13. One of The Secrets

26 6 2
                                    

Saya terkadang bingung memahami kepribadian Arthit -  Tine Siriporn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya terkadang bingung memahami kepribadian Arthit -  Tine Siriporn

....

"Naiklah—"

Tine Teepakorn membantu Arthit untuk naik ke salah satu mobil box yang dia siapkan sebelum keluar dari A's House, bangunan yang sampai saat ini belum di ketahui latar belakangnya.

Napas keduanya sedikit terengah, efek dari aksi kejar-kejaran dengan warga Nagasaki. Cahaya masuk dari kaca transparan pembatas kursi pengemudi dan box. Mashiho yang memerintahkan si pengemudi untuk stand by di tempat yang di maksud. Perut Arthit sedikit terpilin melihat dari celah pintu mobil box tersebut beberapa kendaraan masih mengejarnya.

Suara sirine mobil polisi membuat bising jalan kota Nagasaki, "Sa watashi wa anata o minato ni tsurete iku koto ga dekiminasen," (Tuan, saya tidak bisa membawa anda ke pelabuhan), terang sang pengemudi dengan mata masih siaga memperhatikan spion kiri dan kanan.

"Doshite?" balas Tine sedikit mengerutkan dahi. Arthit menatap kearahnya dengan tatapan meminta penjelasan. Sang objek hanya memberi isyarat tangan untuk tunggu sebentar.

"C-chosi wa do? Kitto min'na Minato no chikaku de taiki shite iru to omoimasu," (B-bagaimana tuan? saya yakin mereka berjaga di sekitar pelabuhan) sela sang pengemudi panik karena mobil sisi kiri dan kanan menghampitnya, membuat si pengemudi kesulitan di jalanan.

"Anzen ni watashitachi o tsureteitte kudasai."

Mendengar balasan sang-Tuan, si pengemudi membanting setirnya ke arah jalan berlawanan. "Daijobu!"

Serbuk meisu terlihat di sisi box dengan suara tembakan yang memekikan telinga yang mendengarnya. Arthit masih meminta penjelasan dari sosok di sisinya yang masih diam dan fokus ke arah jalan. Meskipun begitu, Arthit hanya berspekulasi dirinya tidak akan pergi ke pelabuhannya sekarang.

Anak Adam yang berada di mobil box saling melempar pandangan satu sama lain di kegelapan. Suara tembakan sudah tidak terdengar kembali, mobil sedikit tenang dari sebelumnya. Tine terlihat menyadarkan punggung bidangnya dengan membuang napas berat. Semua rencananya tidak ada yang berjalan sesuai harapannya, sosok di sisinya matanya begitu kosong. Dia melamun! itu yang di pikirkan sang buronan CIA. "Kenapa kau?"

"Hm?"

"Kenapa melamun?"

"Ah! aku hanya memikirkan kabar teman-temanku dan ayah Ten," jelasnya dengan helaan napas, matanya mulai terlihat sayu memandangi celana panjang.

"Mereka baik-baik saja, aku yakin." Sang kakak—menurutnya, untuk menenangi Arthit yang mulai terlihat gelisah. "Jangan sampai kau menyalahkan dirimu lagi, ini semua bukan karena kau. Ini takdir!" sambungnya membuat si pria yang lebih muda menatapnya dengan alis salah satunya terangkat.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang