[33]. LUMINESCENCE

3.5K 187 7
                                    

Happy reading!

***

Cesha selalu merasa tidak percaya jika dirinya bisa dicintai terlalu dalam seperti ini oleh Zevesh. Kadang, ada suatu momen di mana dia merasa tidak pantas bersanding dengan Zevesh yang baginya begitu sempurna.

Orang-orang mungkin melihat Zevesh sebagai lelaki keras kepala, egois, pemarah, dan lain sebagainya. Tapi bagi Cesha tidak, Zevesh adalah laki-laki lembut yang bahkan mungkin mau dengan sukarela memberikan nyawanya untuk dirinya.

Waktu kecil, saat pertama kali mereka bertemu, Cesha selalu memandang Zevesh kasihan. Anak laki-laki yang tumbuh tanpa peran orang tua itu terlihat sangat ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari seseorang. Cesha tahu, apapun yang diinginkan Zevesh selalu dituruti kedua orang tuanya. Hanya saja kenapa mereka tidak bisa memberikan waktunya kepada Zevesh?

Oleh karena itu, ketika tahu Zevesh terobsesi padanya, Cesha tidak marah. Karena dia tahu bukan kesalahan Zevesh yang membuatnya terjebak ke dalam obsesi gila pemuda itu, melainkan karena kesalahannya sendirilah yang dengan baik hati mau memberikan perhatian dan kasih sayang yang selama ini Zevesh harapkan.

Cinta? Cesha tidak tahu apakah sebenarnya ia mencintai Zevesh atau tidak, karena sejatinya pun ia tidak bisa mendefinisikan apa itu arti cinta yang sebenarnya.

Yang Cesha pahami ia menyayangi Zevesh melebihi dirinya sendiri. Ia ingin Zevesh selalu hidup bahagia tanpa bergantungan dengannya. Bukan karena ia tidak ingin hidup selamanya dengan Zevesh, hanya saja ia ingin melihat Zevesh bahagia karena dirinya sendiri dan bukan karena orang lain.

Cesha tersenyum, ketika melihat Zevesh tengah memetik bunga mawar di depan sana. Dirinya yang tengah duduk di kursi taman rumah sakit ini akhirnya bisa merasakan sedikit kelegaan ketika Zevesh tidak mempedulikan kenapa kedua orang tuanya tidak menanyakan bagaimana keadaannya. Ya, Cesha pikir jauh lebih baik seperti ini. Zevesh tidak akan merasa kecewa atau sakit hati.

"For you," Zevesh memberikan dua tangkai mawar merah yang baru ia petik untuk Cesha.

Cesha tersenyum, "Terima kasih."

Zevesh balas tersenyum, ia lantas berjongkok, membenarkan tali sepatu Cesha yang terlepas. "Kebiasaan! Lain kali ikat yang benar, jangan sampai tersandung."

"Kan ada kamu."

"I know, tapi kamu harus hati-hati. Kamu tau, aku nggak suka kamu terluka."

Setelah memastikan ikatan tali sepatu Cesha telah erat dan benar, Zevesh berdiri. Membenarkan cardigan Cesha yang sedikit melorot di bahunya sebelum menarik tangan gadis itu untuk berdiri.

"Ayo pulang," ajak Zevesh. Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan Zevesh berhenti, ia berdecak, baru sadar ternyata dress yang Cesha kenakan terlalu pendek. "Lain kali jangan pakai dress, dingin, lebih baik pakai celana aja!"

Cesha menghentakan kakinya kesal, "iya iya." Zevesh ini, kenapa suka sekali mengaturnya?

Selama perjalanan, tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan lagi. Keduanya saling terdiam, menikmati perjalanan menuju mansion dengan kedua tangan yang saling bertaut.

Hingga beberapa menit kemudian, Cesha tiba-tiba meminta Zevesh untuk menghentikan mobilnya.

"Kenapa sayang?"

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang