Tidak ada yang bisa melawan kekuatan alam, hanya pikiran manusia takabur dengan logikanya berani melawan sang-Pencipta. Ketika alam murka, manusia akan saling melemparkan kesalahan - Kao
....
Mata yang lama terpejam, perlahan sedikit terbuka dengan sedikit berat. Isi kepalanya berputar, bayangan di netranya terlihat sebuah tali tambang dengan ikatan kuat pada sebuah besi di sudut ruangan. Tubuh lemasnya di gerakan tanpa energi, bibir merah keunguan dia buka untuk menghirup oksigen ke paru-paru.
"Sial!" umpatnya. Sepasang pualam hitam sudah sepenuhnya terbuka, sisi kanan dan kirinya adalah kedua orang yang di hormatinya. Mereka masih menutup mata tanpa gerakan sedikitpun.
Dia tersadar, tubuhnya sedang dalam keadaan tidak normal. Kaki digantungkan pada atap langit-langit ruangan tersebut, Tangan terikat di belakang. Membuat rasa pening di kepala meningkat berkali-kali lipat. "P'Tay ... Hia Boun ... bangun!!" serunya pada sosok di sisi kanan dan kiri.
Kao ingin menggerakan kepalanya untuk menyentuh ujung kaki yang terikat, hanya saja tenaga yang tersisa tidak sanggup melakukan hal tersebut. Kepalanya masih berputar kuat bak sedang menaiki sebuah rolling coster.
Jari-jarinya masih bergerak acak agar ikatannya terlepas. "Berhasil," ungkapnya.
Ikatan di tangannya terbuka dengan mudah. Ia menggerakan tubuhnya kedepan dan kebelakang, terlihat tali yang mengantung tersebut menganyun kesana kemari. Kao berusaha sekuat tenaga membawa wajahnya pada lutut yang mengantung. Ritme jantungnya memberi hitungan untuk aba-aba.
Hitungan ketiga, Kao berhasil melipat tubuhnya menjadi dua bagian seperti Kertas. Kedua tangan Kao meraih tali pada kaki. Netranya tanpa menglihat ikatan tersebut, hanya mengandalkan intuisi. "K-kumohon ...."
DUUUKKSSS!!
lirihnya bersamaan dengan tubuh yang terjatuh ke lantai besi. Rasa dingin menusuk kulit kuning langsatnya. Ia bangkit, bergerak mendekat ke arah kedua rekannya lalu membuka ikatan tali di tangan mereka.
"Phi ... Bangun!! Phi ...." teriak Kao di telinga Tay sembari menepuk pipinya berulang-ulang. Lalu ia kembali pada sosok di sebrang. "Hia!! Hia bangunlah ...."
Keduanya mulai terlihat bergerak secara perlahan. Mata Kao menatap ke sekeliling dan menemukan sebuah kolam kecil dengan wadah plastik. Ia menghampiri kolam tersebut, mengambil air di telapak tangan lalu di hirup apakah airnya berbau atau tidak.
Intuisinya berkata, air ini bisa di minum. Ia mengambil di wadah plastik di dekat kolam, di minum oleh Kao terlebih dahulu, setelahnya ia yakin air ini tidak mengandung zat berbahaya.
Tay dan Boun melakukan gerakan yang sama seperti Kao sebelumnya untuk membuka ikatan tali pada kaki. Sosok yang membangunkannya mendekat dengan air di wadah plastik. "P'Tay, Hia Boun. Minumlah agar tidak dehidrasi," imbuh Kao.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief: The Kinds of Love - [END]
Fiksi Ilmiah[Bagian 2 The Love Universe] - Highest rank 4 #sciencefantasy on March'7th 2023. Arthit, seorang pria yang diasuh oleh orangtua angkat sebelum bertemu dengan sosok pria dewasa yang sangat dihormati olehnya yaitu 'Ayah Ten'. Mencoba bahagia, tersenyu...