Semua hal yang terlihat di depan mata tidak menjamin dengan apa yang terjadi sebenarnya.
....
Bayangkan ... Semua atau mereka sedang menatap langit secara bersamaan meski waktu di masing-masing tempat berbeda. Ada yang sedang menatap langit yang cerah dan ada yang sedang menatap langit gelap dengan bintang menghiasinya.
Di dalam pikiran mereka semua, baik belum tentu jahat, jahat belum tentu baik. Teman bisa menjadi lawan, keluarga bisa menjadi orang asing, dan sahabat hanya sebagai formalitas.
Rahasia yang berada dibenak mereka saling mengaitkan dari satu ke satu lainnya. Kecurigaan sebenarnya hanya membuat sebuah keruntuhan dan perpecahan sebuah tim tapi entah kenapa kecurigaan saat ini sangat sulit untuk dihilangkan dari pikirannya.
Sebenarnya rahasia yang terdapat di dunia ini tidak semua bisa terungkap dalam waktu bersamaan. Mereka butuh proses agar rahasia dengan hukum alam terbuka sendiri hingga menyambungkan keterkaitan satu sama lain dengan rahasia sebelumnya yang sudah terungkap.
Helaan napas mereka bisa dibilang mereka lakukan secara bersamaan, mereka tidak sadar bahwa ikatan mereka sebenarnya bukan hal kebetulan tapi memang sudah di takdirkan oleh Tuhan. Sampai pada akhirnya mereka mengucapkan sebuah kalimat dalam hatinya dengan sebuah tekanan, ada yang bersemangat, bersedih, sakit hati dan gejolak amarah.
"D.I.D Teams ... Promise!"
....
Sosok yang sebelumnya hanya sebagai pemeran pendukung tanpa disadari Tuhan membuka sebuah rahasia bahwa dirinya adalah salah satu tokoh utama pada cerita orang lain.
Jika menurut teori semua orang adalah pemeran utama dalam cerita hidupnya masing-masing, tetapi dia bisa menjadi tokoh utama pada cerita orang lain meski banyak hal yang harus dilalui agar rahasia tersebut terungkap.
Langit yang saat ini sedang dia pandang berwarna gelap. Dia duduk diatas atap rumah sakit seorang diri dengan pakaian serba warna putih, pakaian ini sudah dia pakai hampir 1 tahun lamanya sebelum akhirnya dia pergi ke Jepang.
"Kau sedang apa? Aku mencarimu."
Suara dari arah belakang membuat dia menolehkan wajahnya. Dia berikan senyuman hangat dan garis mata indah kepada sosok yang berjalan mendekat kearahnya.
"Ini sudah malam, kenapa duduk disini," ujar Tine Siriporn si sosok yang memanggil Arthit.
Tine Siriporn pun memakai pakaian yang sama dengan Arthit. Ayah Ten hampir memberikan perawatan pada seluruh anak-anaknya, mereka anak-anak Tenotiger Chansook benar-benar orang gila yang hidup dalam tubuh manusia normal.
Jika orang lain mungkin mereka akan mundur atau mati karena luka-luka yang mereka terima. Salah satunya Tine Siriporn, dia adalah manusia yang memiliki keberuntungan dari Tuhan. Dia bisa hidup dari paparan virus yang mematikan sebelumnya, gejalanya sudah melumpuhkan setengah dari tubuhnya tapi dia dapat bangkit kembali dengan sehat. Senyuman di wajahnya yang mereka pikir akan hilang malah semakin bersinar di wajah tampannya.
"Aku tanya kenapa kau duduk disini?" tanya Tine kembali.
"Aku sedang menatap langit?"
"Kenapa kau senang sekali menatap langit?"
"Ada beberapa orang yang memerhatikan aku dari sana," ucap Arthit menunjuk hamparan langit luas.
Keduanya larut dalam keheningan malam, menikmati udara dingin yang menerpa wajah mereka. Hal-hal seperti ini yang sering dilakukan keduanya tanpa sadar. Mereka diam tanpa bicara pun seolah sedang berbicara melalui pikiran dan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief: The Kinds of Love - [END]
Science Fiction[Bagian 2 The Love Universe] - Highest rank 4 #sciencefantasy on March'7th 2023. Arthit, seorang pria yang diasuh oleh orangtua angkat sebelum bertemu dengan sosok pria dewasa yang sangat dihormati olehnya yaitu 'Ayah Ten'. Mencoba bahagia, tersenyu...