27. End of War

30 7 0
                                    

Semua akan baik-baik saja jika tiap individu dapat menahan rasa nafsu akan keserakahan yang mereka inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua akan baik-baik saja jika tiap individu dapat menahan rasa nafsu akan keserakahan yang mereka inginkan.

....

Seoham menundukan wajahnya dengan membuang napas lemah, keputusannya sudah dia buat sebelum bertemu dengan Chimon. Setidaknya ia berhasil membantu mengeluarkan sosok keluarga baru baginya.

"Mari menuju teman brengsek satunya tapi gue tetep sayang sama dia," ucapnya bermonolog.

Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam bangunan, Seoham sempat terkejut begitu banyak orang yang tewas dengan berlumuran darah di sekitar wajah.

Jadi sebelumnya ada yang membantu dia agar tidak ada yang mengejar Chimon dan teman-temannya?

Di lewatinya mayat-mayat tersebut dengan pikiran masih tertuju siapa orang yang membantunya, tepat kakinya berhenti pada pintu sebuah lantai yang sebelumnya dia kunjungi bersama Tay.

Tidak jauh berbeda keadaannya, banyak mayat tergeletak. Pasti jumlah orang yang membantunya lebih dari satu orang mungkin puluhan ....

Dari dinding kaca yang terdapat retakan di berbagai tempat terlihat seseorang sedang bersandar dengan napas tersenggal karena kesakitan.

Wajahnya babak belur tanpa menyisakan sedikit pun, sosok tersebut sebelumnya memiliki kulit wajah yang bagus tapi sayang di akhiri dengan seperti ini.

"Mau ngapain lo kesini brengsek?" tanya ketus sosok yang kesakitan tersebut.

Seoham hanya mendengus geli lalu duduk di sisi sang objek dengan menyandarkan punggungnya. "Nemenin lo lah, ngapain lagi."

"Tck!" Inseong mendesis tak percaya dengan kalimat yang di lontarkan oleh Seoham. "Sana sama temen baru lo, ngapain kesini bukannya lo tadi bantuin mereka."

Takk!!

"Arghh ...." Inseong mengadu kesakitan.

Temannya tersebut memukul menggunakan kedua jarinya tepat pada luka di wajah, meski pelan tapi masih terasa sakit.

"Gue emang bantuan mereka buat keluar tapi gue nggak pernah berpikiran untuk ninggalin lo," ujarnya tenang begitu hangat terasanya.

"K-kenapa?"

"Mereka teman yang baik bahkan untuk di jadikan sebuah keluarga bukan hal mustahil, tapi dari awal sampe gue di titik ini karena gue temen lo, gue nggak bisa ninggalin lo sendirian," jelasnya sembari menolehkan wajah.

"Yaudah ayo kita keluar bersama sekarang," ajak Inseong namun di tahan oleh Seoham.

"Apa sakit?" ungkap Seoham memandang wajah Inseong.

"Menurut lo?"

Seoham menggulum bibir bawahnya, "Inseong boleh gue memohon sekali ini sama lo dan tolong turuti," lirihnya dengan wajah sayu.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang