[19]. LUMINESCENCE

9.9K 312 3
                                    

Happy reading!

***

Zevesh tak bisa memalingkan matanya dari lapangan, di atas sana tepatnya di lantai empat, ia tengah berdiri seraya memandang gadisnya yang tengah berolahraga. Tangannya mengepal erat, menahan kegemasan saat gadisnya tidak berhasil memasukan bola basket tersebut.

"Bucin amat lo Zev!"

Zevesh melirik Fabio, tanpa ingin menjawab ucapan laki-laki itu ia kembali memfokuskan atensinya pada Cesha.

"Kayak nggak tau Zevesh aja lo!" papar Edgard yang juga tengah memperhatikan setiap gerakan dari Leona.

"Gadis bodoh!" celetuk Rico tiba-tiba.

"Jiakhh—ternyata diem-diem lo ngeliatin si Nes!" Fabio menyenggol lengan Rico menggoda, "suka kan lo sama tuh anak?"

"Nggak heran, dari gerak-gerik Rico udah jelas tuh anak suka sama si Nes." Timpal Edgard.

"Jujur aja apa susahnya si Ric!" tambah Arthur.

"Gue nggak suka sama dia! Jangan ngarang!" elak Rico tajam.

Fabio manggut-manggut, "iyain aja, si paling gengsi tuh," matanya melirik Rico menggoda.

"CESHA!" teriak Zevesh tiba-tiba, membuat keempat sahabatnya seketika menatap cowok itu.

Tak menghiraukan mereka berempat yang menatapnya heran, Zevesh berlari menuruni anak tangga.

Arthur, Edgard, Fabio, serta Rico mengalihkan perhatian mereka kearah lapangan, di bawah sana terlihat Cesha tengah duduk di tanah dengan tangan yang bercucuran darah.

Raut terkejut tak dapat Arthur sembunyikan, dengan tergesa ia menyusul Zevesh diikuti yang lainnya.

"MINGGIR!" bentak Zevesh membelah kerumunan.

Semua orang yang tengah mengerumuni Cesha perlahan menjauh, memberikan Zevesh ruang untuk melihat keadaan gadis itu.

"Sayang, hei—are you okay?" Zevesh berjongkok, melepaskan Cesha yang tengah dipeluk Leona.

"Zevesh, aku nggak papa." Cesha meringis, merasakan nyeri pada tangannya kanannya.

Rahang Zevesh seketika mengeras, "kita ke rumah sakit sekarang!"

"Nggak!" Cesha menggeleng tegas, "ini cuman luka biasa kok." Ucapnya sembari melirik luka di tangannya.

"Biasa apanya sih Ces!" Leona lantas membantu Cesha berdiri, ia melirik Zevesh, "bawa Cesha kerumah sakit sekarang kak, gue takut dia kehabisan darah."

"Cesha!"

Cesha dengan wajah pucatnya berusaha tersenyum, "kak, jangan khawatir, aku ngga papa."

Arthur menggeleng, "tangan kamu berdarah banyak banget! Gimana kakak nggak khawatir!" ia memandang satu persatu murid yang ada di sana, "SIAPA YANG DORONG ADEK GUE HAH!"

"Kak hiks—maaf gara-gara aku Cesha jatuh," Nes menunduk, tak berani menatap wajah Arthur apalagi Zevesh.

"BANGSAT! LO BUTA HAH!" bentak Zevesh keras, ia hendak maju menyerang Nes namun dengan cepat Cesha menahannya.

"Nes nggak salah, dia bener-bener nggak sengaja," Cesha menatap Zevesh memohon, "jangan apa-apain Nes, aku nggak papa."

Zevesh menghela napas, dengan wajah datarnya ia menggendong Cesha ala bridal style, lantas meninggalkan kerumunan tersebut.

"Ric atur cewek lo!" sebelum pergi menyusul Zevesh, Arthur melirik Rico tajam, "gue nggak mau hal kayak gini terulang lagi!"

Rico menatap Nes malas, "dia bukan cewek gue!" lalu pergi tanpa menghiraukan perasaan Nes yang mungkin terluka.

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang