Happy reading!
***
"Pakai jaketnya sayang, kamu masih sakit." Pinta Zevesh kala Cesha hendak turun dari mobil.
Keduanya kini sudah sampai di parkiran sekolah. Awalnya Zevesh melarang Cesha untuk masuk sekolah karena gadis itu masih sakit, tapi apa boleh buat gadis itu sangat keras kepala.
"Udah, jangan marah!" cemberut Cesha, "aku cuman mau liat kamu latihan basket!"
Zevesh tak menyaut, pemuda itu berjongkok meraih kaki Cesha. "Ck! Udah aku bilang ikat tali sepatu dengan benar!"
Pipi Cesha bersemu ketika menyadari mereka tengah menjadi pusat perhatian.
"Zevesh ih! Aku bisa ikat sendiri."
"Kenapa harus sendiri hm? Aku bisa melakukan apa pun untukmu."
"Ekhem! Pagi-pagi udah ngebucin aja lo Zev!" seru Edward yang entah datang dari mana diikuti Leona di belakangnya.
"OMG Ces! Lo udah sembuh? Sorry gue nggak bisa jenguk lo." Leona berjalan cepat menghampiri Cesha, menggoyang-goyang tubuh gadis itu untuk mengecek keadaannya.
"What the fuck Ces! Lo masih sakit? Ngapain sekolah?!"
"Udah berapa kali gue bilang jangan asal sentuh cewek gue!" sentak Zevesh tajam. Mendorong Leona kasar agar melepas tangannya dari Cesha.
"Jangan kasar sama cewek bro," peringat Edward.
"Bilang sama cewek lo mulai sekarang jangan sentuh cewek gue!"
"Shit! Gue bukan ceweknya Edward!" sungut Leona tak terima.
Cesha mengernyit, "Leona, bukannya kamu hmm-"
Leona membekap mulut Cesha, "diam anjir jangan sampai Edward tau!"
"BANGSAT LEONA!"
Zevesh yang hendak kembali mendorong Leona langsung ditahan Edward. Sementara Leona meneguk ludahnya susah payah.
"Sorry sorry, gue lupa," cengirnya menahan takut.
"Ayo ke kelas," ajak Zevesh menarik pinggang Cesha.
"Leona kamu nggak ke kelas?"
"Lo duluan aja Ces, gue mau ngomong sama Edward."
"Oke, jangan lama-lama aku sendirian di kelas!"
Leona mengangguk mengiyakan.
Sesampainya di kelas Zevesh tiba-tiba menutup pintu kelas lalu menguncinya rapat. Beruntung kelas tersebut kosong karena semua murid kini tengah berada di lapangan untuk bersiap mengikuti kelas olahraga. Sehingga kini hanya ada mereka berdua yang ada di sana.
Cesha memekik ketika Zevesh memojokkannya ke dinding, "Zevesh kenapa pintunya dikunci?!"
"Kamu nggak ke kelas? Bentar lagi bel masuk," ucap Cesha was-was saat Zevesh semakin mendekatkan wajahnya.
Zevesh melirik jam dinding untuk beberapa detik sebelum bibirnya bergerak menyeringai. "Sudah telat sayang, aku mau bolos."
"Nggak boleh!"
Alis Zevesh terangkat seolah bertanya kenapa.
Ditatap sedemikian rupa membuat Cesha tidak mau menatap pemuda itu. Pipi Cesha memanas ketika sadar hari ini Zevesh terlihat sangat tampan dari biasanya. Pemuda itu menggunakan jersey merah yang memperlihatkan lengan berototnya.
Sapuan lembut di bibirnya membuat Cesha tersadar. "Kenapa baby?"
"Se-sebentar lagi kamu ujian, nggak boleh bolos!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINESCENCE
Teen FictionZevesh tegaskan gadisnya itu LUMINESCENCE untuknya. Zevesh percaya bahwa poros hidupnya hanya berpusat pada gadisnya. Zevesh berani bersumpah bahwa tak ada yang lebih berharga daripada gadisnya di dunia yang fana ini. Gadis Zevesh segala-galanya un...