[10]. LUMINESCENCE

19.7K 697 21
                                    

Happy reading!!

***

Zevesh menangkup wajah mungil Cesha dengan kedua tangannya, tangan cowok itu sedikit bergetar.

"Sudah melupakanku hm? Aku sudah menunggu sangat lama." Zevesh berucap datar, namun tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang terlihat sendu.

Cesha mendongak, menatap tepat pada kedua mata Zevesh dengan mata sembab nya, "maaf."

Cesha bingung harus mengatakan apa, hatinya terasa dipenuhi dengan rasa bersalah hingga kata-kata yang sudah ia rancang entah lenyap kemana.

Zevesh menghembuskan napasnya, ia benar-benar kalah dengan gadisnya, kesalahan apapun yang gadisnya perbuat  Zevesh pasti tak kuasa untuk tidak memaafkannya.

"Kamu tidak pernah salah, jangan meminta maaf oke. Kamu hanya perlu selalu bersamaku, jangan pergi lagi aku pasti akan hancur lagi jika itu terjadi. I miss you so much baby." Zevesh kembali membawa Cesha ke dalam pelukannya, cowok itu menyembunyikan kepalanya pada lekuk leher gadisnya.

Bukannya berhenti menangis Cesha malah kian terisak, kata-kata Zevesh benar-benar membuatnya merasa menjadi seseorang yang membuat orang lain hancur hanya karena keegoisannya.

Cesha membalas pelukan Zevesh tak kalah eratnya ia menyembunyikan wajahnya pada dada bidang cowok itu, Zevesh tersenyum tipis gadisnya ternyata mau membalas pelukannya. Entahlah sudah berapa lama ia tak tersenyum, untungnya ia tak lupa bagaimana caranya untuk tersenyum.

Zevesh mengusap punggung gadisnya pelan, berusaha menyalurkan ketenangan agar gadis itu berhenti menangis.

"Berjanjilah kamu tidak akan pernah meninggalkanku lagi."

Disela-sela pelukannya raut wajah Cesha berubah seketika, ekpresi gadis itu tak bisa terbaca sama sekali.

Bisakah? Bisakah ia berjanji, bisakah ia tetap bertahan. Ia takut, takut jika mengecewakan semua orang, sungguh ia tidak ingin membuat orang-orang hancur hanya karenanya.

"Sayang? Kenapa tidak menjawab?" Zevesh memeluk Cesha lebih erat dari sebelumnya, ia takut Cesha tidak mau berjanji lalu berniat untuk meninggalkannya lagi.

Membayangkannya rahang Zevesh mengeras, wajahnya kembali memerah padam ia tidak akan membiarkan gadisnya pergi dari hidupnya lagi. Bila perlu ia akan membuat gadisnya lumpuh agar gadisnya tidak bisa hilang dari jangkauannya lagi, tidak hanya itu ia juga akan menyingkirkan orang-orang yang berpotensi memisahkan ia dengan gadisnya termasuk kedua orang tuanya.

Begitulah Zevesh, sedari kecil cowok itu sangat terobsesi dengan sesuatu yang ia inginkan. Jika ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, maka cowok itu tidak segan-segan untuk menghancurkan segalanya.

Perlahan Zevesh kembali tenang saat tangan dingin Cesha mengusap rahangnya, Zevesh memejamkan matanya ia sangat rindu sentuhan gadisnya ini, tidak, maksudnya ia sangat rindu dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan gadisnya.

Cesha melonggarkan pelukan mereka guna dapat melihat wajah Zevesh, "promise.. "

Jawaban yang singkat memang namun berpengaruh besar pada Zevesh, cowok itu akhirnya bisa sedikit jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Zevesh menatap gadis di depannya dengan tatapan penuh cinta, tangannya sedari tadi tidak berhenti untuk mengelus punggung gadisnya. "Kamu pasti merindukanku kan?"

Cesha terkekeh mendengar pertanyaan Zevesh yang sangat percaya diri itu, Cesha mengangguk gadis itu membalas tatapan Zevesh dengan senyum manisnya, "tentu, Cesha sangat merindukan kak Zevesh!"

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang