[11]. LUMINESCENCE

17.2K 584 35
                                    

Happy reading!!

***

Sinar matahari yang memasuki celah-celah gorden tidak membuat seorang gadis yang tengah tertidur itu terusik, Zevesh yang tengah merebahkan tubuhnya di samping gadisnya dengan cepat bangun dari posisinya guna menghalau cahaya yang masuk dengan menggunakan telapak tangan besarnya.

Zevesh mengangkat tangan kanannya berusaha menutupi cahaya yang mengenai wajah cantik gadisnya, Zevesh tentu tidak ingin gadisnya terbangun, baginya ini masih terlalu pagi padal jam sudah menunjukan pukul sembilan.

"Bahkan saat tertidur pun kamu masih terlihat sangat menawan," tangan kanan Zevesh mengusap pipi Cesha dengan lembut, tanpa disadari senyum tipis terbentuk di bibirnya.

Tidak ada raut kelelahan di wajah cowok itu, malahan wajah berseri-seri penuh kebahagiaan yang terlihat jelas. Tidak ada yang tau jika cowok itu tidak tidur semalaman, ia terlalu merindukan gadisnya hingga ia rela tidak tidur hanya untuk memandang gadisnya semalaman, mengawasi setiap gerak-gerik gadisnya siapa tau nanti jika ia tertidur gadisnya akan kembali meninggalkannya lagi. Sangat berlebihan memang, tapi itulah Zevesh.

Samar-samar kedua mata Cesha terlihat bergetar, sepertinya gadis itu akan terbangun tetapi Zevesh dengan lembut mengusap puncak kepala Cesha agar gadis itu kembali terlelap.

Namun sepertinya usaha Zevesh untuk kembali membuat gadisnya terlelap gagal, lihatlah gadis itu kini telah membuka kedua matanya.

"Kamu!! Kenapa disini!" Cesha terkejut, gadis itu membelalakan matanya kaget, dengan cepat ia menjauhkan tubuhnya dari Zevesh.

"Sayang maaf, aku pasti mengganggu tidurmu kan?" Sesal Zevesh.

Cesha menggeleng, gadis itu terlihat terkejut dengan kehadiran Zevesh. Bukankah semalam ia tidur sendiri, tetapi mengapa Zevesh berada di kamarnya?

Cesha menepuk dahinya, gadis itu baru ingat jika ia saat ini berada di dalam kamar milik Zevesh.

"Jangan seperti itu, aku tidak suka!" Zevesh menjauhkan tangan Cesha yang berada di dahinya, digantikan dengan usapan yang ia berikan di sana.

Cesha menyengir, "hehe, maaf."

"Jangan diulangi itu akan menyakitimu!" Tegas Zevesh.

Cesha menggulirkan kedua matanya, "ck iya, iya."

Zevesh menggeram, "siapa yang mengajarimu bersikap seperti itu!" Ia sangat tidak suka saat gadisnya bersikap seakan tengah kesal padanya.

Alis Cesha mengerut, tidak habis pikir dengan Zevesh kenapa cowok itu berubah menjadi sangat sensitif.

"Kenapa memangnya? Cesha udah biasa kok," balasnya, tanpa menyadari jika Zevesh kini tengah menahan amarahnya.

Rahang Zevesh mengeras, "apakah Arthur yang mengajari kamu bersikap tidak sopan seperti itu?"

Cesha memundurkan tubuhnya, melihat wajah dingin Zevesh yang seperti sedang marah itu membuat dirinya takut.

Cesha menggeleng gugup, "b-bukan.."

"Maksud Cesha itu, Cesha udah biasa kaya gitu sama kak Arthur," jelasnya tanpa mau menatap kearah Zevesh yang terlihat tengah menatap dirinya tajam.

Zevesh menaikan satu alisnya, kenapa gadisnya seakan menjauhi dirinya? Apa ia semenyeramkan itu?

"Huuftt" Zevesh menghembuskan nafasnya, mencoba mengatur emosinya ia tidak ingin gadisnya takut padanya.

"Kemarilah" Titah Zevesh, tangan cowok itu terentang meminta Cesha untuk mendekat padanya.

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang