1.7. Cooling Down

8 3 0
                                    

Hidden Chapter - 17. Before The War

....

Kepergian Tine Siriporn bersama Haruto membuat Bee menjadi lebih banyak diam, sudah 1 jam lamanya mereka meninggalkan rumah dan belum kembali. Bee tidak beranjak dari kursi meja makan yang dekat dengan tempat sampah dimana terdapat laptop yang belum lama ini dia hancurkan tak sengaja.

"Hah!"

Bee tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia melakukan kegiatan berulang. Mengambil laptop yang sudah hancur lalu di kembalikan pada tempat sampah. Alasan mengapa sang kakaknya itu mendadak jadi dingin pun belum terpecahkan olehnya, sekarang dia menambah masalah baru. Dia hanya ingin terus berhubungan baik dengan Tine Siriporn, bahkan jika bisa jangan sampai ada masalah selama dia masih menghembuskan napasnya dengan sosok kakak yang di hormatinya tersebut.

"Kau daritadi diam di situ terus?" tanya Mashiho yang baru saja selesai membersihkan dirinya.

Mashiho sudah tampak lebih baik dari sebelumnya. Dia memegang handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan mendekat ke arah Bee lalu memegang bahunya dengan erat. "Jangan di pikirkan lagi, sudah tidak apa-apa. Ketua pun hanya butuh waktu saja, setelah itu kau bisa minta maaf lagi," jelas Mashiho menangkan Bee.

"Umm ... Kenapa mereka belum pulang?"

"Mereka pasti pulang, tunggu saja," ujarnya dengan nada santai.

"Apa Benar?"

"Tentu!" sahut Mashiho mengambil laptop miliknya di atas meja. Dia mulai duduk di sofa dengan menyilangkan kedua kakinya.

Bee tidak berniat beranjak dari tempatnya saat ini, dia hanya diam melihat Mashiho dari kejauhan. Tentu Mashiho yang melihat itu sedikit tertawa renyah.

"Apa yang kau lihat?" tanya Mashiho namun Bee hanya menggelengkan kepalanya.

"Kemarilah," Mashiho memberi isyarat untuk Bee duduk di dekatnya, "bantu aku mencari informasi untuk Pulau Tsushima."

Mendengar hal itu membuat Bee mulai tergerak mendekati Mashiho. Mungkin ini salah satu tindakan dimana dia bisa menebus kesalahannya pada sosok kakak bernama Tine Siriporn. Bee berjalan dengan menggelangkan kepala dan mata terpejam. Jika menyebut atau bahkan mengingat Tine Siriporn, dia selalu bersalah dan merasa amat menyesal.

Dalam hitungan detik bersamaan dengan Bee mulai duduk di samping Mashiho, bermunculan lah hologram yang di pasang olehnya. Mungkin dulu Bee selalu terkejut ketika hologram muncul mendadak tapi sekarang dia sudah terbiasa.

Beberapa data bermunculan, atensi Mashiho berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya. Bee mulai menekan asal yang membuat hatinya penasaran. "Om, apa mungkin mereka di pulau Tsushima?" tanya Bee dengan melihat sebuah gambar langsung dari satelit yang di koneksikan oleh Mashiho.

Di hologram tersebut menampilkan keadaan pulau tersebut yang terlihat seperti sebuah tempat wisata. Beberapa ada tempat yang mungkin di pakai untuk ibadah atau berdoa. Keadaan di pulau tersebut sangat sepi, dampak dari virus tersebut membuat semua tempat ramai menjadi tidak ramai kembali.

Anehnya ... Tidak ada warga lokal satu pun yang berkeliaran, "Apa Jepang melakukan isolasi sangat ketat hingga tidak ada yang keluar sama sekali?" Bee bertanya kembali.

"Sangat sepi."

"Iya om, bahkan tidak ada serangga satu pun yang lewat."

"Ah!" Mashiho mulai membuka bibirnya setelah mendengar perkataan Bee. Ini benar-benar aneh, bagi Mashiho. Setidaknya warga lokal atau binatang masih terpantau di luar untuk aktifitas kecil. Nyatanya ini benar-benar sangat sepi sekali.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang