[35]. LUMINESCENCE

6.1K 252 12
                                    

Happy reading!

***

Cesha sudah sadar, gadis itu baik-baik saja. Dokter mengatakan ia hanya kelelahan biasa. Hal itu sontak membuat Zevesh jauh bisa sedikit lebih tenang.

"Jangan sakit lagi," kata Zevesh mengecup punggung tangan gadisnya yang tidak diinfus.

Cesha tersenyum tipis, ia mengangguk.

"Jangan buat aku khawatir sayang,"

"Zevesh—"

"Hm?"

"Kenapa nggak pulang? Daddy kamu sendirian."

Genggaman Zevesh pada tangan Cesha mengerat, ucapan gadis itu terdengar seakan tidak menyukai kehadirannya.

"Jangan menyuruhku pergi."

"Maaf,"

"Dan jangan pernah untuk berpikir meninggalkanku lagi."

"Aku nggak pernah ninggalin kamu Zev."

Zevesh membalasnya dengan kekehan, ibu jarinya bergerak mengelus pipi Cesha.

"Kenapa ketawa? Aku serius."

"You're such a liar girl! Aku ingatkan lagi, kamu pernah pergi dariku."

Cesha menatap mata Zevesh yang tidak pernah berpaling sedikit pun darinya. Ia baru ingat belum menjelaskan pada Zevesh mengenai kepergiannya dulu. Haruskah ia memberitahu Zevesh sekarang?

"Baby?"

Cesha kembali tersadar dari lamunannya ketika jari kasar Zevesh membelai bibirnya lembut. Dia lantas meraih tangan itu dan menggenggamnya erat.

"Zevesh,"

"Hm?"

"Kamu harus percaya aku nggak pernah mau ninggalin kamu."

"I know, just tell me baby, alasan kenapa kamu meninggalkanku. Kamu tidak meninggalkanku karena pria lain bukan?"

Cesha menggeleng cepat. "Lalu karena apa? Aku hanya butuh jawaban itu." tambah Zevesh.

"Belum saatnya."

Tangan Zevesh mengepal dan Cesha menyadarinya. Gadis itu dengan cepat memeluk Zevesh. "Maaf Zevesh, aku hanya belum siap."

Zevesh balas memeluk gadisnya erat, kedua matanya terpejam, menikmati kehangatan yang tengah ia dapatkan.

Walaupun Cesha tidak mau mengatakan kebenarannya, Zevesh yakin sebentar lagi ia akan mengetahui segalanya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Zevesh untuk mengetahui semua hal tentang gadisnya.

Cukup lama keduanya untuk bertahan pada posisi saling memeluk satu sama lain, hingga beberapa menit kemudian terdengar hembusan teratur dari Cesha. Gadis itu tertidur karena terlalu nyaman memeluk Zevesh.

Dengan telaten Zevesh merebahkan Cesha agar tertidur dengan nyaman. Tangannya merapikan rambut Cesha yang menghalangi wajah cantiknya. Matanya tidak lepas memandang wajah pucat gadis itu, sementara pikirannya memikirkan berbagai hal-hal bahagia yang akan ia lakukan dengan gadis itu di masa depan nanti.

Hingga beberapa saat kemudian lamunan Zevesh buyar ketika pintu ruangan diketuk dengan keras. Zevesh menggeram tertahan, jika sampai gadisnya terbangun Zevesh berjanji akan menghajar orang dibalik pintu itu sampai babak belur.

"Maaf tuan," Mark menunduk ketika mendapati tatapan tajam dari tuan mudanya.

"Kenapa kau kemari Mark, keluar!"

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang