1.6. Bee Naughty

6 2 0
                                    

Hidden Chapter - 17. Before The War

....

"Sudah selesai makan jangan tidur lagi!" cicit Mashiho setelah melihat Bee bangkit dari meja makan.

Bee penasaran bagaimana bisa Mashiho mengetahui dirinya ingin melanjutkan tidur. Lagipula pergerakan yang di buat tidak terlalu besar hingga menimbulkan bunyi.

Mashiho sedang membelakangi Bee karena sibuk membersihkan peralatan masak dan di tambah piring Bee.

"Bawa piringmu kemari."

"Okidoki, om!

Ketika posisi keduanya sedikit dekat, pikiran jahil sosok gadis muda yang ada di tubuh Arthit muncul seperti ilham. Ujung bibirnya tertarik menyeringai. Langkahnya semakin di buat manis untuk mendekat pada Mashiho.

Mata Bee sempat melirik sekilas ke tempat wastafel sebelum--

"BEE!!!" teriak Mashiho begitu lantang.

Sosok yang sedang duduk di ruang tengah pun memindahkan atensinya dari televisi ke ruang makan. Haruto langsung tertawa ringan melihat Bee yang tertawa hingga terjatuh karena menahan rasa geli di perutnya.

Pandangan yang di lihatnya adalah seluruh pakaian Mashiho saat ini basah kuyup tanpa sisa sedikit pun. Wajahnya penuh busa dengan mata sedikit terpejam. Mashiho mengaduh kesakitan karena matanya perih akibat busa dari sabun pencuci piring tersebut.

Haruto yang sedari tadi tertawa, akhirnya bangkit dan menghampiri Mashiho dengan kekehan belum selesai dari bibirnya.

Dia membantu menyeka wajah Mashiho dengan air. Perlahan dia basuh hingga busa-busa di wajah temannya menghilang.

"Apa masih perih?" tanya Haruto

Seolah tubuhnya mentransfer darah di segala penjuru tubuh tersebut pada satu titik hingga pemilik tubuh tersebut rasanya i ingin meledak. Bahkan pertanyaan dari temannya Haruto di hiraukan.

"Kemarilah, om! Ayo bersenang-senang," ujar Bee seraya melompat-lompat kecil yamg terlihat anggun.

"Kenapa diam saja, ayo kejar aku om!"

Habis ....

Sudah tak bisa di tahan darah yang naik dan berkumpul pada satu titik. Darah tersebut benar-benar saling berebut untuk keluar dari tubuh Mashiho hingga berakhir melakukan hal yang tam terduga.

Matanya menatap tingkah Bee yang benar-benar mengesalkan. Sosok tersebut seperti menantang, hanya menjulurkan lidah berkali-kali dan gerakan tangan untuk cepat segera menghampiri Bee.

"Baiklah kalau begitu," ucap Mashiho lirih seperti tidam bersuara, "lihat saja kau Bee, mati kau di tanganku."

....

"Dapat," ujarnya dengan lirih, "kau pikir bisa membodohiku."

Ujung bibirnya di tarik menyeringai. Entah kenapa dia harus melakukan sejauh ini, tapi begitulah dia. Jika ada sesuatu janggal di antara orang-orang sekitaranya, ketimbang bertanya dia lebih baik mencari kebenarannya langsung.

Kumpulan orang yang sedang di awasinya sedari tadi sedang masuk ke dalam perangkatnya. "Ayo lakukan lebih, bantu aku kawan untuk memecahkan tipuan kecil ini hahaha," ucap sosok tersebut dengan kekehan kecil.

Dia duduk dengan rapih sambil memerhatikan layar hologram di hadapannya. Mungkin terdengar ke kanak-kanakan tapi itulah cara dia untuk menemukan sesuatu yang menurutnya aneh.

"Bagus ... Terus lakukan itu! Setelah ini tinggal aku yang menyelesaikan skenario yang aku buat."

Kuku jarinya dia gigit halus karena tidak sabar menunggu bagian dia keluar. Tipuan kecil ini cukup menyenangkan jika di buat permainan olehnya, walaupun salah satu korbannya akan merasa sakit hati.

Grief: The Kinds of Love - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang