[22]. LUMINESCENCE

5.2K 218 105
                                    

Happy reading!

***

Zevesh dan Cesha telah sampai di pelataran rumah Nes yang tampak dipenuhi mobil-mobil mewah milik para tamu undangan yang lain.

Zevesh memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil Arthur yang sudah terparkir di sana entah sejak kapan. Ia keluar terlebih dulu, berjalan menuju ke sisi mobil lantas membukakan pintu penumpang untuk gadisnya.

Tangannya menutupi kepala Cesha agar tidak terkantuk saat keluar, sementara tangannya yang lain segera meraih pinggangnya saat gadis itu sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Cesha begitu Zevesh tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Zevesh menggeleng, sekali lagi memperhatikan penampilan Cesha dari bawah hingga atas. Ia tersenyum puas, dress yang ia pilih sangat cocok dikenakan gadis itu, merapikan rambut kekasihnya sesaat sebelum kembali berjalan.

Kericuhan di dalam terdengar sangat jelas dari luar, Zevesh semakin mengeratkan cengkraman tangannya di pinggang Cesha agar semakin dekat dengannya.

"Wah, saya tidak menyangka kedatangan tamu spesial seperti kalian." Damian menyambut Zevesh dan Cesha dengan seringai samar.

Keduanya yang masih berada di ambang pintu tersentak akan kedatangan Damian-ayah Nes.

"Saya juga tidak menyangka anda berkenan menyambut kedatangan kami," sahut Zevesh.

Cesha tersenyum sopan seraya melingkarkan tangannya di lengan Zevesh, "terima kasih sudah mengundang kami, Om."

"Sangat disayangkan kedua orang tua kalian berada di luar negeri," Damian berhenti sejenak lantas menghembuskan napasnya, "padahal saya sangat menantikan kedatangan mereka."

Zevesh mengusap punggung tangan Cesha dengan ibu jarinya, "Mereka tau harus mendatangi mana yang jauh lebih penting, dan saya sangat memuji pemikiran mereka."

Hati Damian sedikit tersentil mendengarnya, salah satu tangannya yang berada di dalam saku celana mengepal erat sementara tangannya yang lain semakin mencengkram erat gelas yang sedang ia pegang.

"Ah—tentu saja, investor harus selalu diutamakan."

Cesha tidak menghiraukan apa yang sedang keduanya bicarakan, netranya sibuk mencari teman-temannya yang entah di mana.

"Zevesh, aku mau ke Kak Arthur," pintanya seraya menunjuk Arthur yang tengah berbicara dengan Fabio.

Zevesh menunduk, sekilas ia melirik pria paruh baya yang masih berdiri di depan mereka sebelum kembali menatap gadisnya, "jangan terlalu jauh, tetap bersama Arthur."

Cesha mengangguk, sebelum ia pergi Zevesh memberikan kecupan di dahinya.

Interaksi keduanya tak luput dari perhatian Damian, dalam hati pria itu mencibir pasangan kekasih tersebut.

"Kau terlihat sangat mencintainya," celetuk Damian.

"Tentu," ia menaikkan sudut alisnya, "apakah anda keberatan tuan Damian?"

Damian berdehem, "ku dengar perusahaan keluargamu tengah naik pesat, bagaimana jika kita melakukan kerja sama?"

Dalam hati Zevesh berdecih, pria tua di hadapannya ini ternyata tidak tahu malu. Bagaimana bisa keluarganya dan keluarga Cesha bisa bertahan untuk berteman dengan pria licik sepertinya?

"Sungguh tawaran yang sangat tidak menarik!" cibirnya seraya meninggalkan pria itu.

"Sialan!"

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang