03. Can you help me?

54 10 2
                                    

Apa kalian tahu, perasaan seseorang yang di tinggalkan dua kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa kalian tahu, perasaan seseorang yang di tinggalkan dua kali. Tepat di kedua matamu? Itu seperti sebuah kaca yang terjatuh, pecah tak beraturan dan tidak mungkin bisa di satukan kembali seperti semula. - Arthit

....

Kepulan asap tembakau memenuhi ruangan sang tuan muda yang saat ini sedang duduk santai dengan secangkir teh hangat di sisinya. Pualam hitamnya menerawang jauh hal-hal yang mungkin akan terjadi ke depannya.

Tiupan asap tembakau yang keluar dari sudut bibirnya mengeluarkan aroma mint karena bercampur dengan harum penyegar mulutnya.

Langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya, siapa lagi jika bukan anak buahnya. "Tuan muda, apa tuan akan pulang ke Thailand?"

"Benteng saya sudah hancur di sana, untuk sementara waktu saya akan di sini," keluhnya sembari memejamkan mata, menahan rasa kesal yang di perbuat oleh anak-anak kecil tersebut.

"Tapi mereka masih terus berusaha mencari anda tuan muda."

"Biarkan saja, apa bisa mereka melewati benteng yang satu ini?" netranya mulai terbuka, memandang bawahannya dengan pandangan teduh namun menelisik. "Bahkan pemimpin benteng ini tidak mengenal rasa sakit." Seringaian tercetak jelas di bibirnya.

"Baik tuan muda."

Sosok yang sedari duduk mulai bangkit, meregangkan tubuhnya lalu melihat tanggal di arloji digitalnya. "Sudah waktunya memberi pelajaran, pasti murid-murid itu sudah terlalu lama beristitahat," ungkapnya tersenyum meninggalkan ruangan.

"B-baik tuan muda."

....

Gulf mendengar laporan dari seorang perawat bahwa sang pasien sedang dalam mode aktif penyakitnya kembali, ia langsung meninggalkan ruangannya secepat mungkin.

Ini bukan sekali atau dua kali, tapi sering terjadi. Emosi pasien istimewanya ini tidak stabil, bukan rasa marah yang menguap melainkan rasa kepedihan yang begitu dalam.

Kakinya terhenti di sudut lorong ruang perawatan VIP, napasnya sedikit tak beraturan. Gulf berjalan perlahan sembari mengatur tempo napasnya menjadi normal kembali.

"Kenapa kamu disini?" ungkapnya dimana jarak ia dan pasien sekitar satu meter.

"Tadi aku di situ," telunjuknya mengarah pada lantai di bawah.

"Hahh." Gulf berhenti tepat di hadapannya, memegang pundak pasien dan mengeluarkan senyum hangatnya. "Masuk yuk, di sini terlalu dingin."

Arthit hanya mengelengkan kepalanya, membuat Gulf sedikit mengerutkan dahinya. "Kenapa, kita ngobrol di dalem aja, oke?"

"Aku disuruh tunggu di sini."

"Hm? Siapa. Tumben sekali kau menurutinya," balas Gulf sedikit bingung. Pasalnya anak di hadapannya ini tidak pernah menghiraukan perintah atau ajakan siapapun jika sedang seperti ini. Hanya dirinya yang dapat mengontrol Arthit. Chimon pun tak sepenuhnya bisa menagani dia.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang