6.1 Try To Get Closer

60 8 2
                                    

Mungkin aku harus mencoba mengerti dia, tidak jahat melainkan sosok itu butuh kasih sayang - Tine.

....

Suara instrumen masak di dapur pagi ini sangat terdengar lebih ramai dari sebelumnya, hal itu yang membuat kedua anak buahnya terbangun lebih awal dan rela pergi ke garasi mobil untuk tidur di sana karena mereka butuh ketenangan.

Tersangka dalam kejadian ini hanya tersenyum tanpa dosa sejak awal dia melakukan segala aktivitasnya pagi ini, bahkan decakan kedua anak buahnya di hiraukan begitu saja.

Tapi ....

Semua usaha yang di lakukannya pagi ini pantas mendapatkan pujian, dapur tetap terlihat bersih meski tadi banyak bahan dan alat-alat yang di gunakan.

Dia menyiapkan beberapa makanan hangat; Sup, Salad Sayur dan potongan buah segar. Sebenarnya, dia sudah 2 kali membuat Arthit untuk bangun ... Ah tidak, Black pingsan dan tertidur cukup lama. Sebenarnya itu adalah obat dari Dokter Gulf.

Ketika jarinya sedang asyik membersihkan noda-noda bumbu makanan di hindangan, suara knop pintu di putar terdengar auditori Tine Siriporn. Jelas ... Senyumannya mulai merekah, terkesan seperti orang bodoh tapi orang bodoh tampan.

"Kau ... Ah, entahlah siapa kau. Kemarilah sarapan," ucap Tine tidak ingin pusing siapa sosok yang ada di hadapannya sekarang ini.

" .... "

"Kenapa kau diam saja, cepat kemarilah."

Sosok yang di maksud hanya berjalan melewati ruang makan yang sudah terlihat cantik di mejanya tersebut. Tidak memedulikan sosok yang sedang menatapnya, dia terus berjalan hingga suara perut memanggil untuk makan terdengar sangat keras.

Hal itu membuat Tine Siriporn terkikik geli, "kemarilah, Black! Aku yakin kau adalah Black. Jika makanan ini tidak enak boleh kau muntahkan kembali."

Black hanya memejamkan matanya kesal, kenapa perut sialan ini tidak mengerti keadaan dan situasi saat ini. Dia mau tidak mau membalikan tubuhnya lalu duduk di kursi dengan tersedia berbagai hidangan makanan.

Sup kaldu ayam, itu yang di lihat Black. Ketika Arthit memakan itu sosok Black sering cemburu karena tidak pernah kebagian  untuk merasakannya.

Black mengambil mangkuk dan menuangkan sup tersebut, mengambil satu sendok penuh sembari membawanya ke dalam mulut Black.

Pria dewasa berusia 26 tahun menatap dengan penuh harapan untuk reaksi yang akan di berikan oleh sosok Black.

"Apa?" Black mengerutkam dahinya karena tidak berhenti di tatap oleh Tine Siriporn.

"Bagaimana, enak?"

Black lagi-lagi tak acuh dengan Tine Siriporn. Bedanya, saat ini Tine tersenyum senang karena Black terlihat menikmati mangkuk yang ada di hadapannya.

"Sikapmu sudah selalu menjadi jawabanku," gumam Tine.

"Hm?"

Tine langsung membalikan tubuhnya, mencoba sibuk dengan dapur yang sudah ia bersihkan sebelumnya. Black membuat Tine terkejut, wajahnya menyiratkan sebuah pertanyaan dengan apa yang di ucapkan oleh Tine.

Merasa tidak mendapatkan jawaban, Black melanjutkan makannya kembali. Mungkin ini makanan pertama dia selama di Jepang, karena sebelumnya selalu tertidur.

"Terima kasih," lirih Black sembari melanjutkan makannya.

Sosok yang di maksud mendengar ucapan kalimat tersebut, ia hanya meneruskan membilas piring-piring yang sudah bersih dengan senyuman. Sosok di belakangnya saat ini pasti akan marah jika Tine meresponnya seperti orang normal pada umumnya. Maka dari itu Tine hanya tersenyum tipis dengan menahan tawanya, entah apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi merawat Arthit beserta bayangannya tidak sulit, melainkan sangat cocok untuk jadi healing untuk dirinya sendiri.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang