Hidden Chapter - 17. Before The War
....
Pagi ini tidak seperti pagi sebelumnya, di mana pria paling tua selalu berdiri di balik dari kitchen set sembari menyiapkan segala makanan yang tidak berhenti selalu di buatnya.
Sang ketua hanya menyiapkan sarapan sederhana dan di simpan pada meja makan dengan alasan bahan makanan sudah habis.
Padahal setahu Mashiho, bahan makanan saat ini sudah di refill kembali oleh Haruto kemarin karena mendapatkan bahan olahan mentah bersamaan dengan barang yang di butuhkan oleh Haruto.
Sosok yang menjadi objek sedang duduk tenang dengan menyilangkan kedua kakinya di sofa berserta hologram yang menemaninya sekarang.
Haruto memiringkan kepalanya dengan wajah heran, banyak keanehan yang terjadi di sekitarnya akhir-akhir ini. Pertama, kedekatan Mashiho dan Bee yang terasa janggal. Kedua, Bee yang dapat mendengarkan suara yang sangat tipis mengapung di udara. Ketiga, ketuanya bernama Tine Siriporn yang terlihat lebih pendiam dari hari-hari sebelumnya.
Haruto sedang duduk seorang diri dengan melihat pintu kamar Bee yang sudah jam 10 pagi belum terbuka sama sekali, Haruto tidak tahu kalau Bee tidak di kamar lantai 2 melainkan di lantai 1 tepatnya kamar yang di pakai oleh sang ketua.
"Ketua, lihat Mashiho?" Haruto memutuskan untuk bersuara di suasana keheningan.
"Tadi kalau engga salah dia ke halaman belakang rumah."
Haruto mengangguk karena ternyata masih mendapatkan respon dari sang ketua. Biasanya jika ketua ini sedang dalam mode kesal atau emosi, suara angin lewat pun ketua tidak pedulikan sama sekali.
"Jadi, kita berangkat kapan?"
"Besok pagi, data yang kau kirimkan padaku cukup jadi acuan kita pergi ke Pulau Tsushima," sahut Tine Siriporn tanpa melihat Haruto.
Sang penanya hanya mengangguk, dia rajin bekerja tiap pagi hanya untuk mengumpulkan data-data yang sulit di temukan tentang kisah pulau reklamasi tersebut. Meski data yang di kumpulkan jika di hitung persentasenya mungkin hanya 1%.
Kenapa begitu?
Karena tempat tersebut benar-benar menyembunyikam fakta, beberapa isu dan rumor memang banyak tapi itu tidak bisa di jadikan dasar untuk penelurusan tempat tersebut. Haruto butuh kebenaran bukan katanya.
Tiba-tiba siluet yang sudah kelihatan dari jarak 1 meter membuat pandangan kedua pria dari CIA tersebut mengalihkan atensinya.
"Ada apa?"
"Ketua, ini hebat!" seru Mashiho begitu riang.
Menghiraukan pertanyaam Haruto, Mashiho langsung berdiri di hadapan sang ketua yang sedang mengerutkan dahi akibat pernyataan sosok di depannya.
Mashiho menghela napas sampai akhirnya dia menarik lengan sang ketua hingga seluruh hologram yang melayang di udara semuanya ikut menghilang. Haruto yang belum menyelesaikan makan paginya langsung pergi meninggalkan alat makan yang masih tersisa makanan.
Sang ketua di tarik menuju halaman belakang, berjalan terus tanpa jeda hingga akhirnya menuruni anak tangga.
"Ruang ... Bawah tanah?" lirih Haruto di belakang mereka.
Pintu jati dengan sekali dorongan terbuka dan di sambut lampu sedikit temaram dengan nuansa merah darah. Mashiho melihat wajah kedua orang yang sedang bereaksi dengan tempat yang di temukannya.
"Ini cukup besar ...."
"Untuk ruangan yang di jadikan tempat bermain billiard," sambung Haruto dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief: The Kinds of Love - [END]
Science Fiction[Bagian 2 The Love Universe] - Highest rank 4 #sciencefantasy on March'7th 2023. Arthit, seorang pria yang diasuh oleh orangtua angkat sebelum bertemu dengan sosok pria dewasa yang sangat dihormati olehnya yaitu 'Ayah Ten'. Mencoba bahagia, tersenyu...