[27]. LUMINESCENCE

4.9K 235 4
                                    

Happy reading!

***

"Sayang elusin," Zevesh semakin membenamkan wajahnya di perut rata Cesha, sementara tangannya mengarahkan tangan gadis itu agar mengelus kepalanya.

Sepulang dari bandara untuk menjemput Agnetha dan Cinthya tadi sore, Zevesh memaksa Cesha untuk ikut bersamanya. Pemuda itu beralasan masih sakit dan membutuhkan Cesha di sisinya agar cepat sembuh. Karena tidak tega akhirnya di sinilah Cesha, duduk bersandar di ranjang king size milik Zevesh dengan kedua pahanya yang dijadikan bantal oleh cowok itu.

"Kenapa manja banget sih," gemas Cesha mencubit hidung Zevesh.

"Biarin!" rajuk Zevesh seraya meraih tangan Cesha yang ada di hidungnya lantas mengecup dan menjilatnya.

"Zevesh, jorok!"

"Kenapa sih sayang?!"

Cesha mendorong kepala Zevesh kasar, "aku mau pulang!"

"Jangan," cegah Zevesh menarik lengan gadis itu agar duduk kembali.

"Nggak! Kamu nyebelin banget tau gak!"

Sebenarnya jika boleh jujur Cesha tidak ingin pulang, gemuruh hujan serta sambaran petir yang menggelegar di luar sana membuatnya enggan untuk beranjak dari kamar Zevesh yang terasa hangat dan nyaman. Akan tetapi sedari tadi Zevesh bersikap menyebalkan, ia bahkan tidak diperbolehkan beranjak barang sedetik pun.

Zevesh mencebik dengan bibir mengerucut sebal, "sayang, aku masih sakit loh."

"Jangan manja! Nggak malu sama kelakukan kamu di sekolah?"

"Nggak,"

Cup!

Cup!

Zevesh mengecup punggung tangan Cesha dua kali lalu menempelkan pipinya di sana, "cinta banget sama kamu."

"Kenapa kamu bisa jatuh cinta sama aku?"

"Itu nggak penting sayang," jawabnya dengan mata terpejam menikmati usapan lembut di pipinya.

Cesha menggeleng, "penting bagi aku," tangannya berganti menangkup wajah Zevesh agar menatapnya sepenuhnya. "So, kenapa kamu bisa secinta ini sama aku? Di luar sana masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik dan lebih baik dari aku kan?"

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu?!" tubuh Zevesh menegak membuat elusan Cesha di pipinya terlepas, mata yang sedari tadi terlihat sayu kini menajam. "Kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu? Aku sendiri nggak tau jawabannya."

Pemuda itu menarik Cesha ke dalam dekapannya sebelum melanjutkan, "jatuh cinta sama kamu nggak butuh alasan sayang, cukup dengan jantung aku yang setiap kali berdetak nggak normal saat kamu menatap aku, sudah menjelaskan semua kalau aku cinta sama kamu. Cuman kamu yang berhasil buat aku merasakan perasaan yang bahkan nggak bisa aku deskripsikan."

Entah mengapa mendengar pernyataan Zevesh barusan semakin membuat perasaan Cesha tidak tenang, kedua tangannya bahkan bergetar hebat, ia berusaha menghentikan hal itu dengan menggenggam tangan Zevesh.

"Maka dari itu—" Zevesh meletakkan tangan Cesha di dadanya, memberikan bukti apa yang baru saja dirinya katakan bukanlah bualan semata. "Jangan pernah berfikir untuk meninggalkanku, sedari kecil hanya kamu yang aku cintai. Sayang, kamu tau kan kalau aku jenis manusia yang akan terobsesi pada segala apa yang aku inginkan."

Beberapa detik terjadi keheningan, mereka berdua sama-sama terdiam meresapi aliran hangat yang di dapatkan dari pelukan keduanya.

"Zevesh,"

LUMINESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang