02. Another Person

57 6 3
                                    

....

Suara heels pagi ini bagi siapapun yang mendengarnya akan terasa seperti sebuah alunan musik klasik yang mendayu-dayu membuat angan rasanya ingin melayang.

Sosok yang memainkan langkah kakinya itu benar-benar gadis berdarah biru, pikir mereka. Nyatanya objek fantasi mereka hanya berjalan seperti biasa tanpa dirinya buat-buat.

Masuk ke dalam ruangan setelah membuka pintu dengan sensor sepasang hazel coklat miliknya. Menggunakan handsanitizer menjadi rutinitas ia saat masuk ke dalam ruangan yang ia anggap tempat suci tersebut ....

Mengambil Jas putihnya dan berniat pergi ke pantry untuk membuat segelas kopi.

"Tokk ... Tokk ... Paket dok."

Objek yang di maksud menoleh ke sumber suara, dimana sosok tersebut tidak mengetuk pintu. Melainkan suaranya'lah yang bersuara layaknya pintu yang sedang di ketuk oleh sebuah tangan. "Eh? Ayah. Masuklah, tumben pagi-pagi di sini."

Orang tersebut masuk setelah mendapatkan izin dari sang pemilik ruangan. "Ini ada paket dari luar negeri, tadi aku tak sengaja lihat jadi sekalian saja."

"Ayah Ten tidak harus melakukan itu, duduklah yah," ajak Milly mengarahkan sang tuan dan mengambil kotak di tangannya. "Makasih yah, Ini paket dari Korea oleh kenalanku."

"Hm? Tumben kamu ada kiriman barang dari luar negeri."

"Dia sedang ada misi, pemerintah sedang mencoba menutupi kasusnya. Isi paket ini sampel DNA pelaku untuk di periksa lebih lanjut olehku," jelasnya menaruh kotak itu di meja. "Ayah ingin minum apa?"

"Ah! Nggak usah, bunda sudah memberiku kopi dan minuman sehat lainnya pagi ini."

Penjelasan sang tuan membuat Milly terkekeh. Bunda Alice memang sangat memerhatikan segala kebutuhan ayah non-biologisnya ini.

"Kamu sibuk kah?" tanya sang tuan menyilangkan kakinya dan sedikit bersandar pada sofa.

"Nggak yah, ada apa?"

"Sudah kau pilih akan mengambil spesialis apa?"

Milly terdiam beberapa detik, ia tahu pasti ayahnya ini akan bertanya tentang yang seharusnya sudah dia katakan setelah mendapat gelar dokternya. "Sebenarnya, aku berpikir ingin mengambil bedah. Tapi mengingat di Ace Group sudah memiliki Dokter Kay bedah umum, Dokter Kao bedah ortopedi, Dokter Fluke bedah saraf. Jadi aku sedang memikirkan yang lainnya untuk kebutuhan perusahaan ini."

"Hm?" ayah Ten mengeryintkan dahi, ia sedikit bingung dengan maksud anak di depannya.

"Ayah, aku bisa sampai tahap ini karena Ace anak kandung ayah. Maka dari itu, hidup dan mati aku hanya untuk perusahaan ini. Itu janji aku setelah Ace pergi."

Ah! Ayah Ten membuka bibirnya seperti mengerti jalan pikiran gadis muda berbakat di hadapannya saat ini. "Apa kau yakin?"

"Aku yakin yah, aku benar-benar menyerahkan hidupku untuk Ace."

"Gaya bicaramu seperti Kao!" sang tuan memainkan jari telunjuk di hadapan Milly ....

"Benarkah? Haha .... "

"Aku memiliki senjata khusus, apa kau menginginkan menjadi pelurunya? Jadi di saat aku memerlukannya akan aku tarik pelatuk senjata tersebut."

Sang gadis menatap kedua pualam hitam yang terlihat begitu teduh layaknya dia benar-benar mencintai anak-anak D.I.D setulus hatinya. "Aku mau ayah, apapun untuk Ace."

"Ambilah dokter spesialis forensik," titahnya.

Tanpa ragu dan pemikiran lagi sang gadis langsung menjawabnya. "Baik ayah."

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang