terkekeh lagi ketika mengingat kegilaanya semalam yang menyayat tangannya hanya untuk ingin melihat Cesha datang padanya.

Suatu pemikiran terlintas di otaknya. Apakah ia harus melakukan seperti ini lagi? Membuat dirinya terluka agar Cesha mengkhawatirkannya?

Mata pemuda itu lantas melirik Cesha yang tengah tertidur di samping ranjangnya dengan posisi duduk. Hatinya seketika membuncah, seakan tidak mengingat jika mereka berdua tengah bersitegang.

Lihat, semudah itu Zevesh memaafkan Cesha. Apapun kesalahan yang Cesha buat Zevesh akan dengan senang hati memaafkannya.

Pintu tiba-tiba terbuka, menimbulkan suara yang mampu membuat tidur Cesha sedikit terusik.

Zevesh mengusap kepala Cesha agar kembali tidur. Sementara matanya memandang tajam Galen yang tiba-tiba masuk tanpa permisi.

"Lo siapa?! Pergi!"

Galen mengangkat alisnya seraya menyeringai, "Gue?" tunjuknya pada dirinya sendiri sebelum kembali berucap, "gue cowoknya Cesha, dan gue mau jemput cewek gue!"

"Cewek lo? Jangan ngayal sesuatu yang nggak mungkin terjadi," ucap Zevesh bersikap tenang.

"Gue—"

"Gue bisa ngelakuin apapun supaya lo bisa menjauh dari cewek gue, jadi gue peringatin supaya lo hati-hati dari sekarang," ancam Zevesh.

Galen kembali menyeringai, membuat Zevesh semakin memandang pemuda itu tajam. "Silahkan, gue yakin Cesha bakal tambah benci sama lo. Dan gue tunggu hal itu terjadi, Zevesh."

Zevesh samar-samar mengernyit, sebenarnya siapa Galen ini?

"Galen, kenapa kamu di sini?"

Keduanya yang tengah saling memandang tajam, menoleh ke arah Cesha secara bersamaan.

Galen menghampiri Cesha, menarik tangan gadis itu agar berdiri. "Ayo pulang, kamu udah semalaman di sini."

"Lepasin tangan cewek gue!" titah Zevesh, mulai tidak bisa menahan emosinya.

"Galen—"

"Dia udah putus sama lo kan? Sekarang dia cewek gue!"

Zevesh berdiri, melepas selang infus di tangannya dengan kasar lantas menonjok Galen.

Bugh!

"Bangsat! Gue nggak pernah putus sama cewek gue!" gigi Zevesh bergemelatuk, kedua tangannya mengepal erat dengan nafas memburu.

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang