Seseorang sangat mencintai keluarganya lebih dari apapun. Hal itu ia terapkan pada lingkaran pertemanannya. Sosok tersebut adalah anak saya.
....
"MOVE!!!!"
Tine dan Haruto langsung mengubah posisi duduknya dalam satu gerakan. Saat ini Haruto ada di kursi tengah di antara Arthit dan Mashiho. Lukanya segera di tangani oleh rekan seperjuangannya.
Kemampuannya dalam memberikan pertolongan pertama cukup baik. Paman 3D memberikan sebuah jurnal dengan isi kesimpulan yang baik atau memang dasarnya Mashiho cerdas menyerap segalanya.
"Mashiho, sudah selesai?" Arthit bertanya dengan tangan bergetar hebat. Phonophobia! Semua orang melupakan itu.
"A-arthit tanganmu." Kegugupan Mashiho membuat atensi sang pengemudi—Tine—teralihkan.
"Arthit lepaskan senjata itu," pekiknya dengan nada khawatir.
"... Kalian semua tenang saja, aku baik-baik saja. Mashiho lebih baik kau di sisi kak Tine. Haruto biar aku yang urus."
"Umm."
Mashiho berpindah pada kursi depan bersamaan Haruto mengernyitkan dahinya. "Apa kau merasa demam?" Arthit mengecek suhu sosok di sisinya yang di jawab dengan gelengan kepala.
Jumlah orang yang menghadang bukan puluhan tapi ratusan. Tine Siriporn melarang bawahannya untuk menggunakan senjata. Dia tidak ingin membuat sosok di belakangnya semakin memburuk keadaannya.
Kelihaian membawa mobil dia tunjukan saat ini. Tidak peduli sesama manusia yang membunuh dengan sengaja. Tine hanya ingin segera lolos dari tempat ini.
Arthit dan Haruto saling pandang seperti berbicara lewat pupil matanya. Tangannya menggengam pundak sosok Haruto begitu kuat, giginya di gertakan. Sayang, Haruto hanya membalasnya dengan anggukan berserta senyum hangat.
"Lihat cahaya di depan." Suara Arthit tiba-tiba.
"Kita berhasil?"
"Belum," sahut Arthit atas kegembiraan Mashiho. "Ini awal untuk sesuatu yang lebih berat," sambungnya kembali.
Mobil jeep hitam legam bercampur noda darah, tanah dan lumpur keluar dari terowongan panjang mengerikan tersebut. Butuh waktu dua jam mereka bisa melewati itu semua.
Hamparan laut biru masuk kedalam indera masing-masing. warna hijau begitu mendominasi lingkungan sekitar. Namun, hal itu segera di patahkan melihat beberapa kejanggalan di depan matanya saat ini.
"Aku baru tahu ada reklamasi di sekitar kuil Tsushima," terang Mashiho.
"Itu tempat yang kita tuju." Arthit dan Tine mengeluarkan suara bersamaan.
Tempat seindah ini harus di nodai atas keserakahan manusia yang mementingkan kepentingan pribadi. Perjalanan masih lancar dan hampir masuk ke dalam gerbang reklamasi. Sial, penjagaan begitu ketat. Tine harus menjalankan terus mobilnya dan mengurungkan untuk berbelok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief: The Kinds of Love - [END]
Science Fiction[Bagian 2 The Love Universe] - Highest rank 4 #sciencefantasy on March'7th 2023. Arthit, seorang pria yang diasuh oleh orangtua angkat sebelum bertemu dengan sosok pria dewasa yang sangat dihormati olehnya yaitu 'Ayah Ten'. Mencoba bahagia, tersenyu...