07. What Should I Do?

34 8 2
                                    

Kamu tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tahu... Orang yang sudah lebih dulu meninggalkan kita tidak akan senang melihat orang di sekitarnya larut dalam kesedihan terus menerus. Mereka ingin kita bahagia dan melanjutkan hidup di dunia kejam ini dengan sebuah harapan baru. - Tine

....

Langit Tokyo sore ini berwarna jingga dengan awan putih di sekitarnya. Sosok pria dewasa yang tidak tahu mengapa dia harus melakukan semua ini, hanya menikmati pemandangan langit yang sangat menenangkan hati tersebut.

Ia hampir gila setelah beberapa jam sebelumnya mencari sosok yang sedang ia asuh saat ini. Jika di tubuhnya adalah Black atau Arthitt, ia tidak terlalu mengkhawatirkannya. Tapi ini Bee ....

Sosok kepribadian wanita yang bersarang di tubuh Arthit. Dia saat ini sedang duduk di sebuah kursi taman, memainkan kakinya. Membuat Tine Siriporn bisa bernapas lega melihat itu.

Garis bibirnya tertarik hingga tercetak sebuah senyuman manis, ia masih memandangi sosok yang ada di depannya berjarak beberapa meter. Kaki yang sedari tadi ia mainkan tak sengaja menendang kaleng soda yang terjatuh dari kursinya.

Bergelinding di jalan hingga menyentuh kaki seseorang menggunakan sepatu kulit berwarna hitam. Netranya perlahan naik hingga raut wajah cemberutnya berganti dengan sebuah senyuman.

Tine mengambil kaleng soda tersebut, berjalan mendekati sosok Bee yang masih setia menatapnya. "Ini di Jepang, jangan buang sembarangan!" titahnya lalu berjongkok di hadapannya.

"Itu jatuh sendiri, aku nggak membuang sembarangan."

"Tapi kakimu menendangnya."

"Umm."

Ia sedikit menghela napasnya menatap sosok Bee di hadapannya saat ini. "Jangan bikin aku khawatir, tadi kamu kemana aja? Aku cari-cari kamu."

"Aku pikir kakak ngikutin aku pas jalan keluar, ternyata nggak. Jadi aku nunggu di sini."

"Kakak?" Tine menaikan alisnya sebelah.

"Kenapa?"

"Biasanya, manggil sayang," kekehnya mengacak-acak rambut Bee.

"Ihh apasih!!" rajuk Bee dengan rona merah di pipinya. Benar-benar menggemaskan pikir Tine.

"Kamu kan ada ponsel, kenapa nggak telepon aku atau angkat telepon aku."

"Aku nggak bawa, lupa."

"Kamu tahu aku cari kamu kemana-mana! Kira aku bakal kehilangan kamu lagi."

Bee menundukan wajahnya, "maaf," lirihnya.

Pria berusia 26 tahun itu ingin sekali memaki si lawan bicara. Perasaannya menentang itu, ini bukan seperti sifat aslinya pikir Tine. Dia bisa mengalah pada seseorang akhirnya.

"Kamu laper?"

Anggukannya menjawab pertanyaan sang objek. Tine bangkit dan mengulurkan tangannya seperti biasa, "yaudah ayok jalan lagi."

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang