Happy reading!!
***
Sedari kemarin, Zevesh merasa gadisnya menjadi sedikit berbeda. Saat ia mengajak Cesha untuk pulang ke mansionnya gadis itu menolak dengan alasan merindukan kedua orang tuanya, selama perjalanan menuju mansion pun entah kenapa gadisnya menjadi sangat pendiam.
Untuk itu, pagi-pagi sekali Zevesh kini sudah berdiri rapi di depan pintu mansion kediaman gadisnya. Cowok itu ingin menemui gadis itu hanya untuk sekedar menenangkan hati dan pikirannya, sekaligus menjemput gadisnya untuk berangkat sekolah bersama.
Tidak rela memang untuk mengizinkan Cesha sekolah, pasti akan banyak laki-laki yang mengagumi gadis itu tetapi apa boleh buat ia lebih baik mengizinkannya untuk bersekolah daripada melihat gadisnya pergi dari kehidupannya lagi.
"Tuan muda, mari masuk. Nona Cesha dan tuan Arthur berada di ruang makan," ucap salah seorang bodyguard.
Tanpa menjawab Zevesh langsung memasukki mansion itu dengan wajah datarnya, kedua kakinya melangkah menuju di mana ruang makan berada. Tanpa ia sadari, senyum tipis terbit di bibirnya saat atensinya menangkap seorang gadis yang tengah asik menikmati sarapannya.
"Ehem," Zevesh berdehem, sontak Cesha serta Arthur kompak menoleh kearahnya.
"Njir! Tumben amat lo pagi-pagi udah di sini," kening Arthur mengerut, cowok itu menatap Zevesh dengan heran.
Zevesh tidak menghiraukan Arthur, cowok itu lebih memilih mendekati Cesha dengan senyum tipis yang ia berikan untuk gadis itu.
Cup!
"Morning.." Zevesh mengecup puncak kepala Cesha, cowok itu mendudukan tubuhnya di samping gadis itu.
Cesha tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya, "morning too."
"Tidurmu nyenyak?"
Gerakan tangan Cesha yang hendak mengambil gelas berisi susu terhenti, gadis itu dengan gugup mengangguk.
Zevesh tentu menyadari perubahan raut wajah gadis itu, "jika terjadi sesuatu katakan padaku."
"Uhukk.. " Arthur tersedak, cowok itu memegang dadanya yang terasa perih, sungguh demi apapun melihat pertama kali Zevesh bersikap lembut membuat sekujur tubuhnya merinding.
"Kakak ngga papa?" Tanya Cesha khawatir.
"Jangan khawatirkan dia sayang."
Arthur menggeram, cowok itu menatap Zevesh sinis, "dih siapa lo! Ngatur-ngatur adek gue!"
"She's my girl!" Tutur Zevesh tajam.
Melihat tatapan tajam Zevesh yang diberikan kepadanya sontak membuat Arthur gelagapan, "iye iye gue udah tau elah, she's your girl puas lo!"
"Zevesh,.." Cesha mengelus tangan Zevesh yang berada di genggamannya, tidak habis pikir dengan cowok itu, entah kenapa sangat sulit untuk mengontrol emosi.
Zevesh menoleh, cowok itu mengelus pipi Cesha dengan lembut, "aku tidak suka kamu menghawatirkan laki-laki lain."
"Hueekk, jibang! Jijik banget!" Cibir Arthur pelan.
"Loh ada Zevesh ternyata."
Zevesh tidak memperdulikan Cinthya yang kini tengah mendudukan dirinya di samping Arthur, cowok itu sedang sibuk membersihkan sudut bibir Cesha yang terkena noda susu.
"Mom, liat tuh, masa si Zevesh sama camer ngga sopan banget!" Kompor Arthur.
Cinthya tersenyum tipis, wanita itu sudah tahu betul bagaimana sifat Zevesh jadi ia tidak mempermasalahkan akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINESCENCE
Teen FictionZevesh tegaskan gadisnya itu LUMINESCENCE untuknya. Zevesh percaya bahwa poros hidupnya hanya berpusat pada gadisnya. Zevesh berani bersumpah bahwa tak ada yang lebih berharga daripada gadisnya di dunia yang fana ini. Gadis Zevesh segala-galanya un...