08. Fearful

32 8 1
                                    

Bisakah kalian semua tidak membuat aku khawatir satu hari saja? - Tine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisakah kalian semua tidak membuat aku khawatir satu hari saja? - Tine

....

Kaki jenjangnya terus berlari dari tadi, hatinya terasa sakit. Ini benar-benar membuatnya gila. Hidup selama 26 tahun, ia tidak pernah merasakan hal ini. Percuma saja setiap harinya ia bertanya pada hati tentang maksud dari semua ini!

Ia mengkhawatirkan sosok yang benar-benar baru ia temui ....

Kabar dari salah satu bawahannya membuatnya tidak berpikir dua kali untuk langsung berlari ke tempat kejadian. Haruto ia perintahkan untuk mencari pelaku yang menembak Arthit menggunakan senapan tersebut.

Aroma khas rumah sakit masuk ke indera penciumannya. Kaki yang sedari tadi berlari mulai di hentikan, berjalan setenang mungkin agar tidak menunjukan kejanggalan.

Bagaimanapun ia anggota CIA, setiap pergerakannya benar-benar di awasi oleh musuh ataupun tempatnya bekerja.

Deru napasnya sedikit tersenggal. Ia hanya menggunakan pakaian santai untuk tidur seperti biasa. Kaos oblong berwarna putih dan celana boxer berwarna hitam. Sehingga lekuk tubuh atletisnya benar-benar tercetak sangat jelas.

Di tariknya gagang pintu ruangan yang di infokan Mashiho sebelumnya. Terlihat di hazel coklat miliknya, sosok yang ia khawatirkan sedang duduk di brankar dengan keadaan baik-baik saja.

Tubuhnya benar-benar terasa lemas, sampe rasanya mau mati. Ia terjatuh ke lantai dengan menggunakan salah satu lututnya untuk menahannya.

"Bisakah kalian tidak membuatku khawatir sehari saja," lirih Tine dengan pandangan lemah.

Mashiho menghampiri sang ketua yang bersimpuh di lantai ruang perawatan. Mencoba untuk membantu Tine bangkit tapi tidak berhasil.

"Tolong ... Aku mohon dengarkan perkataanku, aku benar-benar peduli dengan kalian."

Mata Tine berkaca-kaca hingga menimbulkan warna merah pekat. Sosok yang di tatap sangat terkejut melihat reaksi di hadapannya saat ini.

"K-kakak aku nggak papa, kok."

"Aku sedang berbicara dengan siapa!!" suara Tine sedikit tertahan. Ia benar-benar menahan emosinya.

"B-biw kak."

Tine menghela napas, menundukan wajahnya. Hatinya berdenyut nyeri, ia ingin sekali marah. Kenapa dan ada apa dengan dirinya? Itu yang selalu ia pikirkan. Semua ini begitu menyiksanya ....

Ia ingin sekali tidak peduli dengan semua hal yang terjadi saat ini.

Biw turun dari brankar, menghampiri sang kakak yang masih bersimpuh di lantai dengan pakaian sangat tipis. Udara di luar sebelumnya sangatlah dingin.

Mensejajarkan tubuhnya dengan Tine, ia tertunduk. "M-maafkan kami kak."

Mashiho ada di posisi sangat canggung, ini pertama kalinya melihat sang ketua terlihat begitu rapuh. Bahkan ketika orangtuanya harus gugur di konflik perbatasan negara, Tine tetap kuat dan menerimanya dengan lapang dada.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang