2.4. Hidden Chapter - Flashback [ENDING]

11 2 0
                                    


Dia menutup mulut rapat dengan kedua tangannya, lelehan air mata keluar sangat deras tanpa bisa dia cegah. Di tempat yang sempit dan sedikit sesak, dia melihat sosok yang dia sayangin tewas di dekapan sosok pria dewasa yang sedang berusaha memberikan pertolongan pertama. 

Sebenarnya, dia berharap untuk sosok tersebut tidak mencarinya dan lebih menyelamatkan hidupnya terlebih dahulu.

Doorr!!!

Suara nyaring dari sebuah tembakan memenuhi gendang telinga, sosok yang diperhatikan olehnya tertembak di bagian lutut. Seperti sebuah takdir Tuhan, keduanya bertemu pandang tak sengaja. 

Dia tahu arti dari tatapan tersebut, dia berharap sosok tersebut tidak berlari ke arahnya. Hatinya sudah sakit melihat sosok yang dia sayangi tewas dan gagal di selamatkan.

"Apa kau istri dari Tuan Siriporn?" tanya Alfred Vachirawit menggunakan bahasa isyarat.

"Ya."

Alfred Vachirawit memberikan gerakan bela sungkawa dan menyatukan kedua tangannya untuk mohon maaf karena gagal menolong sang suami. Sosok wanita yang di maksud hanya mengelengkan kepala diiringi sebuah senyum cantik.

Tak di sangka, dia merobek sisa bajunya. Menutup wajah Tuan Siriporn dengan mata terpejam. Dia berdoa pada Tuhan, sosok yang tak di sangka masih di ingat olehnya. Lalu dia berusaha bangkit, meski kaki sudah seperti mati rasa. Wajahnya meringis, orang-orang sekitar lebih siaga menodongkan senjata pada Alfred Vachirawit.

Dia tahu yang akan dia lakukan ini sangat gila, tapi dia di dalam hati terdalamnya begitu menyesali. Dia harus menyelamatkan wanita yang sebelumnya di perjuangkan oleh sosok pria yang dia cintainya.

Mata wanita yang sedang hendak di hampiri memberikan isyarat untuk tidak datang ke tempatnya. Berkali-kali dia memberikan isyarat dan rasanya ingin berteriak. Tapi ternyata pria tersebut lebih keras kepala dari sang suami.

Tak lama, Alfred Vachirawit terjatuh. Di tarik paksa oleh sosok tersebut dengan tidak manusiawi. Di pasir yang sangat panas hingga kulit Alfred Vachirawit terasa melepuh. Pandangannya tak lepas dari istri Tuan Vachirawit yang terlihat khawatir, di tengah rasa sakitnya dia mengerakan jari-jari memberikan isyarat.

"Jaga dirimu baik-baik, aku tidak akan apa-apa." 

 ....

Mental dia benar-benar di uji saat ini!

Di waktu terdekat 2 orang pria terjatuh dan tertangkap pada permainan yang tak tahu arah alurnya akan seperti apa. Tangan dia menghapus lelehan air mata dengan kasar, dia tidak bisa seperti ini terus.

Dia harus melakukan sesuatu. Mata dia melihat ke sekitar tempat persembunyian, Tuhan memberikan petunjuk yang tidak dia lihat dari tadi. Sebuah handy talky entah milik siapa tergeletak di tanah.

Dari dalam hatinya dia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena masih memberikan pertolongan. Dia menekan tombol samping handy talky dengan tangan sedikit bergetar. Suara sambungan bergemirisik, dia mulai menarik napas dan mencoba memulai untuk berbicara.

"Seseorang bisa menolongku," ucapnya berbisik.

"...."

"Siapapun tolong aku."

"...."

"H-halo."

"...." 3 kali tidak ada sambungan yang tersambung, dia mulai menghela napas menyerah.

Harapan dia mulai sedikit demi sedekit terkikis oleh realita yang terjadi saat ini. Jari-jari sosok wanita itu masih menekan tombol benda yang dia genggam. Helaan napas yang keluar terasa berat, ingin menyerah tapi ada Tine yang menunggunya dan akan bertanya keberadaan sang ayah.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang