[15]. LUMINESCENCE

10.5K 383 43
                                    


Happy reading!

***

"Sayang, maaf. Aku benar-benar minta maaf, gara-gara aku kamu jadi terluka." Zevesh mencium punggung tangan Cesha berkali-kali, sesekali juga tangannya bergerak mengelus pipi gadis itu yang tampak lebam.

"Zevesh aku nggak papa, stop nyalahin diri kamu sendiri," tutur Cesha.

Zevesh dan Cesha kini tengah berada di UKS, dengan Zevesh yang duduk di kursi yang terletak di samping brankar, tanpa melepas pandangannya sedikitpun ia menatap bersalah kearah gadisnya. Sementara Cesha yang sedang duduk di brankar dibuat muak akan sikap Zevesh yang sedari tadi terus meminta maaf pada dirinya.

"Zevesh ayo pulang," Cesha menatap lesu kearah Zevesh.

Sedari tadi sebenarnya gadis itu ingin pulang bersama Leona, namun dengan tegas Zevesh melarangnya bahkan dengan kasar mengusir Leona. Bukan tanpa alasan, Cesha sungguh sangat malas jika harus pulang bersama Zevesh, cowok itu pasti akan memaksa dirinya untuk ikut pulang kerumahnya.

"Maaf membuat kamu lelah," Zevesh kembali menampilkan ekspresi khawatirnya.

Cesha menghela nafas sebelum mengangguk, dengan pasrah gadis itu membiarkan Zevesh mengambil tasnya, ia pun hanya bisa diam saat tangan kiri cowok itu merengkuh pinggangnya dengan erat seakan takut jika gadis itu akan hilang jika ia melepaskannya. Kedua sejoli itu berjalan keluar, mengabaikan beberapa siswa-siswi yang menatap kearah mereka dengan berbagai ekspresi.

"Zevesh,"

"Hm? Apa sayang kamu butuh sesuatu?" Tanya Zevesh, ia menunduk guna melihat wajah gadisnya yang juga tengah melihat kearahnya.

"Jangan berantem lagi, aku gak suka!"

Zevesh menaikkan salah satu alisnya, ia paham sekarang kenapa gadisnya menampilkan ekspresi yang tidak biasa, ternyata gadis itu tengah marah padanya, "aku berantem bukan tanpa alasan sayang, kalo mereka yang lebih dulu ganggu aku pasti aku lawan mereka," jelasnya.

"Selalu aja seperti itu! Bisa nggak sih kamu tahan emosi kamu walaupun cuman satu menit aja!" Gerutu Cesha.

Zevesh terkekeh, "nggak bisa sayang, sudah dari lahir sulit dirubah."

"Ya ya, terserah!" Balas Cesha jutek, tidak lupa ia juga memutar kedua bola matanya.

Zevesh melotot, ia tidak suka jika gadisnya memutar kedua bola matanya sebab terlihat seakan gadis itu membenci dirinya, "jangan seperti itu!" Perintah Zevesh tegas.

Melihat wajah Zevesh yang tiba-tiba menjadi datar membuat Cesha gugup, sungguh ia belum terbiasa dengan ekspresi datar Zevesh yang menyeramkan.  Cesha hanya membalasnya dengan anggukan, setelahnya terjadi keheningan di antara mereka berdua.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di parkiran, Zevesh yang akan membukakan pintu mobil untuk gadisnya terhenti saat melihat Rico tengah memakai helm tak jauh dari tempatnya. Tak jadi membukakan pintu mobil untuk gadisnya, cowok itu malah berjalan mendekati Rico dengan tangan yang setia merengkuh pinggang Cesha.

"Kenapa lo sendiri, yang lain kemana?"

Rico menoleh, sedikit terkejut tapi ia dengan cepat dapat mengembalikan raut wajahnya menjadi datar, "Edgard sama Fabio ke markas, Arthur disuruh pulang." Jawab Rico seadanya.

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang