[20]. LUMINESCENCE

8.2K 279 7
                                    

Happy reading!

***

"Ces, tangan lo udah mendingan?"

Cesha yang tengah membaca buku menoleh, memperhatikan Leona yang duduk di sampingnya, "udah, cuman masih nyeri sedikit."

"Ngapain lo sekolah sih! Kalo gue jadi lo mending tidur di rumah."

"Aku nggak mau ketinggalan ulangan," tutur Cesha.

"Zevesh izinin lo emang?"

"Nggak," Cesha menggeleng. "Zevesh nggak tau kalo aku berangkat."

Mata Leona seketika melotot, "gila lo! Terus lo berangkat sama Arthur?"

Cesha lagi-lagi menggeleng, "nggak, aku berangkat sama supir Daddy," cengirnya.

"Wah parah lo Ces! Kalo sampai Zevesh tau bisa-bisa lo dihukum."

"Zevesh nggak pernah hukum aku," Cesha mengernyit, "maksud kamu Zevesh sekarang suka hukum orang gitu?" tanyanya penasaran.

Leona seketika sadar jika ia keceplosan, tangannya refleks membekap mulutnya, "ng-nggak, maksud gue kalo Zevesh tau lo diam-diam sekolah nanti dia bisa marah sama lo."

"Kalo itu gampang, pokoknya jangan sampai Zevesh tau!" ucapnya percaya diri.

Tadi pagi saat Arthur masuk ke dalam kamarnya Cesha berpura-pura tidur, padahal tanpa cowok itu sadari di balik selimut yang membungkus seluruh tubuhnya, ia telah memakai seragam sekolah lengkap. Ia bahkan harus menahan ringisan saat tangannya tertindih tubuhnya sendiri, agar kakaknya itu tidak menangkap basah dirinya.

"Nggak mungkin lah Ces! Zevesh pasti bakal tau kalo lo berangkat, antek-antek cowok lo kan banyak."

Cesha diam, yang dikatakan Leona benar juga. Selama ini Zevesh selalu tau ia di mana, sedang apa, dan bersama siapa. Ia membuka ponselnya, sedikit bernapas lega sebab satu menit lagi kelas akan dimulai, semoga saja Zevesh tidak akan menyeret dirinya untuk pulang.

"Nes di mana? Biasanya dia udah di kelas" tanya Cesha, menyadari jika sedari tadi Nes belum juga memasuki kelas.

Leona yang tengah mengeluarkan buku dari dalam tas menghentikan aktivitasnya, ia celingak-celinguk seakan sedang mencari seseorang, "lah gue baru sadar si Nes belum berangkat."

"Atau mungkin dia nggak berangkat?"

"Nggak mungkin Nes nggak berangkat, lo tau sendiri kan gimana bokap Nes."

Baru saja Leona hendak menelpon Nes tapi gadis yag baru saja dibicarakan itu sudah memasuki kelas dengan langkah terburu-buru, bersamaan dengan itu bel masuk berbunyi.

"Panjang umur, tuh orangnya." Tunjuk Leona dengan dagunya.

Kedua netra Cesha memperhatikan Nes yang duduk di belakangnya, "tumben kamu telat Nes, dari mana aja?"

Nes tersentak, "lo kok bisa berangkat Ces? Bukannya tangan lo masih sakit?"

"Cuman nyeri sedikit, tapi masih bisa ditahan kok," ungkapnya.

"Kenapa lo berangkat Ces? Harusnya lo istirahat biar cepat sembuh."

"Aku nggak mau ikut ulangan susulan, lebih tenang kalo ulangan sama-sama."

Nes hanya menganggukan kepalanya, wajahnya berubah sedikit cemas dan Cesha menyadari akan hal itu.

"Nes, are you okay?" tanya Cesha khawatir.

"I'm okay, aku cuman takut telat tadi," jawabnya sembari mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas dengan tangan yang terlihat bergetar.

"Kenapa lo bisa sampai hampir telat Nes?"

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang