Jika kunci sebuah pintu hilang, mereka akan mencari alternatif lain untuk membukanya. Kunci itu adalah 'ACE'
....
DOORR!!!
"SIAPA DISANA!!!!" pekik salah satu dokter di ruang isolasi tersebut.
Tay, Boun dan Kao telentang dengan seluruh tubuh kaku membeku. Tadi itu bukan kaleng minum biasa. Itu bom peledak!
Ada orang lain yang masuk kesini rupanya, siapa?
Tay memejamkan mata dengan sedikit mengatur napas. Terlihat dada bidangnya naik turun dengan tidak beraturan. Derap kaki yang menggunakan sepatu pantofel bergesekan dengan lantai semakin terdengar. Mengendap, itu yang di rasakan oleh Tay dan kedua rekannya. Jari Tay menyentuh pundak Boun dan di ikuti langsung olehnya.
Pelipis mata semakin berkerut, suara semakin dekat. Hanya hitungan detik mereka mungkin tidak akan bisa bernapas kembali. DORR—
"Kena kau!!" sang dokter memiringkan wajahnya kebingungan. Dia tak sadar, objek yang di cari sedang berjalan telentang dengan penuh kekhawatiran.
Pintu ruangan terbuka seketika, membuat seluruh atensi menatapnya. "Sedang apa kalian, kenapa ada suara ledakan?" tanyanya begitu menelisik.
"Anu tuan, begini ... Tiba-tiba ada suara ledakan dari arah sini," ujarnya tepat sang dokter berdiri.
Bobby menaikan salah satu alisnya. "Kenapa kau yakin ada di situ?" sembari senyum skeptis. Bawahannya yang ada di ruangan tersebut terlihat salah tingkah karena ketakutan.
DOORRR!!!
DOORRR!!!
DOORRR!!!
"ARGHHHHHH"
"TANGKAP MEREKA!!!" teriak Bobby dengan mengokang shotgun di tangannya. Tembakan arah jam 9 dari tempat ledakan tepat bersarang di pundak Kao.
Tay berusaha menahan darah yang mulai merembes pada pakaian yang di kenakan Kao. Boun melemparkan segala barang yang bisa menahan gerakan lawan. "Phi ayo lari," sergahnya.
"Kao bisa berdiri?" pertanyaan Tay di anggukan oleh Kao. Mereka berdua pergi keluar ruangan terlebih dahulu, Boun masih sibuk menghalau pergerakan musuh.
Sirine bangunan tersebut berdering begitu nyaring. Ayah Ten tidak salah mendidik bawahannya, Tay hanya dengan satu tangan dapat meluluhlantahkan orang-orang di hadapannya yang menghalau jalannya. "Phi saya bisa jalan sendiri."
"Yakin?"
"... Umm."
Posisi menjadi terbelah. Tay posisi kanan, Kao posisi kiri dan Boun berjalan mundur. Kewalahan ... itulah yang di rasakan oleh lawan. Hanya mereka bertiga, tapi keterikatannya sudah membuat ricuh semua area.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief: The Kinds of Love - [END]
Fiksi Ilmiah[Bagian 2 The Love Universe] - Highest rank 4 #sciencefantasy on March'7th 2023. Arthit, seorang pria yang diasuh oleh orangtua angkat sebelum bertemu dengan sosok pria dewasa yang sangat dihormati olehnya yaitu 'Ayah Ten'. Mencoba bahagia, tersenyu...