Tine Siriporn bukan anak kecil usia 5 tahun pada umumnya seperti yang di sebutkan sebelumnya.
Dia hanya berpura-pura seolah tidak tahu, nyatanya dia tahu ada yang sedang di sembunyikan oleh Tiffany tentang kedua orang tuanya.
Dia melahap abis sereal pemberian Tiffany, meninggalkan ruang makan dengan secepat kilat. Tidak ada yang tahu si tuan muda kecil tersebut pergi kemana. Tiffany pun tidak terlalu memerhatikannya.
Mungkin jika Tine Siriporn sudah seusia Tiffany, dia akan memiliki skor IQ yang sama. Tidak hanya asal menebak, cara berpikir Tine benar-benar berbeda.
Seperti saat ini, Tine pergi ke suatu tempat yang tidak di ketahui oleh siapapun. Tempat yang biasanya selalu dia kunjungi saat malam hari, dimana semua orang di rumahnya sudah tertidur.
Namun saat ini, dia pergi di saat matahari masih tersenyum menyinari dunia. Kakinya berjalan dengan cepat dan itu terlihat menggemaskan. Wajah Tine tidak menunjukan rasa khawatir atau takut ketahuan oleh orang.
Dia memiliki insting yang kuat jika ada orang yang mengikuti atau ada orang di sekitarnya.
Halaman belakang rumah yang terletak cukup dalam, bahkan bisa di bilang sudah bukan halaman rumahnya. Karena sudah melewati tembok pagar pembatas yang tinggi.
Lalu bagaimana Tine Siriporn melewati tembok tersebut?
Dia naik pada pohon yang sengaja dia bentuk sebuah gundukan untuk pijakan kakinya. Tempat yang di tuju berada di antara tembok pagar tersebut dengan sebuah pepohonan.
"Uh ... Sangat lembab karena hujan," ujarnya ketika masuk ke tempat yang di tuju.
Sebuah tempat yang di bentuk secara acak menggunakan batang pohon dan beberapa triplek dengan di lapisi kain khusus anti air hingga keadaan di dalam ruangan yang di bentuk tersebut tidak basah atau dapat menahan rasa panas matahari.
Jika di lihat dari luar, tempat ini seperti gundukan batang pohon saja. Lihatlah, siapa yang menyangka jika tempat tersebut di buat oleh anak usia 5 tahun.
Tine duduk pada busa duduk yang dia bawa dari dalam rumahnya. Mengambil tablet di meja beserta laptop pada rak buku. Jari mungilnya mulai bergulir dengan cepat.
Dia tahu apa pekerjaan orang tuanya, CIA dan SWAT satuan khusus di negaranya yang identitasnya cukup di rahasiakan. Dia tahu tugas umum pada 2 intitusi tersebut tapi tidak mendalam, dia bahkan tidak bisa menembus data tempat kerja kedua orang tuanya.
Bukan salah Tine Siriporn, tapi dia memang belum saatnya melakukan hal tersebut. Di usianya saat ini, Tine seharusnya sedang berlari dengan teman-temannya di taman atau mungkin menonton acara kartun televisi.
Dia juga tidak mungkin meminta Tiffany mengajarkan tentang hal yang membuatnya penasaran. Kecurigaan yang muncul ketika dia benar-benar bertanya pada Tiffany.
Buku-buku yang dia dapatkan hanya bagian umum tidak mendalam, beberapa sumber di internet tidak semuanya bisa dia akses.
Sejenak dia menghela napas sebelum matanya melebar dengan jari telunjuk seketika berhenti mendadak.
"Apa ini?"
Dia masuk ke halaman yang sebelumnya terkunci tapi tanpa sengaja dia dapat membukanya.
Tablet yang di pegang Tine menunjukan bahwa ada perang besar di negara perbatasan yang letaknya di Asia Barat Daya, tempat tersebut sudah dekat dengan Eropa.
Siapa sangka anak 5 tahun sudah pandai membaca artikel dengan masalah politik cukup dalam.
"Peperangan antara BIN dan Mafia memperebutkan wilayah dan kekayaan sumber daya alam?" tanya Tine pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief: The Kinds of Love - [END]
Science Fiction[Bagian 2 The Love Universe] - Highest rank 4 #sciencefantasy on March'7th 2023. Arthit, seorang pria yang diasuh oleh orangtua angkat sebelum bertemu dengan sosok pria dewasa yang sangat dihormati olehnya yaitu 'Ayah Ten'. Mencoba bahagia, tersenyu...