Happy reading!
***
Jika kalian berpikir Cesha adalah gadis polos yang mudah dibodohi, kalian salah besar. Faktanya ia sangat pintar, gadis itu tahu segala hal, bahkan instingnya selalu terbukti benar, ia bisa memprediksi segala apa yang akan terjadi ke depannya.
Bukankah pura-pura bodoh dan tidak tahu apa-apa jauh lebih seru?
"Boleh." Cesha mengusap lengan Zevesh menatapnya penuh harap, "izinin Nes sama kita ya Zev, kasian dia nggak bawa mobil."
Zevesh tetap menolak, "nggak! Suruh dia pesan taksi atau ojeg!"
"Uang gue habis, " Nes menunjukkan dompetnya yang kosong, "gue cuman bawa uang cash sedikit," tambahnya.
Leona menggeser gelas yang sudah kosong ke depan, menggantikan tangannya agar bisa ia letakkan di meja. "Masalah uang mah gampang, jangan kayak orang susah! Tenang Nes nanti gue bayarin."
"Bukannya lo biasanya di jemput sopir Nes? Gue liat-liat lo kayaknya nggak pernah bawa mobil sendiri ke sekolah," heran Arthur.
"M—mobil gue rusak, nggak tau kenapa tadi pagi nggak bisa di hidupin."
Fabio mengernyit, "perasaan dari tadi lo belagak sok miskin dah Nes, bukannya bokap lo punya banyak mobil?"
Mereka semua menatap Leona yang tengah menggigit bibirnya, "gu—"
"Nes nanti kamu sama aku aja," Cesha lebih dulu menyela, menyentak tangan Zevesh yang sedari tadi tidak berhenti mengelus pipinya. "Kalo Zevesh nggak ngizinin kamu, nanti kita bisa naik taksi."
"Sayang?!" Zevesh menarik pinggang Cesha menatapnya protes, "ada alasan kenapa aku nggak izinin dia semobil sama kita!"
Cesha menaikkan satu alisnya seakan bertanya kenapa.
"Sayang, kam—"
"Zevesh jangan egois!" seru Cesha dengan napas memburu.
"Fine, dia bareng sama kita," final Zevesh.
Demi apa pun Zevesh tidak kuat jika harus melihat Cesha marah dengannya, segala hal akan ia lakukan agar gadis itu tidak menatapnya dengan tatapan yang tidak bersahabat.
Ia ingin kedua netra teduh milik gadis itu selalu melihatnya penuh cinta, ia ingin gadisnya memberikan senyumannya hanya untuknya, ia sangat ingin gadisnya menggantungkan hidup sepenuhnya hanya kepadanya.
Zevesh pernah berada di titik hancur saat gadis itu memutuskan untuk pergi darinya, dan ia tidak ingin merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya.
Tidak ada yang menyadari jika Cesha yang tengah minum itu menyeringai, "mari kita lihat seberapa jauh permainan ini."
***
Keadaan mobil yang ditumpangi Zevesh, Cesha, serta Nes tampak hening. Sedari mobil itu berjalan, tidak ada satu pun di antara mereka yang berinisiatif membuka percakapan.
Zevesh tengah menyetir dengan satu tangannya, sementara tangannya yang lain memegang erat tangan Cesha seraya menciumi punggung tangan gadis itu mesra.
Hal tersebut tentu tak luput dari mata Nes yang tengah duduk di belakang, tangannya yang berada di atas paha sibuk memilin rok seragamnya.
"Sungguh pasangan yang sangat serasi," batin Nes dengan mata yang tidak beralih dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINESCENCE
Teen FictionZevesh tegaskan gadisnya itu LUMINESCENCE untuknya. Zevesh percaya bahwa poros hidupnya hanya berpusat pada gadisnya. Zevesh berani bersumpah bahwa tak ada yang lebih berharga daripada gadisnya di dunia yang fana ini. Gadis Zevesh segala-galanya un...